Sukses

Spider-Man Tak Bisa Panjat Dinding di Dunia Nyata, Alasannya?

Spider-Man dikenal jago memanjat bangunan. Namun, menurut sains Spider-Man sungguhan tak akan mampu untuk merayap. Apa alasannya?

Liputan6.com, Cambridge - Pahlawan super, Spider-Man dari komik Marvel dikenal dengan keahliannya memanjat dinding. Namun, menurut sains, kemampuannya itu tidak masuk di akal. Apa alasannya?

Menurut ilmuwan, pahlawan super remaja itu tak mungkin bisa panjat dinding meski telah digigit laba-laba radioaktif.

Dilaporkan Huffington Post, periset Universitas Cambridge mengungkapkan, Spider-Man dalam dunia nyata perlu memiliki kaki raksasa untuk bisa menempel dinding pencakar langit, dengan 80 persen bagian depan tubuh terbungkus bantalan adhesi.

"Jika manusia ingin memanjat dinding seperti cicak, ia harus memiliki kaki berukuran luar biasa, kira-kira ukuran sepatu 145 (bandingkan dengan rata-rata manusia yang memiliki ukuran kaki 40)," tulis wakil pengarang studi Walter Federle.

Di kedidupan nyata, Spider-Man perlu kaki ukuran 145 untuk bisa memanjat dinding. (foto: screenrant.com)

Departemen zoology universitas membandingkan berat tubuh dan ukuran kaki dari 225 hewan pemanjat. Hasilnya, ditemukan bahwa tapak kaki hewan melata, seperti laba-laba dan cicak ternyata juga menopang berat tubuh mereka.

Periset juga menemukan bahwa jika manusia ingin memanjat dinding ala Spider-Man, 40 persen tubuh mereka perlu dibaluti adhesi, atau setidaknya 80 persen bagian tubuh depan, untuk bisa meniru pergerakan hewan di permukaan vertikal atau terbalik (seperti di langit-langit).

"Semakin besar seekor hewan, kemampuan untuk menempel pada permukaan semakin berkurang. Semut bertubuh ringan mampu menempel, sedangkan paus biru berukuran besar namun tak mampu untuk menempel," ungkap pemimpin studi Dr David Labonte.

Spesies besar dan berat perlu kekuatan lebih untuk menempel di permukaan datar, namun kemampuannya menempel lebih kecil.

"Ini menandakan adanya batasan ukuran spesies yang memiliki adhesi pada kaki, berhubungan dengan keperluan memanjat dalam evolusi," tambah Labonte. Menurutnya, hewan pemanjat yang lebih besar menggunakan metode berbeda untuk memanjat, seperti cakar.

Penemuan ini bisa menjadi tahap awal dalam pencarian kunci untuk mengembangkan adhesi bioteknologi yang dapat berfungsi dengan baik.

"Studi kami menekankan pentingnya ukuran hewan dan adehsi alami, dan juga tingkatan performa sebuah adhesi di area yang lebih lebar," jelas Labonte. "Ada tugas menarik yang perlu diselesaikan, dalam menemukan strategi yang digunakan hewan untuk membuat adhesi alami mereka lebih kuat." Sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini