Sukses

Mantan Wakil PM Inggris Akui Perang Irak Ilegal

Pernyataan Wakil PM Inggris, Lord Prescott yang menyebut invasi Irak adalah perbuatan ilegal semakin menegaskan temuan investigasi Chilcot.

Liputan6.com, London - Melalui tulisannya di Sunday Mirror, mantan Wakil Perdana Menteri Inggris, Lord Prescott mengakui bahwa invasi ke Irak pada 2003 silam adalah ilegal. Ia pun mengatakan 'keputusan yang merupakan bencana besar' itu akan menghantui sisa hidupnya.

Dikutip dari BBC, Minggu (10/7/2016), Prescott mengatakan, ia kini setuju dengan pernyataan 'penuh kemarahan dan kesedihan' mantan Sekjen PBB, Kofi Annan yang menyebut serangan ke negeri yang pernah dipimpin Saddam Hussein itu adalah ilegal.

Tak hanya itu, ia juga memuji tindakan politisi Jeremy Corbyn yang meminta maaf atas nama Partai Buruh terkait dengan kebijakan pemerintah Inggris saat itu yang dikomandoi PM Tony Blair. Prescott juga menanggapi memo bertuliskan, "Saya bersama Anda, apapun yang terjadi," yang dikirimkan Blair kepada Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu George W. Bush.

"Benar-benar menghancurkan," ujar Prescott.

"Tidak ada satu hari pun yang terlewati tanpa saya memikirkan keputusan yang telah kami buat untuk pergi berperang. Mulai dari pasukan Inggris yang cedera hingga mereka yang memberikan hidupnya kepada negara ini. Dan juga 175 ribu warga sipil Irak yang meninggal dunia akibat Kotak Pandora yang kami buka dengan cara melengserkan Saddam Hussein," tegas mantan Wakil PM Inggris itu.

Lantas, ia pun menyampaikan permintaan maaf penuh, terutama kepada keluarga pasukan Inggris yang tewas dalam perang di Irak.

Status perang Irak kembali menghangat setelah laporan Chilcot dirilis pada Rabu 6 Juli lalu. Dokumen itu merupakan hasil investigasi yang dipimpin oleh Sir John Chilcot terhadap kebijakan pemerintah Inggris dalam kurun 10 tahun, terhitung sejak 2001 hingga 2009.

Prescott sendiri mengatakan, dokumen Chilcot telah memberikan informasi yang begitu rinci tentang berbagai kesalahan dalam invasi Irak. Namun ia sendiri ingin mengidentifikasi 'sejumlah hal tertentu yang harus dipelajari'.

"Fokus pertama saya adalah bagaimana Tony Blair menjalankan kabinetnya. Kami diberi sedikit penjelasan di atas kertas untuk membuat keputusan," tulis Prescott di Sunday Mirror.

Ia juga menegaskan tidak ada satu pun dokumen yang dapat membenarkan pendapat Jaksa Agung saat itu, Lord Goldsmith bahwa invasi Irak adalah legal.

Secara garis besar laporan Chilcot mengatakan alasan yang dipakai AS dan Inggris untuk menyerang Irak, yakni adanya senjata pemusnah massal (WMD) yang dimiliki rezim Saddam Hussein tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu, pasukan Inggris yang dikirim ke medan perang juga tidak dilengkapi dengan persenjataan dan rencana yang memadai.

Hasil investigasi itu juga menguak bahwa invasi bukanlah pilihan terakhir untuk menyelesaikan persoalan Irak, sementara itu di juga tidak ditemukan adanya ancaman mendesak dari Saddam Hussein sehingga harus ditempuh langkah militer. Singkat kata, perang Irak didasari atas informasi intelijen yang cacat.

Blair telah menyampaikan permintaan maafnya atas invasi Irak meski di saat yang sama ia menyebut hal tersebut merupakan langkah yang tepat. Salah satu keluarga pasukan Inggris yang tewas mengungkapkan kemarahannya kepada Blair dengan pernyataan tajam.

"Jika ada teroris yang paling berbahaya di dunia yang harus dimusnahkan maka itu adalah Anda, Tony Blair," ujar salah seorang perempuan yang kehilangan adik laki-lakinya dalam invasi Irak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.