Sukses

Abu Jenazah hingga Tinja, 8 Benda yang Dikirim ke Angkasa Luar

Para ilmuwan mengirimkan berbagai benda dan mahluk ke ruang angkasa, tapi tidak semuanya bersifat ilmiah.

Liputan6.com, Jakarta - Pengiriman benda atau makhluk ke ruang angkasa memerlukan biaya tinggi. Perlu energi besar untuk mendorong roket ke angkasa, sehingga penambahan berat yang sedikit sekalipun berdampak pada penambahan biaya. Demikian juga dengan kebutuhan sumber daya untuk bertahan hidup di angkasa.

Pada 2008, turis angkasa bernama Richard Garriott, seorang pengembang permainan komputer dari Texas, rela membayar US$ 30 juta kepada Badan Antariksa Federal Rusia untuk bisa ikut dalam roket Soyuz, lalu melakukan wisata 10 hari dalam International Space Station.

Tapi hambatan itu tidak menghalangi para ilmuwan mengirimkan berbagai benda dan makhluk ke ruang angkasa.

Misalnya, para peneliti penasaran dengan apa yang akan terjadi pada bakteri jika mereka berada di angkasa sehingga mereka mengirimkan bakteri Salmonella ke angkasa dan mengujinya ketika telah kembali ke Bumi. Ternyata, bakteri itu bertambah kuat.

Bukan hanya hal-hal bersifat ilmiah, seperti disarikan dari ranker.com pada Senin (26/7/2017), ada saja benda dikirimkan ke angkasa . Misalnya perusahaan Masten Space Systems di Santa Clara, California, yang menawarkan jasa mengirimkan benda apapun ke angkasa asalkan tidak lebih besar dari kaleng minuman dan tidak terlalu berat.

Berikut ini 8 sejumlah benda dan makhluk yang dikirimkan ke ruang angkasa:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

1. Abu Jenazah

Peluncuran misi STS-52. (Sumber NASA)

Gene Roddenberry, pencipta Star Trek, berkeinginan agar abu jenazhnya ditebar di ruang angkasa.

Pada 1992, suatu kapsul seukuran lipstik berisikan abu jenazahnya dibawa terbang pesawat ulang-alik Columbia dalam misi STS-52. Suatu kapsul lain dikirim pada 1997 dengan menggunakan wahana Pegasus XL.

Demikian juga dengan James Doohan yang akrab dikenal Montgomery "Scotty" Scott dalam Star Trek. Ia juga meminta agar abu jenazah miliknya juga istrinya, Majal, ditebar di angkasa. Hal itu terlaksana pada 2012, berbarengan dengan surat-surat digital dari para penggemarnya.

3 dari 9 halaman

2. Pedang Cahaya Milik Luke Skywalker

Ilustrasi pedang cahaya. (Sumber Pixabay via Creative Commons)

NASA memberikan penghargaan kepada film fiksi ilmiah Star Wars (1977) dengan cara membawa serta pedang cahaya (lightsaber) yang dipakai Luke Skywalker menghadapi Dark Side ke angkasa.

Setelah perjalanan sekitar 10 juta kilometer di ruang angkasa, perangkat itu sekarang dikembalikan kepada pihak Lucas Film. Benda itu diduga telah disimpan dalam Disney Vault.

4 dari 9 halaman

3. Stasiun Angkasa Persinggahan

Stasiun persinggahan di angkasa. (Sumber Wikimedia)

Bigelow Aerospace yang berkedudukan di Las Vegas pada Juli 2006 meluncurkan Genesis I yang merupakan misi pembuka jalan. Proyek itu berkutat pada penerapan modul-modul yang ditiup mengembang untuk menjadi wahana pengorbit Bumi.

Struktur yang dapat dihuni itu dirancang menjadi tempat singgah bagi para wisatawan sekaligus markas penelitian dan manufaktur. Memang terdengar sebagai teknologi sepele untuk bidang itu, tapi penempatan teleskop di angkasa pun dulunya juga dipandang secara skeptis.

