Sukses

Ucapan Terima Kasih Muslim Oregon untuk 3 'Pahlawan' Portland

Ucapan terima kasih kelompok muslim Oregon terkait kasus penyerangan dua perempuan muslim di kereta kota Portland.

Liputan6.com, Portland - Pasca-penyerangan dua remaja perempuan yang mengenakan hijab di kereta, sekelompok warga Muslim yang tinggal di Portland negara bagian Oregon menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat yang telah menolong umat Muslim.

Kedua perempuan tersebut diketahui menjadi sasaran caci maki oleh seorang pria bernama Jeremy Joseph Christian, yang mengatakan bahwa seluruh Muslim harus mati.

Dikutip dari Voice of Indonesia, seorang Imam di Pusat Komunitas Islam Portland mengaku bersyukur memiliki warga yang saling membantu.

"Saya sangat bersyukur sebagai seorang warga Muslim, saya memiliki warga Portland yang bersedia berdiri bersama sebagai satu kesatuan," ujar Muhammad A. Najieb

Tiga laki-laki yang membela kedua perempuan itu mendapat serangan dari Jeremy berupa tikaman. Satu orang tewas di lokasi kejadian, satu lainnya di rumah sakit. Sedangkan laki-laki ketiga masih dirawat karena mengalami luka serius.

Kantor berita Associated Press yang mendapat keterangan dari polisi mengatakan, dua laki-laki yang tewas itu bernama Ricki John Best yang berusia 53 tahun dan Taliesin Myrddin Namkai Meche yang berusia 23 tahun.

Sedangkan, korban ketiga masih dirawat di rumah sakit karena luka serius dan diketahui bernama Micah David-Cole Fletcher yang berusia 21 tahun.

Najieb mengatakan, upaya pengumpulan dana yang dilakukan kelompoknya untuk keluarga kedua laki-laki yang tewas dalam kejadian telah menyentuh angka US$ 50.000 dalam waktu beberapa jam saja.

Polisi mengatakan akan menyelidiki tersangka bernama Jeremy Joseph Christian yang diduga menganut ideologi ekstremis dan menjadi tersangka atas kasus pembunuhan kedua laki-laki tersebut.

Serangan itu terjadi di kereta api MAX pada hari pertama bulan Ramadan yang merupakan bulan paling suci dalam kalender Islam. Jeremy ditahan karena diduga melakukan pembunuhan sadis, upaya pembunuhan, intimidasi dan melakukan kejahatan dengan senjata api.

Ia ditangkap tak lama setelah insiden itu terjadi, hingga akhirnya ia berhasil ditangkap dan dikejar oleh beberapa warga.

Pelaku Menyerah Setelah Dikejar 

Salah satu saksi mata Alvin Hall mengatakan pada KATU-TV, ia baru saja turun dari kereta api ketika melihat seorang laki-laki dalam kondisi berdarah di bagian leher. Saat itu juga ia mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Saya bertanya apa yang bisa saya lakukan dan mencari tahu kemana pelaku lari. Tiba-tiba seseorang mengatakan ia lari ke arah jembatan. Maka dari itu saya segera lari menaiki tangga menuju ke jembatan," ujar Alvin.

Di sana Alvin mengaku bertemu Chase Robinson dan Larry Blackwell, dan melihat ketiga korban sedang menghadapi tersangka yang mencoba menyerang dengan pisau.

Alvin mengatakan, begitu pelaku melihat dirinya ia mulai mengeluarkan ancaman.

"Kamu juga ingin mengejar saya, nasibmu mau seperti ini," ujar tersangka sambil menunjukkan pisaunya.

Setelah upaya penyerangan tak lama anggota kepolisan pun datang dan segera menangkap Jeremy.

Berdasarkan informasi, Jeremy dijadwalkan akan melakukan persidangan di pengadilan setempat pada hari Selasa (30/5/2017). Namun belum jelas apakah Jeremy akan didampingi oleh kuasa hukumnya.

Menanggapi kejadian ini, FBI mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah pembunuhan itu merupakan kejahatan bermotif kebencian. Namun Jeremy menghadapi beberapa tuduhan intimidasi, yang setara dengan kejahatan bermotif kebencian.

Salah satu media mingguan The Portland Mercury menerbitkan satu artikel di situsnya, dan menuliskan Jeremy pernah ikut unjuk rasa akhir April lalu sambil membawa tongkat baseball. Alat itu ia gunakan untuk menghadapi pengunjuk rasa lainnya dan tongkat pemukul itu kemudian disita polisi.

Dalam situs tersebut juga menunjukkan sebuah video dimana ada seorang laki-laki yang mengenakan rantai besi di sekeliling lehernya dan sebagian tubuhnya diselimuti bendera Amerika sambil meneriakkan kalimat 'saya nihilis'.

Nihilis adalah orang yang percaya bahwa sebuah kehidupan itu tidak memiliki arti, dan menolak semua agama dan prinsip-prinsip moral yang berlaku di masyarakat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.