Sukses

6 Mata-mata Perang Dingin dan 'Pengkhianatan' yang Melegenda...

Pengkhiatan kalangan intelijen pada masa Perang Dingin disebabkan antara lain oleh kerakusan, ideologi, ataupun dendam.

Liputan6.com, London - Usai Perang Dunia II, banyak orang mengira perseteruan antara negara yang melelahkan usai. Namun ternyata tidak.

Masing-masing negara besar, Blok Barat pimpinan AS melawan Blok Timur, pimpinan Uni Soviet (sekarang Rusia) memendam bara. Menyiapkan segala persenjataan menuju peperangan baru.

Perseteruan itu menelurkan istilah Cold War atau Perang Dingin.

Cold War antara kedua blok  lebih banyak berlangsung di bawah permukaan dan melibatkan jejaring intelijen, lengkap dengan kisah-kisah pengkhianatan.

Dikutip dari thevintagenews.com pada Selasa (5/7/2016), pengkhianatan kalangan intelijen pada masa itu disebabkan antara lain oleh kerakusan, ideologi, atau dendam.

Berikut ini adalah 6 kasus pengkhianatan dunia intelijen Perang Dingin:

1. Julius and Ethel Rosenberg

Julius dan Ethel Rosenberg. Pengkhiatan kalangan intelijen pada masa Perang Dingin disebabkan antara lain oleh kerakusan, ideologi, ataupun dendam. (Sumber thevintagenews.com)

Julius dan istrinya menjadi terkenal dalam sejarah Amerika Serikat ketika mereka didakwa bersalah telah membocorkan rahasia militer kepada Uni Soviet di awal 1950-an.

Pasangan itu menikah pada 1939, tahun yang sama dengan kelulusan sarjana elektro untuk Julius. Saat itu mereka sudah aktif dalam Partai Komunis. Sebelum 1943, keduanya keluar dari Partai Komunis karena Julius mulai berkegiatan dalam spionase.

Julius mendapat penugasan sebagai insinyur warga sipil di U.S. Army Signal Corps dan di sanalah mereka mulai bekerja sama membocorkan rahasia militer AS kepada Uni Soviet.

Di awal 1945, Julius dipecat dari pekerjaan di Signal Corps ketika latar belakangnya terkuak. Pada saat bersamaan, mereka merekrut Harry Gold, saudara lelaki Ethel, yang bekerja sebagai mekanik Angkatan Darat untuk Manhattan Project, proyek persenjataan nuklir AS.

Gold memberikan catatan-catatan dan sketsa-sketsa tentang bom atom. Sejumlah rekrut yang lain diduga mengirimkan ribuan halaman dokumen berisi perincian teknologi baru radar dan pesawat terbang.

Setelah Soviet meledakkan bom atom pertama mereka pada 1949, pemerintah AS mulai gencar mencari siapa yang memberikan pengetahuan tentang teknologi tersebut.

Dalam pengadilan setelah penangkapan pasangan itu pada 1950, Harry Gold bersaksi memberatkan mereka dan hakim menjatuhkan hukuman mati karena kejahatan mereka "lebih jahat daripada pembunuhan".

Presiden Dwight D. Eisenhower kemudian menegaskan nasib mereka setelah menolak petisi pengampunan eksekutif. Keduanya dikirim ke kursi listrik penjara Sing di negara bagian New York pada 19 Juni 1953. Hukuman mati ini merupakan yang pertama kalinya untuk spionase oleh warga sipil AS.

2. Klaus Fuchs

Klaus Fuchs. Pengkhiatan kalangan intelijen pada masa Perang Dingin disebabkan antara lain oleh kerakusan, ideologi, ataupun dendam. (Sumber thevintagenews.com)

Pria kelahiran 1911 dalam keluarga Lutheran di Jerman ini bergabung dengan Partai Komunis Jerman dan melarikan diri ke Inggris saat kebangkitan Nazi pada 1933.

Ia adalah ilmuwan cerdas dengan gelar doktor bidang Fisika dari Universitas Bristol pada 1937 dan kemudian diundang untuk kuliah lanjutan di Universitas Edinburgh.

Ia mendapatkan kewarganegaraan Inggris pada 1942 dan menandatangani Official Secrets Act. Tahun berikutnya, Fuchs menjadi anggota delegasi Inggris ke Columbia University di New York untuk mengerjakan Manhattan Project.

Tugasnya adalah menghitung perkiraan jumlah energi dalam ledakan atom, dengan spesialiasi dalam metoda implosi (ledakan ke dalam) dan fokus pada bom implosi "Fat Man". Iapun hadir dalam Trinity Test pada 16 Juli 1945.

Fuchs pertama kali berhubungan dengan kurir Soviet segera sesudah tiba di AS, yaitu dengan seseorang yang dikenalnya sebagai Raymond. Pria itu tidak lain adalah Harry Gold. Mereka bertemu beberapa kali.

Setelah penyidikan oleh FBI dan pihak Inggris, Fuchs didakwa dengan spionase di Inggris karena memasok rahasia atom ke Uni Soviet. Ia mengaku dan menceritakan kepada pihak berwenang bahwa ia "yakin sepenuhnya kepada kebijakan Rusia" dan bahwa "Sekutu Barat sengaja membiarkan Rusia dan Jerman saling berperang habis-habisan."

Spionase Fuchs diduga menjadi alasan AS membatalkan rencana dua negara terkait pemberian bom atom AS kepada Inggris. Ia didakwa bersalah pada 1950 dan dihukum 14 tahun penjara. Hukuman itu merupakan yang terberat untuk spionase karena Uni Soviet masih dipandang sebagai sekutu.

Pada Desember 1950, kewargaan Inggrisnya dicabut. Setelah 9 tahun dalam penjara Inggris, ia hijrah ke Jerman Timur dan melanjutkan kerja sebagai ahli fisika nuklir hingga pensiun pada 1979.

Ia memenangkan Medali Karl Marx yang merupakan penghargaan tertinggi bagi warga sipil Jerman Timur. Fuchs meninggal pada 1988 dalam usia 76 tahun.

3. Ray Mawby

Raymond Llewellyn Mawby lahir tahun 1933 dan mengenyam pendidikan di Long Lawford, lalu bekerja sebagai tukang listrik. Ia terjun ke politik melalui serikat pekerja.

Ia menjadi pejabat di Electrical Trades Union cabang Rubgy dan menjadi presiden dewan penasehat Conservative Trade Unionists. Mawby aktif melawan aturan legalisasi pria homoseksual. Pada 1983, ia didepak sebagai anggota parlemen.

Bagi anggota Partai Konservatif seperti dirinya, kebencian kepada komunisme sudah tertanam dalam-dalam. Tapi, pada 2012, sekitar 12 tahun setelah kematiannya, wartawan BBC menguak arsip yang menunjukkan bahwa Mawby menjadi mata-mata bagi Cekoslowakia yang saat itu merupakan bagian blok Soviet.

Pada awalnya, pihak Cekoslowakia berhati-hati dengan Mawby dan meminta bantuannya dengan selentingan remeh temeh tentang serikat dagang sebelum mulai meminta pasokan informasi-informasi peka.

Setiap kali ia menyerahkan informasi rinci, ia dibayar 100 pound sterling, suatu jumlah yang sangat lumayan dibandingkan dengan gaji tahunan anggota parlemen sebesar kira-kira 3.200 pound sterling.

Beberapa tahun kemudian, penghasilan tambahan itu bisa mencapai 400 poundsterling per tahun. Hubungan Mawby dengan jejaring spionase Cekoslowakia sepertinya berlanjut hingga November 1971 ketika arsip tentangnya ditutup. Tidak disangka-sangka, ternyata beberapa politisi Partai Buruh juga diketahui main mata dengan pihak Cekoslowakia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Merambah Kalangan Elit

4. Kelompok Cambridge Five

Harold Philby dan Donald Maclean. Pengkhiatan kalangan intelijen pada masa Perang Dingin disebabkan antara lain oleh kerakusan, ideologi, ataupun dendam. (Sumber thevintagenews.com)

Ketika pejabat intelijen Soviet bernama Arnold Deutsch bertemu dengan sarjana Cambridge University bernama Harold "Kim" Philby pada 1934, ia tidak berbasa-basi, katanya, "Kami memerlukan orang-orang yang bisa menyusup ke dalam lembaga-lembaga borjuis. Menyusuplah bagi kami!"

Philby setuju dan memulai suatu hubungan jangka panjang dengan Moskow. Mata-mata yang masih hijau itu juga mengenalkan orang-orang yang bisa diajak, yaitu 4 orang dari universitas yang sama. Mereka adalah Donald Maclean, Guy Burgess, Anthony Blunt, dan John Cairncross.

Semuanya adalah komunis yang getol dan tidak menuntut bayaran untuk layanan mereka. Seiring berjalannya waktu, strategi Soviet menggaet anggota kaum muda elit Inggris yang galau memberikan hasil yang mengagumkan.

Kelompok Cambridge Five ini dengan mulus menduduki posisi kunci dalam pemerintahan dan badan-badan intelijen Inggris.

Harold Philby bahkan mengepalai bagian anti-Soviet dalam MI6 (sejenis CIA versi Inggris).

Donald Maclean menjabat sebagai Sekretaris III kedubes Inggris untuk Prancis di Paris pada 1938. Di sana, ia terus memasok informasi tentang diplomasi Inggris dan Jerman. Ia kemudian berdinas di Washington dari 1944 hingga 1948, dan naik menjadi Sekertaris I.

Di Washington, ia menjadi sumber utama informasi bagi Moskow tentang kebijakan energi AS, sehingga sangat membantu Rusia untuk menelaah kekuatan relatif persenjataan nuklir mereka sendiri.

Guy Burgess dan John Cairncross. Pengkhiatan kalangan intelijen pada masa Perang Dingin disebabkan antara lain oleh kerakusan, ideologi, ataupun dendam. (Sumber thevintagenews.com)

Guy Burgess direkrut menjadi Departemen Pemberitaan Kemenlu Inggris pada musim semi 1944 oleh Alexander Cadogan, Wakil Tetap Urusan Luar Negeri. Dengan demikian, Burgess mendapat akses kepada komunikasi Kemenlu.

Burgess kemudian menjadi asisten bagi Hector McNeil, Menteri Negara di Kemenlu. Sebagai asisten bagi McNeil, Burgess bisa secara teratur mengirim dokumen Kemenlu yang bersifat sangat rahasia kepada KGB.

Ia biasa mengeluarkan dokumen-dokumen pada malam hari, difoto oleh pengendalinya yang mengembalikan ke meja McNeil pada pagi harinya.

Anthony Blunt direkrut oleh MI5 pada 1939. Ia membocorkan hasil intelijen Ultra yang berasal dari penyadapan mesin Enigma terkait dengan lalu lintas radio Angkatan Darat (Wehrmacht) Jerman dari front tempur Rusia. Ia juga mengaku memberikan perincian jaringan mata-mata Jerman yang beroperasi dalam Uni Soviet.

John Cairncross bekerja di sekolah telik sandi pemerintah (GC&CS) di Bletchley Park, terkait dengan sistem Ultra pada 1942 dan 1943. Pada 1944 ia bergabung dengan MI6. Selama di Bletchley Park, Cairncross mengirimkan dokumen-dokumen melalui saluran-saluran rahasia kepada Uni Soviet.

Setelah menyadari bahwa pihak berwenang mencium kegiatannya, Philby memberitahukan kepada Maclean dan Burgess sehigga mereka membelot ke Moskow pada 1951. Philby menyusul pada 1963, sedangkan Cairncross menuju Italia dan Prancis.

Status Blunt disebut secara terbuka oleh Perdana Menteri Margareth Tatcher dan ia mengaku dengan syarat terbebas dairi dakwaan dan diijinkan menetap di Inggris. Tak seorangpun dari kelompok ini yang pernah didakwa dengan tuduhan spionase.

5. Aldrich Ames

Aldrich Ames. Pengkhiatan kalangan intelijen pada masa Perang Dingin disebabkan antara lain oleh kerakusan, ideologi, ataupun dendam. (Sumber thevintagenews.com)

Pria kelahiran 1941 ini tadinya adalah seorang analis CIA yang kemudian menjadi mata-mata bagi KGB. Pada 1994, Aldrich Hazen Ames didapati bersalah telah melakukan spionase melawan negerinya sendiri dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kesempatan pengampunan di lapas tingkat keamanan tinggi di Allenwood.

