Sukses

Ini Alasan Trump Lanjutkan Rencana Pendaftaran Muslim AS

Dengan mengacu kepada peristiwa serangan truk di Berlin, Donald Trump bersikeras lanjutkan rencana pendaftaran muslim AS.

Liputan6.com, Palm Beach - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyatakan pada Rabu lalu bahwa serangan truk maut ke pasar Natal di Jerman merupakan "serangan terhadap kemanusiaan dan harus dihentikan."

Ia juga mengisyaratkan kemungkinan melanjutkan janjinya pada masa kampanye terkait larangan sementara masuknya imigran muslim ke Amerika Serikat.

Dikutip dari New York Post pada Kamis (22/12/2016), Trump mengatakan, "Kalian tahu rencana saya. Sejauh ini, saya terbukti benar, 100 persen benar."

Tanggapan itu diberikannya ketika ia ditanya pengaruh serangan Berlin dengan proposalnya tersebut.

Pada saat kampanye primary Partai Republik, Trump mengusulkan larangan itu sehingga mengundang kritikan dari dua partai.

Ia memperhalus kalimatnya selama pemilihan umum dengan menyebutnya larangan sementara imigrasi dari negara-negara terkait terorisme.

Juru bicara transisi belakangan mengatakan bahwa rencana Trump "mungkin saja mengecewakan mereka yang membenamkan kepalanya dalam pasir basa-basi politik."

Jason Miller, juru bicara itu, melanjutkan, "Presiden terpilih Donald Trump sudah menjelaskan bahwa kita akan menunda penerimaan mereka yang berasal dari negara-negara dengan angka terorisme tinggi dan akan menerapkan prosedur pemeriksaan ketat pada mereka yang ingin masuk agar melindungi jiwa warga AS."

Namun demikian, para pejabat transisi tidak memberikan komentar tentang apakah Trump juga akan mendesak larangan lebih meluas pada kaum muslim. Proposal lamanya masih ada di situs web kampanye.

Polisi dan petugas di lokasi serangan truk maut di pasar Natal Berlin, Jerman. (Reuters)

Kelompok ISIS telah menyatakan bertanggungjawab atas serangan Senin lalu di Berlin yang telah menewaskan 12 orang dan mencederai 48 orang lainnya.

Pada Rabu lalu, para pejabat Jerman memulai perburuan di seluruh Eropa untuk menjaring seorang pria Tunisia "berbahaya dan bersenjata" yang diduga menjadi pelaku pembunuhan tersebut.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.