Sukses

3 Hal 'Kecil' yang Terbukti Mampu Memicu Perang Dunia

Tiga pertempuran skala global yang terjadi pada Abad ke-20: Perang Dunia I dan II, juga Perang Dingin dipicu hal yang tak terduga.

Liputan6.com, Jakarta - Pernah ada suatu masa dalam sejarah manusia, ketika negara-negara di dunia terbagi dalam beberapa kubu yang saling berhadapan. Pertempuran tak hanya dilakukan para penguasa yang berbagi perbatasan, namun sampai melanda antarbenua. Menjadi Perang Dunia.

Belum termasuk kejadian pada masa lalu, pada Abad ke-20 saja, sudah ada dua pertempuran yang melibatkan para penguasa dunia: Perang  Dunia, I dan II. Juga Perang Dingin.

Dan kini, Dunia kembali dihadapkan pada momok perang global: Perang Dunia III. Sejumlah 'titik panas' (hotspot) konflik bermunculan, misalnya di Irak, Suriah, Ukraina, Semenanjung Korea, bahkan di Laut China Selatan yang dekat dengan wilayah Indonesia.

Kekhawatiran meletusnya Perang Dunia III mengemuka pasca-penjatuhan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pertempuran masa depan diperkirakan jauh lebih mematikan dari yang pernah terjadi sebelumnya, melibatkan persenjataan mutakhir dan kekuatan nuklir.

Saking dahsyatnya, kehancuran diperkirakan bakal terjadi di sebagian besar muka Bumi. "Aku tak tahu senjata apa yang akan dipakai dalam Perang Dunia III. Namun, jika Perang Dunia IV sampai meletus, pertempuran akan dilakukan dengan menggunakan tongkat dan batu," kata Albert Einstein, merujuk pada hancurnya peradaban manusia jika pertempuran global sampai terjadi.

Diduga, Perang Dunia III akan melibatkan adu senjata nulir, menghancurkan sebagian wilayah Bumi, yang lebih mengerikan dari dampak Perang Dunia I digabungkan dengan Perang Dunia II. Akibatnya, menurut 'ramalan' Einstein, manusia akan kembali ke Zaman Batu.

Belajar dari sejarah masa lalu, berikut insiden yang memicu perang global pada Abad ke-20, yang mungkin  tak pernah dibayangkan bisa memicu sebuah bencana kolosal:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perang Dunia I

Archduke Franz Ferdinand

Pada 28 Juni 1914, dunia berubah untuk selamanya. Sebuah tragedi terjadi, putra mahkota Austria-Hungaria Archduke Franz Ferdinand dan istrinya Sophie dibunuh saat berkunjung ke Sarajevo, ibukota Bosnia.

Bosnia sebelumnya adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman tapi dianeksasi oleh Austria-Hongaria pada tahun 1908. Kunjungan sang adipati untuk mengecek kesiapan tentaranya itu menjadi kontroversial.

Pembunuhnya, adalah Gavrilo Princip, seorang Serbia. Ia menembak pasangan kerajaan itu dari jarak dekat. Upayanya bukan yang pertama, sebelumnya gerakan anti-Slavia 'Black Hand' sudah berusaha melempar granat tangan ke iring-iringan Franz Ferdinand. Upaya itu gagal.

Sebelum sempat mengarahkan pistol ke tubuhnya sendiri, Princip dibekuk. Ia kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, lolos dari ancaman eksekusi mati karena berusia di bawah 20 tahun. Pria itu meninggal di penjara akibat tuberkulosis, empat tahun kemudian.

Archduke Franz Ferdinand


Pembunuhan tersebut berujung pada ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia. Sejumlah aliansi yang dibentuk selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu saja, semua kekuatan besar terlibat dalam perang. Dan melalui koloni mereka, konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.

Menjadi casus belli, pemicu sebuah perang dahsyat, yang menyebarkan malapetaka hingga penjuru Bumi. Dua aliansi besar, Entente Powers -- Inggris, Prancis, Serbia, dan Kekaisaran Rusia (selanjutnya Italia, Yunani, Portugis, Rumania, dan Amerika Serikat ikut bergabung) -- bertempur melawan Central Powers -- Jerman dan Austria-Hungaria (selanjutnya Turki Ottoman dan Bulgaria ikut bergabung).

Jutaan nyawa melayang. Sejarah dunia berubah, 4 dinasti -- Habsburg, Romanov, Ottoman, dan Hohenzollern, yang memiliki akar kekuasaan sejak zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang. Tinggal nama.

Ada yang menyebutnya sebagai 'Perang Besar' (The Great War), "Perang untuk Mengakhiri Semua Perang" (The War to End All Wars). Kini, sejarawan menyederhanakan istilahnya menjadi Perang Dunia I

Pada 2014, pada peringatan 100 tahun Perang Dunia I warga Serbia di Bosnia meresmikan patung Gavrilo Princip, sang pembunuh, mengelu-elukannya sebagai pahlawan.

"Gavrilo Princip adalah seorang pejuang kebebasan dan kekaisaran Austria-Hungaria adalah penjajah," kata Milorad Dodik, pemimpin warga keturunan Serbia di Bosnia-Herzegovina, menyingkap selubung patung itu.

3 dari 4 halaman

Perang Dunia II

Perjanjian Versailles 1919 mungkin menjadi latar belakang, namun pemicu utama Perang Dunia II diyakini adalah sosok 'paling antagonis' dalam sejarah: Adolf Hitler.

Sejumlah diktator ternyata pernah menulis buku dan karya tulis lainnya. (Sumber histoty.co.uk)


Sejumlah besar sejarawan sepakat, Perang Dunia II disebabkan penyelesaian Perang Dunia I yang dianggap tak memuaskan.

Perjanjian Versailles, yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia I antara Sekutu dan Kekaisaran Jerman.

Salah satu poin penting dalam perjanjian tersebut adalah 'Klausul Rasa Bersalah' (War Guilt Clause) sebagai pemicu perang.

Disebutkan, pihak Jerman, juga Austria dan Hungaria menerima tanggung jawab penuh sebagai penyebab Perang Dunia I.

Akibatnya, tak hanya kehilangan sebagian wilayah koloni, sanksi finansial serta isolasi, tentara Jerman juga 'dilucuti'. Sejumlah pembatasan militer diberlakukan, untuk mencegah negara tersebut kembali memicu perang.

Rhineland didemiliterasi, Jerman bahkan harus menghapuskan angkatan udaranya.

Perjanjian tersebut menjadi pukulan berat bagi rakyat Jerman dan memicu runtuhnya Republik Weimar pada 1933.

Di tengah kondisi itulah, muncul sosok Adolf Hitler. Ia adalah seorang calon pelukis yang kemudian bergabung menjadi tentara Bavaria pada Perang Dunia I. Tugasnya yang utama kala itu adalah sebagai pembawa pesan.

Dua kali namanya dielu-elukan karena 'keberaniannya'. Hitler dua kali mengalami cedera dalam dua insiden terpisah. Pertama, kakinya terkena ledakan selongsong bom pada 1916. Matanya juga mengalami buta sementara akibat  gas mustard menjelang akhir perang.

"Kekalahan Jerman membuat Hitler patah semangat dan membutuhkan fokus baru," demikian dikutip dari Daily Telegraph, seperti dimuat situs The Week, Senin (24/10/2016).

Ia menjadi agen intelijen dan disusupkan ke Partai Pekerja Jerman -- yang akhirnya melebur ke dalam parpol itu hingga posisi puncak. Terinspirasi  paham Anton Drexle yang anti-komunis dan anti-Semit, ia menyalahkan kaum Yahudi sebagai penyebab instabilitas politik dan ekonomi yang terjadi di negerinya. Pendapatnya ternyata diterima masyarakat kala itu dan membuat sosok pelukis gagal itu populer.

Selama beberapa dekade kemudian, karier Hitler melonjak, menjadi kanselir. Dan, saat Presiden Paul Von Hindenburg meninggal dunia, ia mengangkat dirinya sebagai Fuhrer -- komandan tertinggi paramiliter Nazi.

Saat berkuasa, Hitler mengecam Perjanjian Versailles, menyebutnya tak adil. Pada pertengahan 1930-an, Jerman dalam posisi lemah dan terpecah belah. "Situasi saat itu menciptakan kesempatan emas bagi Jerman untuk kembali mendominasi Eropa."

Sepanjang tahun 1930-an, beberapa peristiwa memicu dunia kembali ke ambang konflik: Perang Saudara Spanyol, Anschlus atau aneksasi Austria, penjajahan Sudetenland, dan invasi Cekoslowakia.

Dan, penyebab langsung  Perang Dunia II adalah invasi Jerman atas Polandia pada 1 September 1939.

Invasi itu menjadi model untuk bagaimana Jerman mengobarkan perang selama enam tahun ke depan, atau yang dikenal sebagai strategi 'blitzkrieg'.

Strategi diawali menghancurkan kontrol udara musuh, rel kereta api, jalur komunikasi, dan penjatuhan amunisi.

Lalu, diikuti oleh invasi darat besar-besaran dengan mengerahkan armada tentara, tank, dan artileri. Kemudian, setelahnya giliran infantri masuk dan menghajar semua resistensi yang muncul.

Teknologi Jerman yang unggul, ditambah miskalkulasi pihak Polandia, Hitler pun menang mudah.

Dua hari setelah serangan Jerman ke Polandia, Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Hitler.

Jerman juga menyerang Uni Soviet pada bulan Juni 1941. Sementara, di Asia Pasifik, Jepang membombardir Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, Hawaii, pada tanggal 7 Desember 1941.

Prajurit Amerika Serikat bertempur dalam PD II


Negeri Sakura juga menyerang Persemakmuran Filipina yang dikuasai oleh Amerika Serikat, serta Malaya, Singapura, dan Hong Kong yang dikuasai oleh Britania Raya. Amerika dan Inggris kemudian menyatakan perang terhadap Jepang.

Amerika Serikat terseret dalam perang di Eropa ketika pada tanggal 11 Desember 1941, Nazi Jerman dan Fasis Italia menyatakan perang terhadap AS. Hitler mengumumkan Pakta Tripartit mengharuskan Jerman mengikuti pernyataan perang Jepang.

Episode Perang Dunia II berakhir dengan cara mengerikan, ketika Hitler terpaksa bunuh diri di bunkernya ketika tentara Rusia menyerbu masuk Berlin. Tak berapa lama kemudian, bom atom Amerika Serikat dijatuhkan ke Hiroshima dan Nagasaki.

4 dari 4 halaman

Perang Dingin

Meski tak semematikan dampak perang fisik, dunia pernah mengalami periode ketegangan yang melelahkan urat syaraf.

Istilah Cold War atau Perang Dingin, mengacu pada pertarungan geopolitik, ideologi, dan ekonomi antara dua kekuatan dunia, negara adidaya (superpower), Amerika Serikat dan Uni Soviet yang dimulai pada 1947.

Perang Dingin ditandai dengan persaingan tak kunjung usai antara dua negara yang sejatinya adalah sekutu dalam Perang Dunia II.

Seperti dikutip dari situs Today I Found Out, konflik terjadi dalam berbagai bidang dan rentang, dari spionase di kota-kota besar dunia hingga pertempuran sengit di rimba Vietnam.

Perang Vietnam (phovui.vietbao.com)


Persaingan diwakili kapal selam nuklir meluncur tanpa suara di kedalaman lautan dan samudra, hingga satelit paling canggih di orbit Bumi.

Dalam pertandingan basket, hoki, balet, dan seni, film -- perang antara Komunis dan Kapitalis terjadi dalam skala kolosal yang tak pernah disaksikan dalam sejarah manusia.

Salah satu peristiwa awal yang dianggap memicu Perang Dingin diawali pidato anti-komunis Perdana Menteri Inggris Winston Churchill pada 5 Mei 1946.

"Dari Stettin di Baltik hingga Trieste di Adriatik, 'Tirai Besi' telah diturunkan di seluruh benua," kata dia kala itu, merujuk pada pengaruh Soviet ke sejumlah ibukota negara Eropa: Warsawa, Berlin, Praha, Wina, Budapest, Belgrade, Bucharest dan Sofia.

Sejumlah negara Barat memandang curiga manuver Stalin yang menaklukkan seluruh Eropa Timur setelah berhasil merebut Berlin dari Nazi. Amerika Serikat kemudian meluncurkan  Marshall Plan, dana besar untuk membantu rekonstruksi pascaperang di wilayah Eropa Barat.

Uni Soviet lalu membuat kebijakan tandingan, Zhdanov Doctrine -- yang mengklaim bahwa Amerika Serikat sedang mencari dominasi global melalui imperialisme. Di sisi lain, menurut doktrin itu, Uni Soviet berniat menghilangkan imperialisme dan sisa-sisanya fasisme, sekaligus memperkuat demokrasi.

Zhdanov Doctrine dibalas lagi dengan 'Long Telegram' yang ditulis George Kennan, wakil kepala misi AS di Moskow.

Dampak dari saling tuding luar biasa. Sejak saat itu Uni Soviet dan Amerika Serikat -- dua negara yang sebelumnya belum pernah bermusuhan di bidang apapun, yang bertempur dalam satu kubu Perang Dunia II -- mendeklarasikan sebagai musuh masing-masing dalam sebuah pertempuran yang tak pernah pecah secara terbuka, namun berlangsung selama lebih dari 50 tahun.

Ketika pada tahun 1949 Uni Soviet mengembangkan bom atom pertamanya, konfrontasi antara Amerika Serikat dan Moskow meningkat ke tingkat ancaman nuklir. Manusia yang hidup kala itu dicekam horor bencana nuklir global.

Bunker tersebut dibangun untuk salah satu tempat 'pelarian', menghindari kemungkinan serangan nuklir pada Perang Dunia II (@Andrew Brooks/Dailymail.com).


Sejumlah peristiwa terjadi setelahnya: Uni Soviet mendirikan Tembok Berlin pada Agustus 1961, Krisis Rudal Kuba pada 1962, Perang Vietnam, persaingan 'menjajah' antariksa, boikot Olimpiade Moskow oleh AS yang dibalas dengan boikot Olimpiade Los Angeles, Perang Afghanistan dan lainnya.

Meski akhirnya Perang Dingin berakhir pada 26 Desember 1991, warisan kebencian itu belum berakhir. Hingga kini.
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini