Sukses

Masyarakat AS Tak Memilih Presiden secara Langsung, Lalu?

Pada setiap pemilu, masyarakat AS ternyata tidak memilih langsung kepala negaranya. Berikut ini penjelasannya.

Liputan6.com, New York - Amerika Serikat pada 8 November 2016 akan melangsungkan pemilihan umum presiden atau pilpres. Tidak dapat dimungkiri masih banyak pihak yang salah mengerti terkait sistem pemilu di Negeri Paman Sam tersebut.

Termasuk soal pemilihan presiden dan wakilnya secara langsung. Pemikiran tersebut ternyata tak akurat.

Masyarakat AS pada setiap pemilu tidak memilih langsung kepala negaranya.

"Proses pemilihan umum bukanlah proses yang mudah. Kami memang tidak memilih secara langsung presiden kami," ucap Managing Director Urusan Hubungan Masyarakat Departemen Luar Negeri AS, Richard Buangan, di New York, Senin (11/8/2016).

"Kami di AS, pada pemilu memilih Lembaga Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat (electoral college atau pemilihan elektoral). Mereka yang akan memilih presiden dan wakil presiden," lanjutnya kepada Liputan6.com

Richard menambahkan, di AS ada 538 electoral collage. Tiap-tiap negara bagian pun mempunyai jumlah electoral college berbeda-beda.

Para pemilih di AS pun akan memilih para anggota electoral college dari partai-partai peserta pemilu, seperti Republik dan Demokrat atau partai kecil lainnya.

"Nantinya para pemilih yang terpilih baik itu dari Partai Demokrat atau Republik, mereka pastinya memilih calon presiden yang dicalonkan partainya," tutur dia.

Transfer Kekuasaan

Selain soal teknis, Buangan juga merespons isu transfer kekuasaan di AS. Hal ini ia lontarkan merespons pernyataan capres Republik, Donald Trump.

Miliarder tersebut mengatakan, ia tak akan menerima hasil pemilu AS jika kalah. Pasalnya, Trump melihat pemilihan kali ini penuh kecurangan.

Terkait hal itu, Buangan memastikan transfer kekuasaan tidak akan berlangsung ricuh. Menang atau kalah kedua calon diyakini akan menerima hasil.

"Kalau pun ada sedikit perselisihan, saya percaya masih bisa ditangani," sebut dia.

Komentar ini didasari fakta kuat. Ia mencontohkan, saat terjadi perselihan pada 2000 lalu bahkan sampai dilakukan penghitungan suara ulang semuanya berjalan lancar.

"Mereka berdua (capres pada 2000, Al Gore dan George W Bush) bisa menerima hasil," tutur dia.

Oleh sebab itu, ia percaya jika nantinya kejadian serupa terulang, maka tak akan ada kekacauan seperti yang ditakutkan banyak pihak.

"Saya percaya siapa pun yang kalah mereka akan siap bekerja sama dengan pemerintahan baru," pungkas Buangan.

*Liputan Pilpres AS langsung dari Miami dan New York terlaksana berkat kerja sama dengan Kedubes Amerika Serikat untuk Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.