Sukses

Ini Profil Sosok Pembocor Dokumen Aksi Donald Trump di Rusia

Pembocor itu mantan agen mata-mata Inggris M16 berusia 52 tahun yang pernah bertugas di Paris dan Moskow. Berikut profilnya.

Liputan6.com, London - Sebuah arsip rahasia mengenai aksi Donald Trump di sebuah hotel mewah di Moskow bocor ke publik. Sebenarnya, gosip itu telah berembus pada November 2016. Semua berawal dari bocoran FBI yang kemudian diinvestigasi media Mother Jones.

Namun, 10 hari menjelang pelantikannya, BuzzFeed merilis dokumen 35 halaman yang berisi dugaan keterkaitan Trump dengan Rusia.

Atas berita itu, presiden terpilih AS itu menggelar konferensi pers perdana dan mengawalinya dengan menyebut kabar miring yang beredar menyangkut dirinya sebagai 'omong kosong belaka'.

Dokumen itu disebut-sebut tersebut disiapkan oleh mantan perwira intelijen Inggris yang disewa oleh lawan-lawan politik Trump -- yang kemudian beredar di kalangan politisi tingkat tinggi dan beberapa wartawan sejak musim gugur lalu.

Para pejabat intelijen baru-baru ini menyerahkan dua lembar kesimpulan, yang juga memuat terkait tuduhan tersebut pada Donald Trump dan Obama, demikian dilaporkan CNN.

Menurut sumber CNN, langkah luar biasa tersebut dilakukan untuk membuat Presiden AS terpilih sadar bahwa tuduhan yang melibatkan dirinya yang beredar di kalangan lembaga intelijen, anggota senior Kongres, dan pejabat pemerintah lainnya di Washington DC.

Kesimpulan tersebut dilaporkan disampaikan Direktur Intelijen Nasional (National Intelligence) James Clapper, Direktur FBI James Comey, Direktur CIA John Brennan, dan Direktur NSA Laksamana Mike Rogers.

CNN juga mendapat informasi bahwa pada 9 Desember, Senator John McCain memberikan salinan lengkap memo bertarikh Juni-Desember 2016 dari mantan diplomat Inggris yang ditempatkan di Moskow --kepada Direktur FBI James Comey.

Namun, FBI telah mendapatkannya dari mantan agen MI6 yang diserahkan pada pejabat badan intelijen di Roma.

Lantas, siapakah mantan agen M16 itu? Benarkah dibayar oleh para petinggi Demokrat?

Dikutip Liputan6.com dari New York Times, Jumat (13/1/2017), mantan agen mata-mata Inggris itu adalah Christopher Steele.

Menurut para tetangganya dan laporan media lokal Inggris, Steele keluar dan pergi dari rumahnya di Surrey dengan terburu-buru pada Rabu 11 Januari untuk menghindari perhatian. Laporan identitas pembocor pertama kali dilaporkan oleh The Wall Street Journal. Media itu melaporkan Steele menolak permintaan wawancara dengan alasan 'topiknya terlalu panas'.

Steele diketahui berusia 52 tahun. Telah lama berkarier di M16. Badan itu setara dengan CIA di Amerika Serikat. Pria itu disebut-sebut pernah bertugas di Paris dan Moskow sebelum pensiun.

Pada 2009, ia membuka firma penelitian pribadi, Orbis Business Intelligence Ltd., besama pria bernama Chrisopher Burrows. Burrows sendiri menolak mengonfirmasi ataupun mengelak apakah Steele dan Orbis yang menulis memo kesimpulan dalam dokumen itu. Pria 58 tahun tersebut juga tak mau berbicara lebih lanjut apakah perusahaan mereka berada di bawah kontrak dengan Washington untuk menggali masa lalu Trump.

Dalam profilnya di LinkedIn, Burrows mendeskripsikannya sebagai mantan penasihat kantor Kementerian Luar Negeri, dan pernah bertugas di Brussels serta New Delhi di awal tahun 2000-an.

Postingan sebagai diplomat kerap kali dibuat untuk menyamarkan bahwa ia sesungguhnya adalah agen mata-mata. Adapun Steele di laman media sosial itu tak menulis karier spesifik apapun,

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sosok yang Kredible?

Steele dikenal sebagai agen mata-mata Inggris yang mengenal seluk-beluk intrik perusahaan dan konglomerat yang akrab dengan Kremlin. Dan mengenal siapa saja yang menguasai Rusia.

Tapi, untuk investigasi Trump ini, ia disinyalir tidak berangkat ke Rusia untuk investigasinya. Ia diduga menggunakan kontak terpercaya untuk menyiapkan dokumen itu.

Kendati demikian, salah satu agen CIA yang mengenal Steele, John Sipher mengatakan mata-mata Inggris itu memiliki reputasi baik dan kredibilitas.

Sipher yang baru pensiun pada 2014 setelah berbakti selama 28 tahun pernah bertugas di Moskow tahun 1990-an. Ia orang yang membuka seksi CIA khusus untuk Rusia selama tiga tahun.

Sipher kini bekerja untuk CrossLead, perusahaan teknologi yang berkantor di Washington.

"Saya memiliki kepercayaan bahwa FBI akan menginvestasi lebih lanjut kasus ini," kata Sipher.

"Namun, yang saya takuti adalah kasus ini akan terus bergema dalam beberapa tahun ke depan dan menghantui pemerintahan baru."

Sementara itu, laman Orbis menyebut perusahaan itu "didirikan oleh mantan intelijen profesional Inggris." Berbasis di Grosvenor Gardens, dekat Stasiun Victoria di London.

Orbis mengklaim ia memiliki "kemampuan investigasi canggih" dan segunung "operasi pengumpulan intelijen yang kompleks dan sering melakikan lintas batas penyelidikan."

Menurut website itu, mereka juga menawarkan "pelaporan real-time untuk isu bisnis dan politik di semua tingkatan," dan "mengacu pada pengalaman yang luas di tingkat dewan dalam pemerintahan, diplomasi multilateral dan bisnis internasional untuk mengembangkan solusi kepada klien."

Steele dan Orbis sebelumnya telah menyelidiki korupsi di FIFA, badan sepak bola dunia.

Pada bulan Oktober, David Corn majalah Mother Jones menulis tentang dokumen itu dan menggambarkan percakapannya dengan Steele. Namun, tak disebut identitas serta dari mana ia berasal.

Menurut koran Inggris The Telegraph mengutip pernyataan seorang teman Steele, anggota M16 itu khawatir atas keselamatan diri beserta keluarga setelah nama dan kebangsaannyaterungkap.

Kini istri dan anak-anak Steel diketahui sudah tak berada di rumah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini