Sukses

Studi: Guru Pria di Australia Terancam 'Punah'

Menurut sebuah riset, dalam waktu 50 tahun mendatang tak ada lagi guru pria yang tersisa di Australia.

Liputan6.com, Melbourne - Jumlah guru pria di Australia mengalami penurunan drastis. Menurut sebuah riset, dalam waktu 50 tahun mendatang, tak ada lagi guru pria yang tersisa, kecuali jika pemerintah mengambil tindakan.

Berdasarkan riset tersebut, jumlah guru pria di SD dan sekolah menengah masing-masing menurun 10 persen dan 14 persen sejak tahun 1977.

Kevin McGrath dari Universitas Macquarie, yang memimpin riset tersebut, mengatakan bahwa sebagian penyebab masalah tersebut karena tak ada kebijakan yang mendorong kaum pria untuk menjadi guru.

"Yang mengkhawatirkan adalah penurunan ini berlanjut dan tidak menunjukkan perlambatan. Hal itu menunjukkan bahwa ada kecenderungan nasional yang sangat perlu ditangani jika menginginkan perubahan," kata McGrath seperti dikutip dari Australia Plus, Kamis (21/9/2017).

Riset ini mengungkap bahwa guru pria di SD akan hilang seluruhnya dari sekolah negeri pada tahun 2054 dan "punah" di seluruh Australia pada tahun 2067 -- jika penurunan tersebut berlanjut pada tingkat saat ini.

McGrath mengatakan, alasan para pria tak mau menjadi guru karena gajinya rendah dan adanya persepsi bahwa guru adalah profesi feminin.

"Pria, khususnya pria muda, menghadapi tekanan sosial agar menyesuaikan diri dengan gagasan maskulinitas tertentu," kata McGrath.

"Semakin sedikit yang menganggap menjadi guru sebagai karier yang layak," kata McGrath.

McGrath menambahkan bahwa pemerintah perlu mendorong kaum pria menjadi guru, meningkatkan jumlah posisi pengajar tetap, dan mengenalkan beasiswa pengajaran untuk pria.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Alami Seksisme dan Tuduhan Pelecehan Anak

Satu dari tiga guru pria di antara 20 guru di Sekolah Dasar St Jude, Daniel Steele, mengatakan bahwa dia menghadapi seksisme dan bahkan kecurigaan tentang pelecehan anak-anak.

Steele juga merupakan satu-satunya guru pria orang yang mengajar dalam kelas di SD St Jude. Dua guru pria lainnya adalah kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

"Saya ingat memulai karier mengajar dan mendapatkan komentar dari orang yang menduga-duga peran saya sebagai seorang guru," kata Steele.

"Mempertanyakan kemampuan saya untuk menjalankan keluarga sehubungan dengan gaji yang sangat buruk. Bahkan sampai pada, 'Mengapa Anda ingin bekerja dengan anak-anak belia? Itu pekerjaan untuk wanita dan kaum ibu'," jelas dia.

"Kemudian Anda mendapatkan komentar sangat buruk terkait dengan menyentuh anak-anak. Deskripsi ini sangat menakutkan," kata dia.

McGrath telah menjelaskan berulang kali bahwa ada penelitian yang menyebutkan kehadiran guru pria tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik murid. Namun, ada manfaat sosial yang penting di balik sosok guru laki-laki.

"Beberapa murid mungkin lebih suka membangun hubungan dengan guru perempuan dan yang lainnya mungkin lebih suka membangun hubungan dengan guru pria," kata McGrath.

"Bagi murid yang memiliki kehidupan rumah tangga berisiko, misalnya telah menyaksikan KDRT, guru pria sebenarnya bisa menjadi faktor penting," jelasnya.

"Mereka bisa datang ke sekolah dan melihat pria dan wanita berinteraksi secara positif dan tanpa kekerasan. Dan juga melihat pria merespons kepemimpinan perempuan, yang mencerminkan apa yang terjadi di dunia nyata," papar McGrath.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.