5 dari 9 halaman

4. Telepon Android

Ilustrasi gawai HTC Evo. (Sumber Flickr via Creative Commons)

Danny Pier (25), seorang yang gandrung teknologi, menggagas proyek "Astdroid", yaitu suatu proyek bersama untuk mengirimkan sebuah telepon pintar berbasis Android ke angkasa.

Pria yang mengaku penggemar komputer itu yakin ia bisa menciptakan balon udara menggunakan telepon HTC Evo dan melacak perjalanannya menggunakan kamera, pemancar, kekuatan penghitungan, dan teknologi GPS yang ada pada perangkat itu.

Ternyata, sudah ada yang terlebih dulu meluncurkan proyek yang serupa bernama SpaceDroid.

6 dari 9 halaman

5. Beruang Air

Dua ekor tardigrade bisa bertahan hidup setelah 30 tahun lebih terperangkap es. Si 'beruang air' bahkan bisa bertelur!

Tardigrade yang dikenal sebagai "beruang air" adalah serangga mikro yang memiliki 8 kaki dan mampu menyintas suhu ekstrem dan radiasi, serta menyintas hampir 10 tahun tanpa air. Serangga itupun dikirim ke angkasa untuk melihat ketahanannya.

Pada September 2008, makhluk itu membuktikan mampu selamat dari lingkungan ekstrem di luar angkasa. Ketika kembali ke Bumi, makhluk inverbrata mungil itu terbukti sehat wal alfiat.

7 dari 9 halaman

6. Tinja Burung

Discovery | via: nasa.gov

Wahana Space Shuttle Discovery terlihat terciprat tinja burung 3 minggu sebelum peluncuran dan tinja itu tetap menempel walaupun diterpa hujan deras negara bagian Florida. Cipratan tinja itupun terbawa ke ruang angkasa.

Selagi peluncuran, wahana tersebut menyemburkan 1,14 juta liter air dan mengalami akselerasi dari 0 ke 28 ribu kilometer per jam dalam waktu kurang dari 9 menit.

Ternyata, cipratan tinja burung itu tetap menempel pada wahana bahkan ketika sedang dalam peluncuran ke angkasa.

8 dari 9 halaman

7. Bulu Babi

Ilutrasi hewan laut yang dikenal sebagai bulu babi. (Sumber Wikimedia Commons)

Para ilmuwan mengirimkan berbagai jenis makhluk demi meraih pengetahuan sehingga mereka mengirimkan tikus, kucing, lalat, dan ubur-ubur.

Pada 1948, Amerika Serikat mengirimkan monyet bernama Albert ke angkasa, tapi hewan itu mati. Baru pada 1957, seekor anjing bernama Laika dikirim mengorbit ke angkasa oleh Rusia dengan menggunakan Sputnik II.

Sejak itu, berbagai jenis hewan telah berkelana ke angkasa, misalnya marmot, katak, bekicot, kura-kura, laba-laba, dan kecoa. Pada 1990-an, beberapa bulu babi dibawa dalam wahana Columbia untuk pengujian sangat rahasia.

Beberapa tahun kemudian, pihak Angkatan Darat Amerika Serikat mengungkapkan penciptaan bom klaster "bulu babi".

9 dari 9 halaman

8. Bakteri Salmonella

Salmonella

Pada September 2006, wahana ulang-alik meluncur dari Kennedy Space Center sambil membawa beberapa tabung berisi bakteri Salmonella typhimurium untuk mempelajari pengaruh perjalanan angkasa pada mahluk tersebut.

Setelah kembali ke Bumi, bakteri itu disisipkan dalam tikus percobaan. Ternyata bakteri itu menjadi superbug yang lebih kuat dan lebih mematikan.

Tikus yang ditularkan bakteri tersebut lebih mudah sakit dan lebih cepat mati dibandingkan dengan tikus-tikus lain yang disisipkan bakteri yang menetap di Bumi.

Para ilmuwan mendapati bahwa perilaku genetik dalam bakteri itu telah berubah sehingga mahluk itu menjadi 3 kali lebih mematikan. Bakteri pengelana angkasa itu juga lebih menular dan lebih kebal terhadap suhu tinggi, kondisi asam, dan sel-sel darah putih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.