Sukses

Kremlin: Tim Kampanye Hillary Clinton Pernah Temui Dubes Rusia

Selama ini beredar kabar bahwa hanya tim kampanye Trump yang bertemu dengan Dubes Kislyak. Namun pengakuan Kremlin menyingkap tanya baru.

Liputan6.com, Washington, DC - Bukan hanya tim kampanye Donald Trump, namun tim kampanye Hillary Clinton diduga juga pernah bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Sergey Kislyak.

Klaim yang disampaikan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ini dinilai seolah berusaha mematahkan histeria atas dugaan hubungan rahasia Moskow dengan Trump.

Komite Intelijen Senat AS akan menggelar sidang pertamanya terkait keterlibatan Rusia dalam pilpres AS pada 20 Maret mendatang. Sejumlah petinggi di komunitas intelijen dijadwalkan akan datang seperti direktur FBI, direktur badan keamanan nasional (NSA), direktur CIA, juga pemimpin organisasi intelijen itu sebelumnya.

Negeri Beruang Merah secara konsisten telah membantah keterlibatan mereka dalam pilpres AS. Hal yang sama disampaikan kembali oleh Peskov pada Minggu kemarin di mana ia mengatakan, AS mempermalukan diri mereka sendiri melalui tudingannya terhadap Rusia.

Soal pertemuan Dubes Kislyak dengan tim kampanye Trump, Kremlin pun membela diplomatnya tersebut.

"Itu pekerjaannya. Dia bicara soal hubungan bilateral, tentang apa yang terjadi di AS, sehingga kami di Moskow dapat memiliki pemahaman yang lebih baik. Ini layaknya yang terjadi di seluruh dunia," terang Peskov kepada CNN seperti dilansir Telegraph, Senin, (13/3/2017).

"Jika Anda perhatikan, sejumlah orang yang terhubung dengan Hillary Clinton semasa kampanye, Anda akan tahu bahwa pertemuan semacam itu juga terjadi. Ada banyak spesialis di politik, orang-orang yang bekerja di think tank yang menasihati Hillary atau penasihat orang yang bekerja untuk Hillary," imbuhnya tanpa menjelaskan lebih jauh klaim tersebut.

Peskov pun mengungkapkan bahwa tuduhan Washington memicu kemarahan Moskow.

"Fakta bahwa Rusia dianggap sebagai penjahat sangat aneh bagi kami. Dan kami benar-benar kecewa soal itu. Karena seluruh masalah ini membawa kita jauh dari posisi yang lebih baik. Cukup mengejutkan kami ada di posisi saat ini, sebuah mimpi buruk bagi AS," jelas Peskov.

"Anda (AS) telah mempermalukan diri sendiri dengan mengatakan bahwa sebuah negara dapat mengintervensi. Amerika, sebuah negara yang besar--negara terkuat di muka bumi, dengan tradisi politik yang sangat, sangat stabil--dan Anda katakan bahwa sebuah negara dapat mengintervensi dengan memengaruhi pemilu Anda? Ini tidak mungkin," tegasnya.

Tangan kanan Putin ini juga bersikeras bahwa Rusia tidak pernah memiliki niat untuk campur tangan dalam urusan negara lain.

Hingga saat ini tim Hillary belum mengomentari pernyataan Peskov ini.

Orang dekat Trump yang diberi jabatan penasihat keamanan nasional belum lama ini, Michael Flynn dipaksa mundur setelah terungkap ia berbohong kepada Wakil Presiden Mike Pence soal pertemuannya dengan Dubes Kislyak.

Pada awal bulan ini, laporan Foreign Policy menyebutkan bahwa tidak ada satu pun dari tim kampanye Hillary yang bertemu Kislyak atau pejabat Rusia lainnya. 

Disinggung apakah Moskow berharap Washington akan mencabut sanksi, Peskov mengatakan, Presiden Vladimir Putin tidak akan mengangkat itu sebagai isu utama dalam hubungan kedua negara. Ditekankannya bahwa belum ada jadwal pertemuan antara Trump dan Putin, meski keduanya diketahui akan hadir dalam KTT G20 di Hamburg pada Juli mendatang.

Peskov tidak menampik bahwa Rusia senang Trumplah yang menang, bukan Hillary. Di lain sisi untuk kesekian kalinya ia menegaskan tidak ada intervensi yang dilakukan Rusia.

"Hillary Clinton cukup negatif--menyebut Rusia sebagai penjahat utama, ancaman utama. Siapa yang lebih Anda sukai--seorang yang mengatakan Rusia penjahat atau seorang lainnya yang mengatakan, 'ya, saya setuju, tapi mari membuat kesepakatan'," ungkap Jubir Kremlin tersebut.

Menurut Peskov kontak awal pihaknya dengan Trump "cukup menjanjikan", meski demikian belakangan Rusia semakin kecewa dengan pemerintahan Trump.

"Kami tidak memiliki pemahaman yang tepat soal masa depan. Pastinya kami berharap kontak akan lebih sering, lebih dalam karena terdapat jeda yang cukup sifnifikan," tutur Peskov.

"Kami khawatir dengan opini publik--jika Anda memuat berita palsu, menyalahkan Rusia dan mengulangnya setiap hari bahwa Rusia mengganggu, bersalah dengan mencoba meretas, dan segala sesuatu yang tidak beres dengan AS adalah kesalahan Rusia. Kami ingin histeria ini berakhir dengan logika. Lebih cepat lebih baik daripada nanti," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini