Sukses

Payudara dan Fenomenanya, Jadi Tren Hingga Dipenjara

Berikut ini tiga fenomena terkait payudara yang menjadi sorotan banyak orang.

Liputan6.com, Jakarta - Payudara tak dipungkiri merupakan daya tarik tersendiri bagi kaum wanita. Berbagai perawatan pun kerap dilakukan untuk menjaga aset tersebut.

Tak sedikit pula yang rela mengeluarkan banyak uang untuk memperindah 'gunung kembar' wanita itu.

Selain itu, banyak hal 'berbau' payudara juga kerap menuai perhatian banyak orang. Mulai dari tren aneh soal mengapitkan benda di bawah payudara, hingga aksi penyerangan kepada petugas keamanan menggunakan aset wanita itu.

Berikut ini tiga fenomena terkait payudara yang menjadi sorotan banyak orang, yang Liputan6.com kutip dari berbagai sumber.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Payudara Berujung Jadi Tren Hingga Dipenjara

1. Tren Apit Pulpen di Payudara

Hingga kini topik yang sedang trending ini telah menarik perhatian 1.24 juta orang, dengan lebih dari ribuan komentar. (Daily Mail)

Sebuah tren baru muncul melalui media sosial China awal 2016. Memperlihatkan para wanita memamerkan sebagian anggota tubuh mengapit pulpen sebagai bukti kemontokan buah dada mereka.

Para perempuan itu seakan berlomba mengapit benda yang lebih besar. Seperti bolpen, kuas rias, bahkan botol air. Hingga kini topik yang sedang trending ini telah menarik perhatian lebih dari 1,24 juta orang dan ribuan komentar.

Unggahan pertama diduga muncul melalui media sosial China, Weibo pada 6 Januari lalu, dengan tagar #carrypenunderbreast atau apit pulpen di payudara.

Tren ini juga memunculkan tagar lainnya seperti 'new standard for a godess' (standar terbaru untuk seorang dewi) dan 'only real women can do this' (hanya wanita sejati bisa melakukan ini).

Sebagian besar wanita yang mengunggah foto mereka, hanya memperlihatkan bagian bawah payudara dengan mengapit berbagai macam barang. Tren ini diduga bermula di Jepang dan dengan cepat menjalar ke China.

2. Dipenjara Gara-gara Payudara

Payudara menjadi senjata berbahaya?

Seorang wanita Hongkong dijatuhi hukuman 3,5 bulan penjara karena telah menyerang polisi dengan payudaranya.

Dilansir dari dailymail.co.uk, Selasa (4/8/2015), Ng Lai-ying dinyatakan bersalah karena menggunakan payudaranya untuk mendorong polisi dalam sebuah demonstrasi yang berujung ricuh di Hongkong pada Maret lalu.

Wanita berusia 30 tahun itu sebelumnya mengaku bahwa inspektur kepala polisi Chan Ka-Po telah meraba payudaranya saat ia tengah mencoba mengambil tasnya.

Namun, Hakim Michael Chan mengklaim Lai-ying menggunakan 'identitas kewanitaannya' untuk melukai reputasi polisi.

"Jika saya tidak menjatuhkan hukuman, masyarakat akan salah mengira kalau menyerang polisi saat melakukan demonstrasi adalah hal yang sepele," kata Hakim Chan.


3. Awan 'Payudara'

Para warga yang berada di bawah awan-awan tersebut geger. Mereka bertanya-tanya kenapa itu bisa terjadi.

Fenomena aneh terjadi di Kota Michigan, Amerika Serikat pada petang menjelang malam. Awan-awan di kota tersebut berbentuk seperti payudara dengan warna langit agak kemerah-merahan.

Gumpalan awan payudara ini paling banyak membentang di atas dataran tinggi Iron Mountain, mulai Senin 22 Juli 2013 senja hingga pukul 08.30 malam waktu setempat.

Para warga yang berada di bawah awan-awan tersebut geger. Mereka bertanya-tanya kenapa itu bisa terjadi. Apa ini pertanda bakal ada bencana pada hari selanjutnya?

"Pemandangan itu adalah hal paling gila yang pernah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri," kata warga Michigan, Jason Asselin.

Warga lainnya, Joe Nottage mengabadikan pemandangan misterius tersebut dalam foto. Kemudian mengunggah ke media sosial. Dari situ, ahli meteorologi Jeff Last berkomentar. "Femonena alam itu disebut Mammatus atau Mammatocumulus," ungkap Jeff, seperti dimuat Daily Mail.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.