Sukses

Kereta Maut Terbang dari Rel Saat Masinis Sedang Terima Telepon

Faktor manusia diduga penyebab kecelakaan maut merenggut 79 jiwa. Namun, mungkin kesalahan bukan hanya milik masinis.

Sebuah fakta baru muncul terkait kecelakaan kereta maut di Spanyol yang menewaskan 79 jiwa pada Rabu 24 Juli 2013. Informasi dari petugas pengadilan yang  mengutip rekaman data menyebut, masinis sedang terlibat dalam pembicaraan telepon dengan staf perusahaan kereta, saat gerbong tergelincir keluar rel di sebuah kelokan di dekat Kota Santiago de Compostela.

Pihak pengadilan Galicia mengatakan, kereta yang membawa lebih dari 200 orang itu melaju dengan kecepatan 159 km/jam, ketika tergelincir. Hampir dua kali batas kecepatan yang disarankan.

Seperti dimuat CNN, Selasa 30 Juli 2013, aparat keamanan telah mendakwa masinis, Francisco Jose Garzon, dengan 79 kasus pembunuhan terkait kecerobohannya sebagai seorang profesional. Itu belum termasuk dakwaan karena menyebabkan orang lain cedera akibat tindakannya yang sembrono.

Pengadilan mengabulkan pembebasan bersyarat yang diajukan Garzon, namun lisensinya untuk menjalankan kereta telah dibekukan selama 6 bulan. Ia juga diwajibkan menyerahkan paspor dan melapor ke pengadilan tiap minggu.

Kereta api yang celaka mendekati akhir dari perjalanan 6 jam antara Madrid dan Ferrol. Beberapa menit sebelum tergelincir, masinis Garzon menerima telepon dari perusahaannya, Renfe dalam perjalanan ke Ferrol. Latar belakang suara dalam telepon itu mengarahkan pada dugaan, ia sedang melihat atau membolak-balik kertas.

Dalam sistem kereta api di Spanyol, pos komando dan kontrol dapat berkomunikasi dengan masinis setiap saat selama perjalanan. Demikian diungkap juru bicara perusahaan kereta api Renfe. Komunikasi via radio telepon itu dalam Bahasa Spanyol dikenal sebagai "tren-tierras" atau "dari "dari kereta ke darat". Jika telepon radio tidak berfungsi, masinis juga menggunakan perangkat lain yakni telepon genggam. "Jika itu dianggap perlu," kata juru bicara itu kepada CNN.

Sementara, Steve Harrod, ahli transporasi kereta asal University of Dayton, Ohio, mengaku heran, saat mengetahui masinis sedang bicara lewat telepon sesaat sebelum kecelakaan. Di Amerika Serikat, Harrod mengatakan, masinis tidak diperbolehkan untuk menggunakan ponsel, untuk mencegah gangguan berbahaya.

Apalagi, sesaat sebelum kereta jatuh, menurut laporan, kereta maut Spanyol itu telah berlalu dari trek yang dikendalikan komputer ke zona yang mengharuskan masinis untuk mengendalikan pengereman dan akselerasi,

"Ada kemungkinan bahwa percakapan telepon masinis -- yang tampaknya merupakan bagian dari tugasnya telah menimbulkan gangguan sehingga ia melupakan transisi dari otomatis ke kontrol pengemudi," kata Harrod. "Saya pikir apa yang terjadi bukan kesalahan dia sendiri."

Kereta seharusnya mulai melambat sekitar 4 kilometer sebelum kelokan. Masinis sempat mengerem sebelum kecelakaan, kecepatan turun dari 192 km/jam. Berdasarkan dokumen pengadilan, dia masih menelepon ketika kereta terbang dari rel seperti roller coaster.

Masinis selamat, meski mengalami luka akibat kecelakaan maut itu. Dari 79 korban tewas, 63 orang berasal dari Spanyol. Lainnya berasal dari Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Eropa.

Sementara, doa dikirim untuk para korban dalam misa peringatan di sebuah katedral Katolik di Santiago de Compostela yang dipimpin Uskup Agung Julian Barrio. Sang uskup meminta keluarga yang ditinggalkan tabah.

"Semuanya memiliki makna dalam hidup kita. Kita tidak berteriak dalam ruang hampa," kata dia. (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini