Sukses

Prancis Stop Pasokan Jamur Belarus Diduga Terkontaminasi Nuklir

Sebelum tiba di Prancis, jamur tersebut sempat melewati pos pemeriksaan di wilayah Frankfurt, Jerman.

Liputan6.com, Paris - Pihak berwenang di Prancis berencana untuk menghentikan impor pasokan jamur dari Belarus. Hal itu disampaikan oleh otoritas setempat karena pasokan jamur dari negara tersebut diduga terkontaminasi oleh radiasi nuklir.

Dilansir dari laman Sky News, Minggu (3/12/2017), pasokan jamur dengan jumlah mencapai tiga ton tersebut diduga mengandung Caesium-137.

Menurut Badan Keselamatan Nuklir Prancis (IRSN), sebelum tiba di Prancis, jamur tersebut sempat melewati pos pemeriksaan di wilayah Franfurt, Jerman.

"Ketika dilakukan pemeriksaan di wilayah Jerman, petugas tak menemukan adanya kandungan bahan berbahaya dalam jamur yang dapat membahayakan kondisi kesehatan," ujar IRSN.

Namun, pada tanggal 9 November 2017, pihak IRSN Prancis menemukan adanya penampakan awan dengan kandungan Ruthenium-106.

Kandungan Ruthenium-106 adalah radioaktif yang berasal dari pemisahan atom dalam reaktor nuklir yang terbentuk secara alamiah.

Ruthenium-106 juga kerap terdeteksi berada di Pegunungan Ural dan jumlahnya bisa mencapai 1.000 kali lipat.

"Jamur yang tiba di Prancis berasal dari Belarus. Dan kami menduga jamur ini dipetik dari wilayah sekitar Chernobyl," jelas IRSN.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Chernobyl Kota Beracun

Sekitar 31 tahun yang lalu, pada tanggal 26 April 1986, penduduk Pripyat Ukraina tengah tidur pulas seperti biasanya. Tak ada indikasi mencurigakan sebelumnya, hingga malapetaka besar terjadi di kota tersebut.

Malam sebelumnya, sekelompok teknisi sedang melakukan eksperimen di Reaktor no. 4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl yang berada di dekat Pripyat. Eksperimen itu dilakukan dengan mengabaikan prosedur keamanan dan berujung fatal.

Reaktor seberat 2.000 ton tiba-tiba menjadi tak stabil. Para petugas tak mampu mengendalikan kebocoran radiasi. Kebakaran terjadi disertai ledakan yang tak terelakkan.

Hingga akhirnya insiden tersebut memakan korban, dua orang pekerja tewas yang kemudian bertambah menjadi 32 orang. Namun malapetaka ini belum usai. Para warga kemudian di evakuasi, yang semula hanya berada di sekitar proyek saja kini meluas hingga 50 ribu orang.

Pada mulanya warga hanya mengira hal itu hanya terjadi sesaat dan hanya membawa barang seadanya. Tetapi hal itu salah, mereka justru tak pernah kembali. Karena area tersebut dikosongkan, suasana kota yang semula aman dan damai tiba-tiba menjelma menjadi kota hantu yang tak berpenghuni.

Berita ini nyaris tak terdengar, pemerintah Uni Soviet yang kala itu menguasai Ukraina menutupi kecelakaan tersebut. Tetapi tak ada gunanya, lebih dari 50 ton materi radioaktif terlepas tak terkendali bahkan efeknya 400 kali lebih besar dibanding bom Hiroshima.

Efek radiasi itu kemudian menyebar dan menewaskan orang secara bertahap. Di Uni Soviet saja 5.000 orang meninggal dunia akibat kanker dan penyakit lain. Bahkan seorang anak harus lahir secara cacat dan tak memiliki kaki dan nyaris kehilangan semua jari-jarinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini