Sukses

Rusia Ancam Serangan Besar Saat AS Lakukan Pilpres, Ada Apa?

Bertepatan dengan Pilpres AS 2016, Rusia mengancam akan melancarkan serangan udara dan rudal jelajah berskala besar di Aleppo.

Liputan6.com, Aleppo - Rusia mengancam akan melancarkan serangan udara dan rudal jelajah berskala besar di Aleppo bertepatan dengan dilaksanakannya Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016.

Menurut sejumlah laporan media di Moskow, serangan tersebut akan menargetkan pinggiran kota di mana kelompok pemberontak berusaha untuk memecah pengepungan rezim Assad di distrik timur.

"Dalam kasus-kasus sebelumnya, ketika serangan udara diluncurkan dari Laut Kaspia, ada puluhan target yang musnah. Kali ini, dalam dua atau tiga hari, ratusan teroris sasaran akan dimusnahkan dari jarak jauh," ujar sebuah sumber militer kepada website Gazeta.ru.

Dalam beberapa hari terakhir, Angkatan Laut Rusia dengan jumlah cukup besar telah berkumpul di Mediterania timur. Di sana kapal induk Admiral Kuznetsov, Peter the Great, dan Admiral Grigorovich telah tiba.

Seperti yang dijelaskan oleh pejabat militer kepada media Rusia, serangan ke Aleppo akan menunjukkan kekuatan dan kemampuan militer Negeri Beruang Merah itu saat dilaksanakannya Pilpres AS.

Dikutip dari The Guardian, Rabu (9/11/2016), seorang pengamat telah menekankan bahwa Vladimir Putin akan mengembalikan status Rusia sebagai kekuatan global.

Hal itu akan melibatkan serangan udara mendadak dari kapal induk, penggunaan rudal jelajah Klibre dari kapal Admiral Grigorovich atau kapal selam, serta pesawat tempur yang lepas landas dari pangkalan udara Hmeimim dekat Latakia.

Selama kampanye Pilpres AS berlangsung, badan-badan intelijen AS menuduh Rusia sebagai dalang dari peretasan email capres Partai Demokrat, Hillary Clinton, yang kemudian bocor ke situs WikiLeaks.

Jika terpilih, Hillary diprediksi akan mengadopsi sikap keras AS terhadap Rusia seperti yang dilakukan oleh pemerintahan Obama.

Rencana serangan berskala besar itu dianggap oleh beberapa pihak sebagai cara Putin menyempitkan langkah Hillary untuk melakukan manuver, yakni dengan melumpuhkan oposisi Suriah sebelum pada akhirnya Mantan Menteri Luar Negeri AS itu memasuki Gedung Putih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.