Sukses

'Hanya di India', Ini 4 Hal Unik di Jalanan Negeri Gangga

Jika kita kira mengemudi di Indonesia sudah cukup mendebarkan, coba amati pengendara kendaraan bermotor di India.

Liputan6.com, Imphal - Berkendara di jalan raya, terutama di kota-kota besar yang ramai, mengandung tantangan tersendiri. Keruwetan lalu lintas dapat diakibatkan oleh berlebihnya jumlah kendaraan di jalan raya, baik bermotor maupun tidak.

Selain itu, infrastruktur jalan dan perilaku pengemudi juga menjadi faktor yang ikut andil dalam menambah keruwetan berkendara. Di kota-kota Indonesia sekarang ini, dengan semakin bertambahnya kendaraan bermotor roda dua, dinamika berkendara juga semakin ramai.

Tapi bukan hanya di Indonesia. Dinamika di jalan raya juga berlangsung ramai di negara-negara semisal India.

Pada akhir November lalu, Liputan6.com mendapat undangan dari Pemerintah India untuk meliput International Tourism Mart 2016 (ITM 2016) di Imphal, ibukota negara bagian Manipur di India Timur Laut.

Tidak ada penerbangan langsung ke Imphal sehingga kami harus transit di Kolkata, salah satu kota utama India yang paling dekat dengan kawasan Timur Laut.

Tiba juga beberapa anggota delegasi dari berbagai negara lain yang mendapat undangan pada Rabu 23 November 2016, baik dari pihak penyelenggara layanan wisata (tour operator) maupun media semisal Myanmar Times.

Mengingat waktu transit yang lumayan panjang, sekitar 10 jam, para anggota delegasi ditempatkan di sebuah hotel berbintang dan kembali ke bandara Netaji Subhas Chandra Bose pada subuh keesokan harinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Klakson Bersahutan

Karena tiba larut malam, rombongan tidak banyak melihat suasana keramaian lalu lintas sebenarnya pada jam sibuk. Berkendara melawan arus juga kerap dilakukan di Indonesia.

Namun demikian, satu hal yang sangat terasa saat dibawa menuju hotel adalah begitu gencarnya pengemudi menggunakan klaksonnya. Yang menarik, pembunyian klakson itu tidak disertai dengan raut muka kemarahan.

Liputan6.com juga membaca tulisan-tulisan di bagian belakang mobil "Please Horn". Begitulah, ternyata membunyikan klakson sesering itu memang kebiasaan dan diperbolehkan, bukan semata-mata sebagai luapan kemarahan.

Pengalaman di Kolkata juga berulang di Imphal, kota tujuan para anggota delegasi. Di kota yang jauh lebih kecil daripada Kolkata tersebut, para pengemudi kendaraan bermotor juga membunyikan klakson mereka bertubi-tubi.

Selain kendaraan roda empat, bus pengangkut para anggota delegasi ITM 2016 juga melakukan hal yang sama. Dinamika lebih tinggi lagi karena di kota kecil itu masih banyak becak India dan gerobak-gerobak angkut bertenaga manusia.

Kebiasaan membunyikan klakson juga berlangsung bahkan dalam perjalanan ke luar kota, misalnya ketika beberapa peserta ITM 2016 diajak menginap di suatu resor tepi Danau Loktak, danau terbesar di negara bagian Manipur.

3 dari 5 halaman

Pagar Pembatas Kecepatan

Berkendara di India memang unik. Untuk mengurangi kecepatan arus lalu lintas, dipasangi 'pagar' di tengah jalan. (Liputan6.com/Alexander Lumbantobing)

Ketika berangkat dari bandara menuju hotel, Liputan6.com mengamati taksi bandara dengan model yang mirip seperti model masa lalu.

Lalu, dalam perjalanan dari bandara ke hotel, kendaraan sewaan panitia melaju cukup kencang di kelengangan malam. Beberapa kali, pengemudi mobil memelankan kendaraan.

Merasa tidak nyaman, para penumpang mencoba melihat kejadian di jalan raya yang sedang kosong di malam hari. Ternyata ada palang-palang yang ditempatkan di tengah jalan raya.

Ketika jalan raya lazimnya dibersihkan dari segala halangan dan gangguan, beberapa bagian jalan raya di Kolkata justru diberi penghalang-penghalang agar pengemudi menurunkan kecepatannya.

Jika Indonesia lazimnya menggunakan ‘polisi tidur’ untuk meminta pengguna jalan raya menurunkan kecepatan, jalan raya di Kalkuta menggunakan ‘jejeran pagar’ yang membentang.

Sesama penumpang berseloroh dan mengandaikan jika ada pengemudi yang lalai atau sedang mabuk. Tentu saja pengemudi demikian bisa menabrak pagar di tengah jalan.

4 dari 5 halaman

Penumpang Berjejal

(Liputan6.com/Alexander Lumbantobing)

Sebagai negara penghasil kendaraan Tata dan Bajaj, jika dibandingkan dengan kendaraan roda dua, tampaknya India memiliki jauh lebih banyak kendaraan roda empat berukuran sangat mungil.

Kendaraan roda 3 ramai dikuasai Bajaj, sebuah merek kendaraan roda 3 yang tidak asing lagi bagi Indonesia. Namun demikian, kendaraan roda 3 tersebut mengalami modifikasi.

Bagian belakang kendaraan diperluas seperti bak tempat duduk penumpang. Masalahnya, dengan perluasan seperti itupun, penumpang masih berjejal-jejal.

Dalam beberapa film komedi, kita pernah menyaksikan adegan ketika sebuah mobil kecil diisi hingga belasan orang.

Ternyata, hal tersebut tidak terlalu jauh dari kenyataan di Imphal. Sebuah Bajaj dengan modifikasi bagian belakang bisa diisi belasan orang, termasuk kaum ibu yang membawa belanjaan.

Jumlah tersebut juga dimungkinkan karena bagian depan kendaraan roda 3 memang dibuat tanpa pintu. Jadi, setidaknya masih ada 2 orang penumpang yang bisa duduk di lantai depan, di sisi kiri dan kanan pengemudi.

Untunglah, kota Imphal terletak di dataran tinggi dengan hawa yang sejuk walaupun berdebu. Lumayan, setidaknya suhu di dalam ruang penumpang tidak terlalu menyiksa.

5 dari 5 halaman

Panjangnya Antrean BBM

(Liputan6.com/Alexander Lumbantobing)

Melihat demikian banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya, apalagi sebagai negara penghasil mobil, tidak heran kalau kebutuhan BBM negeri itu sangat banyak.

Dalam beberapa kali perjalanan, baik dalam kota besar maupun perjalanan di luar kota menuju resor, tampak antrean-antrean panjang kendaraan bermotor di SPBU-SPBU.

Liputan6.com mencoba merekam panjangnya antrian kendaraan. Ternyata, bahkan dalam kendaraan yang sedang melaju cukup kencang, rekaman berlangsung lumayan lama.

Dengan mempertimbangkan kecepatan kendaraan dan lamanya waktu rekaman, dapat dirasakan bahwa antrean-antrean memang cukup panjang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.