Sukses

Istri Kena Skandal, Capres Prancis Didesak Mundur dari Pilpres

Pilpres Prancis akan menjadi pertarungan sengit antara kelompok konservatif dengan ultranasionalis.

Liputan6.com, Paris - Ketika dua rivalnya, Marine Le Pen dan Emmanuel Macron, sibuk memulai masa kampanye pemilu Presiden Prancis, Francois Fillon justru menghadapi desakan untuk mundur dari pencalonannya. Sebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan popularitas Fillon merosot menyusul skandal yang melibatkan istrinya, Penelope.

Semasa menjadi legislator, Fillon disebut-sebut mempekerjakan Penelope sebagai asisten pribadi di mana perempuan itu mendapat bayaran ratusan ribu euro.

Seperti dikutip dari Rt.com, Senin, (6/2/2017), sekitar 68 persen rakyat Prancis tidak menginginkan Fillon ikut nyapres. Demikian jajak pendapat yang dilakukan Ifop untuk Le Journal du Dimanche.

Menurut jajak pendapat yang sama, hanya 23 persen warga yang menilai politikus konservatif itu siap menjadi Presiden Prancis yang jujur. Sementara 77 persen lainnya justru berpikir sebaliknya.

"Francois Fillon jelas membayar harga untuk percintaannya," kata Frederic Dabi, Wakil General Manager Ifop, mengacu pada skandal yang dijuluki Penelopefate.

Menurut Le Canard Enchaine yang memuat laporan Penelopegate untuk pertama kalinya pada bulan lalu, sejak tahun 1998 hingga 2007,Penelope telah dipekerjakan secara langsung atau melalui perantara. Perempuan asal Inggris tersebut disebut mendapat bayaran sekitar 500.000 euro.

Namun surat kabar itu mengatakan, keseluruhan pendapatan sebelum dipotong pajak mencapai sekitar 1 juta euro.

Pejabat di Prancis tidak dilarang untuk mempekerjakan anggota keluarga mereka. Masalahnya adalah tidak ada bukti bahwa Penelope telah benar-benar menjalankan tugasnya. Inilah kenapa Fillon disebut memberi pekerjaan palsu kepada istrinya.

Pada Mei tahun 2007, tepatnya tak lama setelah suaminya menjadi PM menggantikan Nicolas Sarkozy, Penelope pernah menyinggung hal ini.

"Saya tidak pernah benar-benar menjadi asistennya atau sejenisnya. Saya tidak berurusan dengan komunikasinya," ungkap Penelope kepada Daily Telegraph.

Sementara itu, Fillon menjelaskan pekerjaan istrinya antara lain mengoreksi pidato dan mewakili dirinya hadir dalam pertemuan serta beberapa hal lainnya.

"Istri saya selama ini telah bekerja untuk saya, bahkan sejak saya terpilih pada tahun 1981," jelas Fillon kepada TF1.

Ia menambahkan, dirinya tidak akan meraih semua yang didapatnya hari ini tanpa dukungan dan bantuan sang istri.

"Saya akan membela dia, mencintai dia, melindungi dia dan memberi tahu semua orang yang mencoba menyerangnya bahwa mereka akan berhadapan dengan saya. Dia bekerja untuk saya, melaksanakan tugas-tugasnya, dan penting bagi kehidupan politik saya," tegas politikus konservatif tersebut yang menilai tuduhan atas skandal pekerjaan palsu ini untuk menggagalkan pencalonannya.

"Pertanyaannya adalah kenapa, ketika istri saya telah dibayar sejak tahun 1997, ini tiba-tiba saja dipersoalkan sekarang, dua setengah bulan sebelum pemilu? Jelas ini adalah upaya untuk menjatuhkan saya sebagai calon presiden," imbuhnya.

Pemilu Prancis akan berlangsung dua tahapan. Tahap pertama akan digelar pada 23 April sementara yang kedua pada 7 Mei.

Skandal Penelopegate ini melahirkan sebuah petisi yang menyerukan agar istri Fillon itu mengembalikan gaji yang diterimanya kepada Majelis Nasional dan kepada "rakyat Prancis". Setidaknya 400.000 orang telah mendukung petisi tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini