Liputan6.com, Jakarta Selama kampanye Presiden Trump kerap menyalahkan perjanjian perdagangan Amerika Utara atau NAFTA, antara AS, Kanada dan Meksiko sebagai penyebab hilangnya lapangan kerja manufaktur Amerika dan mengancam akan keluar dari perjanjian ini.
Namun, tekanan dalam dan luar negeri membuat Presiden Trump mempertimbangkan kembali.