Sukses

Dokumen Rahasia: NSA Sadap Martin Luther King dan Muhammad Ali

Kebanyakan mereka yang jadi target karena dianggap mengkritik keterlibatan AS dalam Perang Vietnam.

Badan Keamanan Nasional AS (NSA) mengemuka belakangan ini sejak Edward Snowden membocorkan program PRISM, upaya penyadapan dengan memanfaatkan 9 server di perusahaan internet terbesar dunia saat ini. Namun, sepak terjang lembaga itu sudah berlangsung lama.

Dokumen rahasia yang diungkap baru-baru ini bahkan menyebut, NSA pernah memata-matai aktivis hak sipil Martin Luther King dan petinju Muhammad Ali.

Seperti dimuat BBC, Kamis (26/9/2013), NSA memata-matai pembicaraan pemimpin aktivis hak sipil  Martin Luther King dan Whitney Young, juga petinju Muhammad Ali.

Seperti diketahui, Muhamad Ali yang terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr pernah menolak wajib militer, mengutip keyakinan agamanya: Islam dan menentang keras Perang Vietnam.

NSA juga mengintai jurnalis New York Times, Tom Wicker dan kolumnis Washington Post, Art Buchwald. Pun dengan pembicaraan telepon internasional dua senator terkemuka AS dari Partai Demokrat, Frank Church dan dari Partai Republik, Howard Baker.

Kebanyakan jadi target karena dianggap mengkritik keterlibatan AS dalam Perang Vietnam.

Kala itu, pada 1967, makin kuatnya kampanye anti-perang memaksa Presiden Lyndon Johnson meminta agen intelijen AS mencari tahu apakah protes Perang Vietnam didalangi pemerintah asing .

NSA bekerja sama dengan badan intelijen lain membuat "daftar orang-orang yang diawasi" yang berisi nama-nama kritikus anti perang, dan lalu menyadap telepon mereka.

Program tersebut berlanjut setelah Richard Nixon menguasai Gedung Putih pada 1969. Jaksa Agung AS Elliot Richardson akhirnya menutup program NSA pada 1973, setelah pemerintahan Nixon diguncang skandal Watergate.

Operasi Minaret

Keberadaan operasi yang dinamakan "Minaret" itu sejatinya sudah terkuak pada 1970-an. Namun, nama-nama mereka yang disadap baru terungkap saat ini.

Dokumen rahasia tersebut diterbitkan setelah sebuah panel pemerintah memutuskan mendukung penelitian di George Washington University .

National Security Archive milik George Washington University, merupakan sebuah lembaga penelitian yang berusaha memeriksa dan menguak kerahasiaan pemerintah.

Peneliti Matthew Aid dan William Burr, yang menerbitkan dokumen rahasia itu, Rabu 25 September, mengatakan pelanggaran intelijen selama era Perang Vietnam jauh melampaui ekses dari program saat ini -- yang dibocorkan Edward Snowden.

"Sama mengejutkannya dengan pengungkapan kegiatan intelijen domestik NSA saat ini. Namun, sejauh ini belum ada bukti atau indikasi korps intelijen saat ini melakukan langkah-langkah seperti ini, untuk memantau musuh politik Gedung Putih," tulis mereka.

Beberapa pejabat di NSA dalam dokumen itu kemudian juga menyebut program mata-mata ini sebagai tindakan yang "hina". "Jika tak bisa dikatakan ilegal." (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini