Sukses

Keputusan Donald Trump Ini Akan Ditentang 7.400 Wali Kota Dunia

Sekitar 7.400 wali kota di penjuru dunia akan menentang keputusan Presiden Trump untuk mengeluarkan AS dari Paris Agreement.

Liputan6.com, Washington, DC - Wali Kota dari 7.400 kota di penjuru dunia menyatakan komitmennya untuk menentang salah satu keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Mereka akan menentang rencana sang presiden untuk menarik AS keluar dari keanggotaan negara peratifikasi Paris Agreement.

Ke-7.400 wali kota itu berpendapat, keputusan Presiden Trump itu justru akan memundurkan upaya banyak wilayah di berbagai negara untuk menghadapi fenomena perubahan iklim. Demikian seperti yang diwartakan oleh The Guardian, Kamis (29/6/2017).

Para wali kota tersebut tergabung dalam Global Covenants of Mayors for Climate and Energy. Lembaga berbentuk yayasan itu berkomitmen untuk memenuhi ketentuan yang diatur dalam Paris Agreement.

Mereka akan merancang standarisasi pengukuran pengurangan emisi gas rumah kaca. Menurut ke-7.400 wali kota, standarisasi itu akan mampu membantu mereka untuk memantau upaya pengurangan emisi gas rumah kaca --yang menjadi salah satu faktor utama penyebab fenomena perubahan iklim-- yang dilakukan oleh kota-kota dunia.

Para wali kota itu juga akan melakukan pertukaran gagasan dan ide untuk menerapkan konsep wilayah yang 'bebas emisi gas karbon'.

Kassim Reed --Wali Kota Atlanta, Negara Bagian Georgia, AS-- menjelaskan bahwa, dirinya telah melakukan kunjungan ke sejumlah kota di Eropa. Pada kunjungan tersebut, Reed berusaha untuk 'mengirim sinyal' kepada sesama kolega di Benua Biru, bahwa kota-kota di Negeri Paman Sam akan berkomitmen untuk memenuhi ketentuan yang diatur dalam Paris Agreement.

"Saat ini, kami memiliki kolaborasi yang mumpuni. Aku telah ke Brussels untuk menghadiri konferensi bersama sejumlah wali kota. Sekitar 300 wali kota telah menandatangani pakta yang merefleksikan komitmen kami untuk setia pada Paris Agreement," kata Reed.

"Kami yakin bahwa keputusan Presiden Trump untuk menarik AS mundur dari keanggotaan Paris Agreement, sangat mengecewakan. Keputusan itu akan memberikan kerugian besar," tambahnya.

Wali Kota Atlanta itu telah berjanji, bahwa wilayahnya akan menggunakan energi terbarukan. Komitmen itu akan 100 persen tercapai pada 2035, menurut klaim Reed.

Menurut Reed, wilayah kota besar di AS --seperti Atlanta-- menyumbang emisi gas rumah kaca yang cukup krusial. Ia menilai, jika emisi gas buang di kota besar dapat ditekan dan dikurangi, dampaknya akan sangat signifikan.

"Kota besar memiliki kemampuan untuk mereduksi emisi gas karbon sebesar 35 - 45 persen, tanpa keterlibatan pemerintah pusat. Daripada itu, aku menyerukan kepada 7.400 kota di dunia, bahwa kita harus optimistis untuk melakukan tindakan nyata, agar menghasilkan dampak yang signifikan," tambah wali kota dari Partai Demokrat AS.

Sementara itu, Wali Kota Vancouver, Gregor Robertson, mengatakan bahwa para pemimpin wilayah urban harus proaktif dan bekerjasama untuk menghadapi dan menanggulangi fenomena perubahan iklim. Pemimpin kota di Kanada itu juga mengimbau agar AS harus tetap mewaspadai urgensi perubahan iklim.

Wakil Ketua Komisi Legislasi Uni Eropa, Maros Sefcovic, dan Duta PBB untuk Kota dan Perubahan Iklim, Michael Bloomberg, menyayangkan keputusan AS untuk keluar dari keanggotaan Paris Agreement.

Kedua figur itu juga berperan sebagai Dewan Ketua untuk Global Covenants of Mayors for Climate and Energy.

Sefcovic mengingatkan, bahwa sejumlah wilayah di Eropa dan AS bahkan tak akan sungkan untuk membangkang terhadap Gedung Putih.

"Kami telah menjalin kedekatan dengan sejumlah negara bagian AS, seperti California, Washington, New York, dll. Kami tak akan lagi bernegosiasi soal Paris Agreement dengan pemerintah pusat AS. Ini bukan lagi waktunya untuk bernegosiasi, tapi saatnya implementasi," jelas Sefcovic.

Sementara itu, Bloomberg menjelaskan, "Saat ini, AS telah separuh jalan untuk mencapai target untuk mereduksi emisi gas karbon sebesar 26 persen, yang akan tuntas pada 2025. Namun, penting untuk dipahami bahwa Gedung Putih sedikit sekali berkontribusi dalam hal itu. Yang bertanggung jawab terhadap proses tersebut adalah entitas kota, negara bagian, bisnis dan perusahaan, serta individu. Mereka tidak akan berhenti. Kami dan yayasan saya akan menyelesaikan target tersebut."

Gerakan ke-7.400 wali kota dunia yang tergabung dalam Global Covenants of Mayors for Climate and Energy itu muncul setelah Bloomberg mengumumkan akan menanamkan investasi senilai US$ 200 juta selama tiga tahun. Investasi itu akan diberikan kepada kota-kota di AS yang mampu berkomitmen dalam upaya mengurangi emisi gas karbon.

Bloomberg meminta agar setiap kota di AS berkompetisi untuk meraih investasi tersebut. Kocek senilai US$ 200 juta itu, menurut Bloomberg, dapat digunakan oleh kota untuk menerapkan konsep kota yang 'bebas emisi gas karbon'.

AS Mundur dari Paris Agreement

Paris Agreement merupakan pakta yang dirancang di bawah naungan Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB pada 2015. Pakta itu ditandatangani oleh 195 negara dan telah efektif sejak 4 November 2016.

Amerika Serikat adalah salah satu negara anggota Paris Agreement sejak 2016. Namun, pasca lawatan kenegaraannya ke Eropa, Presiden Trump memutuskan untuk menarik AS keluar dari keanggotaan pakta tersebut.

Trump menyebut, bahwa Kesepakatan Paris bertujuan untuk memincangkan, merugikan, dan memiskinkan AS. Ia mengklaim, bahwa kesepakatan itu menelan US$ 3 triliun GDP AS dan menghilangkan 6,5 juta pekerjaan.

"Untuk memenuhi kewajiban saya dalam melindungi Amerika dan warganya, Amerika Serikat akan menarik diri dari kesepakatan iklim Paris," ujar Trump saat mengumumkan hal yang mengejutkan banyak negara di dunia itu.

"Kita tak ingin pemimpin dan negara lain menertawakan kita lagi -- dan mereka tidak akan."

"Saya terpilih untuk merepresentasikan warga Pittsburgh, bukan Paris. Saya berjanji akan keluar atau menegosiasikan kembali perjanjian apa pun yang gagal memenuhi kepentingan Amerika. Banyak kesepakatan perdagangan akan segera dinegosiasikan ulang," kata Trump di Gedung Putih.

Sejumlah analis mengatakan, hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris akan semakin membebani dunia untuk mencapai tujuan kesepakatan tersebut. Pasalnya, AS berkontribusi emisi karbon global sebanyak 15 persen. Di sisi lain, AS juga merupakan sumber keuangan dan teknologi yang signifikan bagi negara berkembang untuk menekan kenaikan suhu.

Trump tidak memberikan jangka waktu hengkangnya AS. Namun, sejumlah sumber Gedung Putih sebelumnya mengatakan diperlukan waktu hingga empat tahun untuk menyelesaikan keputusan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.