Sukses

Donald Trump Haramkan Kata Transgender dan Fetus

Lembaga Kesehatan di AS dilarang menggunakan 7 kata diversity, fetus, transgender, vulnerable, entitlement, science-based dan evidence-based

Liputan6.com, Washington, DC - Pada Agustus lalu, sejumlah aktivis lingkungan di Amerika Serikat kaget usai mendapati pemerintah Donald Trump melarang penggunaan istilah perubahan iklim. Langkah itu dianggap memparipurnakan kebijakan nonhijau Trump usai AS tarik diri dari kesepakatan Paris.

Selain lingkungan dan sains yang dianggap mitos oleh Trump, suami dari Melania yang didukung konservatif Partai Republik juga sangat keras dengan kesehatan, alat reproduksi manusia, dan LGBT. Baru-baru ini, perintah datang dari Trump untuk melarang penggunaan kata "vulnerable" (atau rentan merujuk kepada kondisi seseorang seperti anak-anak, lansia, dan wanita), transgender, dan fetus. 

Centers for Disease Control and Prevention (CDC)--lembaga yang berfungsi untuk melindungi manusia AS yang paling rentan (vulnerable)-- kini di bawah pemerintahan Donald Trump dilarang menggunakan sejumlah kata, termasuk "vulnerable". Hal itu tertuang dalam dokumen budget untuk 2018 yang didapat oleh Washington Post, seperti dikutip CNN pada Minggu (17/12/2017).

Dalam sebuah briefing selama 90 menit, para analis kebijakan yang memimpin institut kesehatan umum diperintahkan untuk tidak menggunakan tujuh kata, yakni diversity, fetus, transgender, vulnerable, entitlement, science-based, dan evidence-based

Sebagai alternatifnya, contoh kata "science-based" diganti dengan, "CDC berdasarkan rekomendasi dari science in consideration bersama dengan community standards...", kata seorang analis memberi contoh.

Sementara, ketika berbicara soal efek virus Zika, kata "fetus" pun diganti kata lainnya, sehingga menurut para analis kehilangan maknanya.

Menurut Post, dalam briefing itu, terdengar suara-suara protes.

"Banyak yang bergumam, 'ini sungguhan?'" kata seorang analis CDC kepada Post.

Kabar larangan itu kini tersiar ke seluruh pekerja di CDC.

"Ahli kami tidak akan diam saja," kata sumber yang tidak disebutkan namanya itu. "Mereka pasti akan berbuat sesuatu untuk membatalkan perintah larangan tersebut."

Sementara itu, juru bicara Health and Human Services, lembaga yang menjadi kepanjangan tangan Donald Trump dalam pelarangan, mengatakan ada kesalahpahaman dalam laporan tersebut.

"Pernyataan bahwa HHS telah 'melarang kata-kata' adalah karena kesalahpahaman ketika tengah melakukan perumusan anggaran," kata Matt Lloyd.

"HHS akan terus menggunakan bukti ilmiah terbaik yang tersedia untuk meningkatkan kesehatan semua orang Amerika. HHS juga sangat menganjurkan penggunaan data hasil dan bukti dalam evaluasi program dan keputusan anggaran."

Namun, kabar telah tersiar. Sejumlah lembaga di luar CDC protes dengan larangan Donald Trump itu. 

"Untuk berpura-pura dan bersikeras bahwa orang transgender tidak ada, dan membiarkan kebohongan ini menginfeksi penelitian dan pencegahan kesehatan masyarakat adalah hal tidak rasional dan sangat berbahaya," ucap Mara Keisling, Direktur Eksekutif National Centre for Transgender Equality, mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis.

"Pemerintahan Trump penuh dengan penyangkal ilmu pengetahuan berbahaya yang tidak memiliki urusan dengan sistem kesehatan masyarakat Amerika seperti CDC," lanjutnya.

"Mereka benar-benar akan membunuh orang Amerika jika mereka tidak berhenti."

Sementara itu, Dana Singiser, Wakil Presiden Public Policy and Government Affairs for Planned Parenthood Federation of America, menyebut perintah Trump itu "ceroboh" dan "tak terbayangkan betapa berbahayanya".

"Anda tidak bisa melawan virus Zika, atau memperbaiki kesehatan wanita dan janin, jika Anda tidak dapat menggunakan kata 'fetus'. Anda harus bisa berbicara tentang sains (science) dan bukti (evidance) jika Anda ingin meneliti pengobatan untuk penyakit menular seperti Ebola," kata Singiser.

"Anda harus bisa mengakui kemanusiaan dari transgender untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan mereka. Anda tidak dapat menghapus ketidakadilan kesehatan yang dihadapi oleh orang-orang berwarna hanya dengan melarang penggunaan kata-kata 'rentan' (vulnerable) atau 'keragaman' (diversity)."

"Ini kata yang masih diperbolehkan," tambah Rush Holt, Chief Executive Officer American Association for the Advancement of Science. "Konyol."

Kantor Manajemen dan Anggaran (Management and Budget) pemerintahan Donald Trump tidak segera menanggapi permintaan CNN untuk memberikan komentar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemerintah Donald Trump Resmi Haramkan Istilah 'Perubahan Iklim'

Hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris 2015 sebelumnya diikuti dengan Perintah Eksekutif Donald Trump yang mengakhiri perang terhadap batu bara.

AS dianggap kembali ke era tambang.

Memparipurnakan kebijakan nonhijau itu adalah dengan menghapus istilah "climate change" atau perubahan iklim secara resmi dari kosakata pemerintah.

Dikutip dari News.com.au pada Rabu, 9 Agustus 2017 lalu, seluruh staf di departemen pertanian AS diberikan sebuah kamus --sebagai petunjuk membuat laporan atau pernyataan-- yang memuat seluruh kata dalam kecuali "climate change".

Para pegawai di US Departement of Agriculture (USDA) diperintahkan untuk menghapus kata "climate change" atau perubahan iklim.

Kalimat itu diganti dengan "weather extreme" atau cuaca ekstrem.

Direktur USDA, Bianca Moebius-Clune memberi daftar kata yang wajib dilarang beserta kata penggantinya.

Selain kata "climate change", para staf di departemen itu haram mengucap atau menulis terminologi "climate change adaptation". Adapun istilah penggantinya adalah “resilience to weather extremes”.

Dengan demikian, jika ingin berbicara tentang penyebab perubahan iklim -- cuaca ekstrem-- para staf juga dilarang menyarankan "reduce greenhouse gases" atau mengurangi efek gas rumah kaca.

Sebagai gantinya, para staf harus mengatakan "build soil organic matter, increase nutrient use efficiency" atau "membangun bahan organik tanah, meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi".

Daftar itu diterima Moebius-Clune lewat email pada 16 Februari 2017 lalu. Namun, baru muncul akhir-akhir ini.

Meski demikian, menurut departemen tersebut, agak terlalu jauh mengaitkan dengan motivasi politik. Departemen hanya ingin melanjutkan pekerjaan mereka tanpa ingin berkontroversi dengan Gedung Putih.

"Kami tidak akan mengubah pemodelan, hanya cara bagaimana kami berbicara tentang isu itu. Ada banyak keuntungan jika memasukkan kembali karbon ke dalam tanah, dan mitigasi iklim adalah salah satunya," kata Moebius-Clune.

Sementara itu, humas dari USDA telah meminta seluruh staf untuk tidak membicarakan masalah kosakata secara terbuka kepada publik.

Namun, USDA menolak imbauannya itu dikaitkan dengan larangan diskusi perubahan iklim.

"Panduan kata itu boleh dikatakan mirip dengan prosedur yang dibuat oleh pemerintah sebelumnya, hanya saja disalahartikan oleh beberapa publikasi sains," kata pernyataan USDA.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini