Sukses

Canggih, Teknologi Ini Mengubah Pikiran Manusia Menjadi Musik

Para insinyur saraf Austria melangkah maju terkait potensi artistik pasien melalui program komposisi musik yang dikendalikan otak.

Liputan6.com, Graz - Ada beberapa penyakit dan gangguan kesehatan yang menyebabkan seseorang "terjebak" dalam tubuhnya sendiri, misalnya penyakit degenerasi saraf seperti ALS (Lou Gehrig's Disease) tahap akhir atau cedera traumatis pada saraf tulang belakang.

Penderitanya masih bisa berpikir, bermimpi, dan merasakan emosi, tapi tidak bisa menyatakannya.

Untuk mengatasinya, selama beberapa dekade para peneliti bereksperimen dengan penghubung otak dan pikiran (brain-computer interface, BCI) agar pasien yang mengalami kondisi tersebut bisa berkomunikasi hanya dengan pikiran.

Dikutip dari Live Science pada Rabu (20/9/2017), dalam beberapa tahun ini teknologi BCI memungkinkan orang menulis pesan, mengirim surel, merambah internet, mengendalikan perangkat rumah, dan bahkan mengendarai kursi roda bermesin.

Pada 2010, suatu kelompok peneliti Jerman menggunakan BCI yang memungkinkan penderita ALS untuk "melukis dengan otak” yang membebaskan kreativitas para seniman lumpuh.

Sekarang para insinyur saraf Austria melangkah maju terkait potensi artistik pasien melalui BCI berisi program komposisi musik yang dikendalikan hanya dengan otak.

Para peneliti menguji teknologi pikiran-mesin pada para sukarelawan yang sehat dan mampu menyalin melodi musik sekaligus menggubah musik orisinal dengan ketepatan yang mengagumkan, demikian menurut terbitan jurnal Plos One.

Pimpinan penulisan laporan adalah Müeller-Putz, yang juga menjadi kepala di Institute of Neural Engineering di Graz University of Technology, Austria. Menurutnya, ia mendapat inspirasi dari keberhasilan program melukis dengan otak dan kepuasan yang diraih oleh para pasien ALS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Teknologi yang Sedikit Berbeda

Ilustrasi  electroencephalogram. (Sumber US Army)

Teknologi BCI terkini berbeda dari antarmuka lainnya. Dengan demikian, teknologi ini memungkinkan pasien memainkan musik langsung menggunakan pikiran.

Pada masa lalu, gelombang otak dipakai untuk melakukan kalibrasi nada. Teknologi sekarang memungkinkan melakukan operasi apa pun yang bisa diperintah menggunakan rangkaian karakter atau perintah individual.

Teknologi BCI bisa dipakai untuk mengeja huruf demi huruf untuk menjadi kata, atau memilih ukuran kuas dan warna cat. Terpikir oleh Müeller-Putz untuk menggunakan teknologi tersebut dengan memilih jenis nada musik tertentu.

Misalnya untuk memilih nada penuh atau nada seperempat, atau tinggi nadanya, entah nada A, B, atau C, sehingga memungkinkan penulisan lembaran lagu.

Teknologi di belakang BCI sudah ada selama 20 tahun dan didasarkan secara khusus kepada keberadaan sinyal kuat otak yang disebut P300. Sinyal otak itu kemudian direkam menggunakan electroencephalogram yang dipasang di kepala seperti sebuah topi renang.

Sinyal otak masing-masing orang berbeda satu sama lain, sehingga sistem tersebut harus dikalibrasi secara tepat untuk membaca pikiran seseorang.

Kalibrasi dilakukan dengan meminta pasien menatap layar komputer yang menampilkan huruf tersusun seperti bujur sangkar berukuran 6 x 6. Ketika menatap, huruf-huruf itu menyala pada baris dan kolom secara acak.

Saat tiap penyalaan huruf, otak pasien memberi tanggapan dengan memancarkan bentuk gelombang spesifik. Setiap sinyal dari otak sedikit berbeda, bergantung di mana letak huruf yang menyala.

Menggunakan pikiran untuk memilih karakter secara individu adalah proses yang lambat, tapi cukup mudah untuk dipelajari.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

3 dari 3 halaman

Mudah Dipelajari

Dalam eksperiman Müeller-Putz, sekelompok pemula BCI mampu menyalin ejaan kata-kata dengan ketepatan 88 persen dalam percobaan pertama.

Tingkat kesukesan serupa juga tercapai ketika menyalin nada-nada lagu rakyat "Alouette" yang dicapai dalam waktu rata-rata 21 menit untuk memilih melodi yang terdiri dari 25 nada tersebut.

Para peneliti mengundang seorang musisi profesional untuk mencoba menggubah menggunakan otaknya. Ia meraih ketepatan yang amat baik – sekitar 93,6 persen – saat latihan komposisi salinan lagu "Alouette" walaupun perlu 20 menit untuk menyelesaikannya.

Musisi itu lebih mahir saat bereksperimen komposisi bebas dan mampu menulis melodi 26 nada hanya dalam waktu 14 menit. Ia dua kali lebih cepat dibandingkan musisi bukan profesional yang perlu 30 menit untuk menulis lagi dengan rata-rata 18 nada.

Menurut Müeller-Putz, kecepatan bukan hal yang penting karena teknologi itu dirancang untuk orang yang "bukan bergaya hidup terburu-buru seperti kita. Cara pandangnya sedikit berbeda".

Eksperimen awal membuktikan bahwa BCI berdasarkan P300 bisa untuk komposisi musik. Langkah pertama adalah mencobanya pada orang yang lumpuh dan mengumpulkan umpan balik dari mereka.

Sasaran jangka panjangnya adalah memperkecil sistem yang berbasis laptop agar bisa diterapkan pada telepon pintar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.