Sukses

Pria Gantung Bayi hingga Tewas Lalu Bunuh Diri di Facebook Live

Facebook telah mengirim ucapan dukacita kepada keluarga akibat tereksposenya insiden itu.

Liputan6.com, Phuket - Facebook Live kembali digunakan untuk hal negatif, membunuh. Setelah sebelumnya publik Indonesia geger atas bunuh diri Pahinggar Indrawan alias Indra yang ia siarkan secara langsung beberapa waktu lalu.

Kali ini, seorang pria asal Thailand memfilmkan dirinya membunuh bayi perempuannya, lalu ia bunuh diri.

Menurut polisi, pria itu berusia 21 tahun. Ia membunuh bayi perempuannya dengan cara digantung, lalu ia pun gantung diri. Adegan itu dilakukan di sebuah hotel di kawasan turis Phuket pada Senin, 24 April 2017. Ia mengambil keputusan itu setelah berkali-kali bertengkar dengan sang istri.

Dikutip dari BBC, pada Rabu (25/4/2017), Facebook telah mengirim ucapan dukacita kepada keluarga akibat tereksposenya insiden itu. Pihak media sosial asal AS itu mengatakan konten tersebut telah dihapus.

Perusahaan tersebut menjanjikan peninjauan kembali proses produk mereka setelah rekaman pembunuhan di AS yang dilakukan secara online selama berjam-jam pada bulan ini.

Rekaman asal Thailand itu juga telah tersedia di situs berbagi video. Namun perusahaan tersebut menghentikannya setelah BBC melaporkannya. 

Kerabat pelaku sekaligus korban asal Thailand, Wuttisan Wongtalay, melihat rekaman yang menyedihkan itu dan memberi tahu polisi. Namun pihak berwenang datang terlambat untuk menyelamatkan dia dan putrinya.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Facebook mengatakan, "Ini adalah kejadian mengerikan dan hati kami semua untuk keluarga korban. Sama sekali tidak ada tempat untuk konten semacam ini di Facebook dan sekarang telah dihapus."

Kantor berita Inggris mengatakan dua video telah diunggah, pada pukul 16.50 dan 16.57 pada hari Senin, dan diturunkan sekitar pukul 17.00 pada hari Selasa, kira-kira 24 jam kemudian. Facebook belum mengkonfirmasi waktu tersebut kepada BBC.

Kementerian ekonomi digital Thailand mengatakan telah menghubungi Facebook pada hari Selasa sore tentang penghapusan videonya.

Juru bicara Kementerian Somsak Khaosuwan mengatakan kepada Reuters, "Kami tidak dapat mengajukan tuntutan kepada Facebook, karena Facebook adalah penyedia layanan dan mereka bertindak sesuai dengan protokol mereka saat kami mengirim permintaan kami. Mereka bekerja sama dengan baik."

Semenatara YouTube mengatakan telah menurunkan video dalam waktu 15 menit setelah diberitahu tentang keberadaannya oleh BBC.

Pernyataannya berbunyi, "YouTube memiliki kebijakan yang jelas tentang rekaman yang ingin diunggah dan kami dengan cepat menghapus video yang melanggar peraturan kami."

Sesaat sebelum BBC memperingatkan YouTube, video tersebut telah ditonton oleh 2,351 orang.

Pengguna media sosial Thailand bereaksi dengan kemarahan terhadap rekaman tersebut, sambil menawarkan belasungkawa kepada keluarga gadis tersebut, kata editor BBC Thai Nopporn Wong-Anan.

Kerabat keluarga yang hancur, termasuk ibu, mengambil jasad bocah kecil itu dan ayahnya dari rumah sakit pada hari Selasa.

Setelah pembunuhan di AS, Facebook mengatakan bahwa pihaknya "terus-menerus mengeksplorasi cara-cara agar teknologi baru dapat membantu kita memastikan bahwa Facebook adalah lingkungan yang aman".

"Kami memprioritaskan laporan dengan implikasi keselamatan yang serius untuk komunitas kami, dan sedang berupaya membuat proses peninjauan tersebut berjalan lebih cepat lagi," tulis salah satu eksekutifnya minggu lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Banyak Makan Korban

Sebelum itu, Facebook Live menyiarkan kematian seorang pria Chicago yang ditembak di leher dan kepalanya pada bulan Juni lalu. Kemudian pada bulan Juli seorang wanita menyiarkan kematian pacarnya setelah dia ditembak oleh polisi di Minneapolis.

Ada juga laporan tentang serangan seksual, pelecehan terhadap hewan, dan bunuh diri remaja yang telah disiarkan dalam platform itu.

Facebook mencoba menemukan cara oleh tim peninjaunya, yang mempekerjakan ribuan orang, untuk bereaksi terhadap konten semacam itu dengan lebih cepat.

Selain itu, perusahaan telah mengembangkan perangkat lunak untuk mencegah agar rekaman semacam itu dibagikan kembali secara penuh pada layanannya di kemudian hari.

Dan juga mengeksplorasi penggunaan kecerdasan buatan untuk secara otomatis menandai video dan foto yang perlu ditinjau daripada menunggu pengguna lain melaporkannya.

Apa yang tidak dibahas adalah gagasan untuk membatalkan Facebook Live sama sekali.

Dengan Twitter dan YouTube, antara lain, menawarkan produk live-streaming yang bersaing, dengan melakukan hal itu dapat menempatkannya pada posisi yang kurang menguntungkan.

Tapi akibatnya, pasti akan ada kemarahan dan kritik lebih jauh karena popularitas Facebook Live membuat perusahaan tidak lagi memperhatikan setiap siaran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.