Sukses

Survei: Instagram Adalah Medsos Terburuk untuk Kesehatan Mental

Apa yang membuat Instagram menjadi media sosial terburuk bagi kesehatan mental?

Liputan6.com, London - Menurut sebuah survei yang dilakukan kepada hampir 1.500 remaja dan dewasa muda, Instagram adalah media sosial terburuk bagi kesehatan mental dan kesejahteraan.

Platform tersebut juga disebut terkait dengan tingkat kecemasan, depresi, bullying, dan Fear of Missing Out (FOMO) -- ketakutan bahwa orang lain sedang mengalami kejadian menyenangkan, di mana ia tidak merasa terlibat.

Survei #StatusOfMind yang dipublikasi oleh Royal Society for Public Health Inggris, terdapat lima media sosial yang masuk ke dalam survei. Jika diurutkan dari yang terburuk, medsos tersebut adalah Instagram, Snapchat, Facebook, Twitter, dan You Tube.

Studi sebelumnya mengatakan bahwa anak muda yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari di situs media sosial, lebih cenderung mengalami tekanan psikologis.

"Melihat teman-teman terus-menerus berlibur atau menikmati malam luar bisa membuat anak muda merasa kehilangan saat yang lain menikmati hidup," laporan #StatusOfMind menyatakan. "Perasaan ini bisa meningkatkan sikap membandingkan dan putus asa."

Dikutip dari Time, Minggu (11/6/2017), postingan di media sosial juga bisa menetapkan harapan yang tidak realistis dan menciptakan perasaan tidak mampu dan rendah diri.

"Instagram dengan mudah membuat anak perempuan dan wanita merasa seolah-olah tubuh mereka tidak cukup baik karena orang menambahkan filter dan mengedit gambar mereka agar mereka terlihat 'sempurna'," tulis salah satu responden.

Penelitian lain telah menemukan bahwa semakin banyak media sosial yang dimiliki dewasa muda, semakin besar kemungkinan mereka merasa depresi dan cemas.

Untuk mengurangi dampak berbahaya media sosial pada anak-anak dan orang dewasa awal, Royal Society meminta perusahaan media sosial melakukan perubahan. Laporan tersebut merekomendasikan adanya peringatan berupa pop-up yang bertuliskan 'penggunaan berat' di dalam aplikasi -- sekitar 71 persen responden survei mengatakan bahwa mereka akan mendukungnya.

Mereka juga merekomendasikan agar perusahaan menemukan cara untuk menyoroti saat foto seseorang telah dimanipulasi secara digital, serta mengidentifikasi dan menawarkan bantuan kepada pengguna yang dapat menderita masalah kesehatan mental.

Pemerintah juga dapat berperan dengan mengajarkan penggunaan media sosial yang aman di sekolah-sekolah. Bagi para profesional yang bekerja dengan pemuda, dapat dilatih dalam penggunaan media digital dan sosial untuk penelitian lebih lanjut mengenai dampak media sosial terhadap kesehatan mental.

Royal Society berharap dapat memberdayakan orang dewasa untuk menggunakan jejaring sosial dengan cara yang dapat melindungi dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.

Meski memiliki dampak negatif, ada beberapa manfaat yang didapatkan dari media sosial, seperti menampilkan identitas dan ekspresi diri, serta membangun komunitas dan dukungan emosional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.