Ia memiliki masalah dengan alkohol dan penilaian buruk untuk kinerjanya, tapi tetap melangkah hingga akhirnya menjadi kepala kontra-intelijen divisi Soviet untuk CIA. Namun demikian, selagi berada dalam proses perceraian yang menguras biaya, Ames melangkah masuk ke dalam kedubes Soviet di Washington D.C. dan mencoba menjual rahasia-rahasia dagang.

Sewaktu menjadi pejabat kasus di CIA, dengan kemampuan bahasa Rusia dan spesialisasi dalam dinas intelijen Rusia (termasuk KGB), ia dikirim berdinas di Ankara, Turki, dengan tugas membidik para pejabat Rusia untuk rekrutmen.

Kemudian ia berdinas di New York City dan Mexico City. Pada 1985, ketika bertugas di Divisi Soviet/Eropa Timur di kantor pusat CIA, secara diam-diam ia mendekati petinggi KGB di kedubes USSR. Tak lama kemudian, KBG membayarnyta $50 ribu.

Selama musim panas 1985, Ames beberapa kali bertemu dengan seorang diplomat Rusia dan memberikan informasi rahasia tentang orang-orang yang menjadi sumber bagi CIA dan FBI, dan juga tentang operasi-operasi teknis yang membidik Uni Soviet.

Selama 9 tahun kemudian, ia mengumpulkan bayaran hingga sekitar $2,7 juta dengan membeberkan jatidiri hampir semua agen rahasia dalam Uni Soviet yang bekerja bagi Amerika. Setidaknya ada 10 agen rahasia yang dihukum mati.

Para pejabat AS telah lama mencurigai adanya mata-mata, tapi Ames selalu lolos hingga 1994. Akhirnya, FBI menemukan bukti keterlibatan dalam tempat sampah dan komputernya.

6. Adolf Tolkachev

Adolf Tolkachev. Pengkhiatan kalangan intelijen pada masa Perang Dingin disebabkan antara lain oleh kerakusan, ideologi, ataupun dendam. (Sumber thevintagenews.com)

Tidak semua pengkhianat di masa Perang Dingin melakukannya karena tujuan-tujuan komunis. Misalnya, di awal 1977, seorang insinyur elektronika Soviet bernama Adolf Tolkachev mengirimkan catatan-catatan ke dalam mobil-mobil para diplomat AS untuk meminta bertemu dengan pejabat AS.

Pada awalnya CIA tidak peduli dan khawatir itu merupakan jebakan KGB. Tolkachev, yang bekerja di lembaga penerbangan militer di Moskow, bersikeras sehingga akhirnya dipercaya CIA. Sejak 1979 hingga 1985, ia secara teratur menyelipkan dokumen-dokumen rahasia ke dalam mantelnya ke rumah untuk difoto menggunakan kamera yang disediakan CIA.

Selama hampir satu dekade setelah pertama kali dihubungi, ia membuktikan diri menjadi sumber laporan yang sangat berharga. Ia memberika rencana, spesifikasi, dan hasil uji pesawat terbang dan rudal Soviet yang sudah ada maupun yang masih direncanakan.

Informasi yang dibocorkannya membantu pemerintah AS berhemat triliunan dolar dalam anggaran pertahanan. Sejumlah ahli sejarah intelijen menyebutnya "mata-mata terhebat setelah Penkovsky".

Untuk semua informasi itu, CIA telah membayar Tolkachev lebih dari 1 juta dolar, tapi sebagian besar uang itu disimpan dalam dana perwalian yang menunggu rencana pembelotannya. Selain itu, putranya dihadiahi album-album musik dari Led Zeppelin, The Beatles, dan sejumlah kelompok musisi Barat lainnya.

Tolkachev mengaku kegetirannya terhadap pemerintah Soviet bermula dari penyesahan mertuanya selama masa Joseph Stalin. Kepada CIA, ia mengaku mendapat inspirasi dari Aleksandar Solzhenitsyn dan Andrei Sakharov.

Kerjasama itu berantakan pada 1985 ketika ditengarai bahwa mantan agen CIA bernama Edward Lee Howard, dan mungkin Aldrich Ames juga, membeberkan kepada pihak Soviet tentang kegiatan Tolkachev. Ia dihukum mati setahun kemudian.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini