Sukses

AS Aktifkan Perisai Anti-Rudal di Rumania

Pejabat senior AS dan NATO diperkirakan hadir dalam upacara peresmian stasiun antirudal di Deveselu, Rumania selatan.

Liputan6.com, Deveselu - Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mengaktifkan stasiun pertahanan rudal berbasis darat di Rumania.

Pejabat senior AS dan NATO diperkirakan hadir dalam upacara peresmian stasiun tersebut di Deveselu, Rumania selatan.

"Sistem Aegis adalah perisai untuk melindungi negara anggota NATO dari rudal jarak pendek dan jarak menengah, terutama dari Timur Tengah," kata pemerintah AS seperti dikutip dari BBC, Kamis (12/5/2016).

Namun, pihak Rusia melihat stasiun anti-rudal sebagai ancaman keamanan -- klaim yang dibantah keras oleh oleh NATO.

Hubungan antara Barat dan Rusia memburuk sejak pengambilalihan wilayah Semenanjung Krimea di Ukraina selatan pada tahun 2014.

Negeri Beruang Merah itu juga dituduh mempersenjatai separatis di Ukraina timur dan mengirim pasukannya -- klaim yang dibantah oleh Kremlin.

'Keputusan Berbahaya'

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg dan pejabat senior lainnya dari aliansi militer diperkirakan akan hadir pada upacara pembukaan di sebuah pangkalan udara tua di Deveselu, Rumania.

AS diyakini telah menghabiskan US$ 800 juta untuk radar dan rudal pencegat SM-2 sejak 2013.
Stasiun itu akan memiliki baterai pencegat rudal SM-2.

Para pejabat NATO dan AS mengatakan sistem itu telah dikembangkan untuk melacak dan mencegat rudal yang ditembakkan dari negara yang dianggap 'nakal'. Pada masa lalu Iran disebutkan dalam konteks itu, tapi AS juga memasukkan Korea Utara dalam kategori tersebut.

Selama bertahun-tahun AS telah menguji sistem Aegis pada kapal perang. Para pejabat AS dan NATO juga menekankan perisai itu tidak ditujukan terhadap Rusia.

"Baik AS dan NATO telah membuat sistem ini tak dirancang untuk atau mampu merusak kemampuan penangkalan strategis Rusia," kata Asisten Menteri Luar Negeri AS, Frank Rose pada Rabu 11 Mei waktu setempat.

Sementara, pihak Kementerian Luar Negeri Rusia, yang dikutip dari kantor berita Interfax, mengatakan stasiun tersebut adalah pelanggaran perjanjian yang disebut Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty, yang ditandatangani pada tahun 1987.

"Keputusan ini berbahaya dan salah, karena stasiun itu mampu mengacaukan stabilitas," kata Mikhail Ulyanov selaku Kepala Departemen Kementerian Luar Negeri Rusia untuk masalah proliferasi dan pengawasan senjata.

Pada hari Jumat 20 April, fase lain dari proyek ini akan diluncurkan di Polandia dengan acara peletakan batu pertama di Redzikowo, dekat Laut Baltik. Rencananya rudal Aegis yang mulai beroperasi di sana pada tahun 2018.

Ulyanov mengatakan, kepentingan Rusia terpengaruh oleh sistem anti-rudal.

"Sistem peluncuran MK-41 Amerika juga bisa digunakan untuk menembakkan rudal jelajah, bukan hanya rudal pertahanan udara. Dari sudut pandang kami ini adalah pelanggaran Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty," ucap Ulyanov.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.