Sukses

Meski Dukungan Tinggal 4 Persen, Presiden Korsel Enggan Mundur

Survei terbaru menunjukkan dukungan terhadap Presiden Park hanya tersisa 4 persen. Namun ia memiliki sejumlah alasan untuk tak mundur.

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan (Korsel), Park Geun-hye mendapat rasio dukungan terendah sepanjang sejarah negara. Menurut jajak pendapat Gallup Korea yang dirilis pada Jumat 25 November waktu setempat, dukungan terhadap Park hanya tersisa 4 persen.

Skandal politik Korsel yang melibatkan sejumlah orang dekat Park tersebut juga berdampak terhadap sektor perbankan.

"Ketakutan akan kelumpuhan kebijakan akibat krisis politik juga memengaruhi kepercayaan nasabah sehingga jatuh ke titik terendah sepanjang tujuh tahun belakangan," demikian pernyataan Bank Sentral Korsel seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/11/2016).

Sebelumnya, Gallup yang berbasis di Seoul merilis hasi survei yang menunjukkan selama tiga pekan terakhir dukungan terhadap Park hanya mencapai 5 persen. Sementara tingkat kemarahan publik meningkat tiga poin menjadi 93 persen.

Pemerintahan Park diguncang skandal politik setelah seorang teman lamanya, Choi Soon-sil diduga menggunakan kedekatannya dengan dirinya untuk mencampuri urusan negara dan mendatangkan keuntungan pribadi. Jaksa yang menyelidiki kasus ini telah mengajukan dakwaan kepada Choi dan mereka diharapkan akan menginterogasi Park untuk menguak keterlibatannya.

Pada hari Minggu, tiga orang dekat Presiden Park didakwa atas tuduhan berkolusi dengannya untuk menekan sejumlah perusahaan agar menyumbangkan dana bagi dua yayasan yang dikendalikan Choi.

Sejak skandal politik ini terkuak, jaksa penuntut telah memperluas penyelidikan anti-korupsi ke orang-orang dekat Park. Mereka juga menggeledah kantor perusahaan teknologi raksasa dunia, Samsung dan Lotte Group.

Ratusan ribu orang telah turun ke jalan dalam unjuk rasa yang telah berlangsung beberapa kali. Ini disebut sebagai demonstrasi publik terbesar di Korsel sejak era 1980-an.

Dan lebih dari satu juta orang diprediksi akan berkumpul kembali pada hari Sabtu besok termasuk di antaranya 1.000 petani untuk memprotes Park. Hal ini pun memunculkan kekhawatiran akan terjadinya bentrokan dengan polisi.

5 Alasan Park Tak Akan Mengundurkan Diri

Desakan untuk mengundurkan diri muncul, namun permintaan tersebut ditolak Park. Sejumlah partai oposisi disebut tengah bekerja untuk melaksanakan proses pemakzulan, namun mereka membutuhkan dukungan dari partai penguasa jika ingin "impeachment" itu berhasil.

Menurut analis, Park memiliki lima alasan yang mungkin menjadi pertimbangannya untuk tidak mengundurkan diri. Demikian seperti dilansir CNN.

Pertama, kekebalan yang melekat pada seorang presiden membuatnya "lolos" dari penuntutan kecuali terkait kasus pemberontakan atau pengkhianatan. Jika dia memilih mundur maka ia berpotensi ditangkap.

Kedua, tidak ada yang mengambil alih wewenang presiden. Di Korsel, perdana menteri hanya sebagai simbol.

Meski Park telah memecat Hwang Kyo-ahn yang menjabat sebagai PM pada awal November lalu, namun Hwang mewakili Park hadir di KTT APEC di Peru. Karena calon yang diajukan untuk menggantikannya, Kim Byong-joon belum disetujui oleh partai-partai oposisi.

CNN memuat dalam laporannya, bahwa beredar kabar di media lokal yang menyarankan agar Sekjen PBB, Ban Ki-moon yang akan segera habis masa jabatannya untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Hal ini sendiri belum dikonfirmasi oleh Ban sementara menurut kantor berita Korsel, Yonhap, dukungan terhadap Ban cukup baik.

Ketiga, Park tidak didesak oleh partai pendukungnya untuk mundur.

Presiden Korsel Park Geun-hye (Reuters)

"Ada kemarahan yang luar biasa di dalam negeri dan beberapa pemimpin oposisi pun telah menyerukan dia segera mundur. Namun secara umum, secara politik, oposisi kelihatannya lebih memilih untuk melancarkan pemakzulan. Sementara, partai pendukungnya tidak menekan Park untuk mengundurkan diri," ujar asisten profesor spesialis di sejarah modern Korea di University of Hong Kong, Paul Cha.

Posisi oposisi yang lemah menjadi pertimbangan keempat Park untuk tidak mengundurkan diri. Dave Kang, seorang profesor hubungan internasional dan spesialis Korsel di University of Southern California mengatakan partai oposisi belum didukung publik.

"Setiap orang tahu bahwa akan terjadi kekosongan kekuasaan jika dia mengundurkan diri. Itu sebabnya pula, oposisi belum melakukan pemakzulan. Jika Park mengundurkan diri, pemilu akan dilaksanakan dalam waktu 60 hari dan oposisi tidak siap untuk memerintah," ujar Kang yang menyebut kekacauan mungkin saja terjadi.

Hal terakhir yang menjadi pertimbangan Park untuk tidak mengundurkan diri adalah silsilahnya. Presiden perempuan pertama Korut itu adalah putri dari eks Presiden Park Chung-hee yang memimpin Korsel pada 1961-1979.

Ayah Park tewas setelah dibunuh oleh kepala intelijennya sendiri. Peristiwa ini terjadi selang lima tahun setelah kematian sang ibu yang meninggal dunia setelah menjadi korban salah tembak. Peluru itu seharusnya ditujukan kepada suaminya.

Sebagian berpendapat Park Chung-hee adalah seorang diktator pelanggar HAM dan menentang perbedaan pendapat. Karena itu Park dinilai akan memperjuangkan posisinya dan tak akan menyerah tanpa perlawanan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.