Sukses

23-9-2014: Bui Seumur Hidup untuk Menantu Osama bin Laden

Sulaiman Abu Ghaith menikah dengan Fatima, putri sulung Osama bin Laden. Ia juga juru bicara bagi Al Qaeda.

Liputan6.com, New York - "Badai pesawat terbang tak akan berhenti," suara lantang penuh kemarahan itu datang dari mulut Sulaiman Abu Ghaith.

Wajah pria tersebut terpampang dalam video Al Qaeda yang beredar luas pada Oktober 2001. Tujuannya adalah untuk merekrut lebih banyak pengikut untuk melakukan misi bunuh diri -- seperti dilakukan 19 pembajak empat pesawat komersial yang digunakan dalam serangan teror 11 September 2001 atau 9/11.

Video lain, yang dibuat pada 12 September 2001 -- sehari setelah serangan 9/11, Abu Ghaith terekam kamera duduk di sebelah Osama bin Laden dan dua pimpinan organisasi teror Al Qaeda.  
Pria Kuwait tersebut adalah juru bicara sekaligus perekrut Al Qaeda. Ia juga menantu bin Laden. Abu Ghaith menikahi Fatima, putri sulung bos organisasi tersebut.

Sulaiman Abu Ghaith dan Osama bin Laden (Al Jazeera)

Untuk predikat yang pertama, pada 23 September 2014, pengadilan di New York menjatuhkan hukuman seumur hidup. Abu Ghait didakwa terkait dalam kasus terorisme.

Ia adalah figur Al Qaeda tertinggi yang menghadapi persidangan di tanah Amerika sejak serangan 9/11, setelah ditangkap di Yordania pada 2013.

Para pembelanya menginginkan hukumannya diperingan jadi 15 tahun penjara. Alasannya, kesalahannya 'hanya' bicara dengan nada keras. Namun, jaksa menuntut seumur hidup.

"Abu Ghaith adalah seorang teroris yang duduk di sisi bin Laden pada pagi hari 12 September 2001, merayakan pembunuhan hampir 3.000 pria, perempuan, dan anak-anak tak bersalah pada hari sebelumnya," demikian pernyataan jaksa.

Selama persidangan, Abu Ghaith membantah tuduhan bahwa ia adalah perekrut Al Qaeda. Ia berdalih, apa yang dilakukannya murni karena agama -- agar semua Muslim bangkit melawan penindas.

Ia juga mengatakan, pertemuannya dengan bin Laden di sebuah gua, pada 11 September 2001 karena menghormatinya sebagai seorang syekh.

Sulaiman Abu Ghaith, menantu Osama bin Laden

 "Bukan untuk mengucapkan selamat karena ia telah membunuh ratusan orang Amerika. Aku ingin bertemu untuk tahu apa yang ia inginkan," kata Abu Ghaith membela diri.

Hingga akhir, tak ada penyesalan yang ditunjukan pria yang kala itu berusia 48 tahun.

Sebelum keputusan dibacakan terdakwa kembali melayangkan ancaman.

"Ketika Anda memborgol tangan dan berniat untuk mengubur hidup-hidup aku, pada saat yang bersamaan kalian melepaskan tangan ratusan pemuda Muslim, "kata dia melalui penerjemah.

"Mereka akan segera bergabung dengan barisan orang-orang bebas, dan dunia akan melihat akhir dari drama ini."

"Baru 15 menit yang lalu, Anda terus mengeluarkan ancaman," kata Hakim Distrik Lewis A. Kaplan saat membacakan keputusan.

"Anda, dalam penilaian saya, masih ingin melakukan apa yang bisa Anda lakukan untuk membantu Al Qaeda membunuh warga Amerika," tambah dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Al Qaeda Telah Mati?

Banyak yang menganggap Al Qaeda redup setelah kematian Osama bin Laden dalam penyerbuan AS di Pakistan. Itu benar. Namun, bukan berarti ancaman berakhir.

Pada peringatan 15 tahun teror 9/11, pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, menampakkan diri lewat video.

Penganti Osama bin Laden itu mengatakan peristiwa 9/11 bukan merupakan puncak teror. Dia menegaskan siap mengulangi teror tersebut seribu kali.

Kalian telah melancarkan serangan, tindakan kriminal melawan kami. Kami siap mengulangi serangan itu ribuan kali lagi," sebut al-Zawahiri seperti dikutip dari Daily Mail.

Sebelumnya, muncul 'putra mahkota' Bin Laden,  Hamza bin Laden.

Hamza bin Laden, putra termuda Osama bin Laden (Independent)

Hamza adalah satu dari 23 anak bin Laden. Ia putra termuda.

Hamza, yang saat ini berusia pertengahan 20-an, berjanji untuk melanjutkan aksi kelompok militan tersebut dalam memerangi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya dalam pidato yang berjudul "We Are All Osama", demikian menurut SITE Intelligence Group.

"Jika Anda berpikir bahwa kejahatan yang Anda lakukan di Abbottabad telah berlalu tanpa hukuman, maka Anda salah," ujar Hamza.

Abbottabad merupakan sebuah kamp di Pakistan yang digunakan Osama untuk bersembunyi. Pada 2 Mei 2011, US Navy Seal--pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat--menggerebek rumah persembunyian tersebut sebelum pukul 01.00 dinihari.

Penggerebekan tersebut menyebabkan Osama yang saat itu berumur 54 tahun dan anggota keluarganya meninggal dunia.

Selain vonis seumur hidup untuk menantu Osama, tanggal 23 September  tercatat dalam sejarah karena berbagai alasan. Pada tahun 1846, Planet Neptunus ditemukan oleh Johann Gottfried Galle dari Jerman.

Sementara, pada 23 September 1983 salah satu bencana transportasi udara terburuk yang menimpa maskapai penerbangan Gulf Air.

Sebanyak 107 penumpang dan 5 awak di pesawat pesawat Penerbangan  771 dari Kota Karachi, Pakistan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab dinyatakan tewas ketika burung besi itu terbang menukik tajam ke bawah, menghantam padang gurun dekat Mina Jebel Ali -- 40 km dari Abu Dhabi.

Kemudian, tanggal 22 September 1973 menjadi momentum Juan Peron kembali terpilih sebagai presiden Argentina setelah pemerintahannya digulingkan pada tahun 1955.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.