Sukses

Akankah Armada Alien Gempur Bumi Seperti 'Independence Day 2'?

Film Independence Day: Resurgence kembali mempertontonkan pertarungan epik manusia melawan ras alien.

Liputan6.com, Houston - Langit malam merah membara saat armada alien memasuki atmosfer, siap melancarkan serangan yang menghancurkan Bumi.

Tak ada pilihan selain melawan. Manusia --yang terpecah-pecah oleh suku, agama, ras, dan kepentingan -- mau tak mau harus bersatu untuk mempertahankan eksistensinya.

Itulah adegan dalam film Independence Day: Resurgence besutan sutradara spesialis tema-tema
kiamat, Roland Emmerich.

Film yang dirilis Juni 2016 itu kembali mempertontonkan pertarungan epik manusia melawan ras alien, juga langkah-langkah mengagumkan untuk menghadapinya.

Masalahnya, seberapa realistis gagasan bahwa alien mengunjungi Bumi untuk membawa misi menghancurkan kita?

Sekitar 20 tahun lalu, dalam film Independence Day versi pertama, tokoh yang dimainkan Will Smith dan Jeff Goldblum menggunakan virus untuk menggagalkan pesawat alien dan menyelamatkan manusia.

Di film terbaru, negara-negara di Bumi menciptakan program pertahanan untuk melindungi planet kita.

Bahwa alien bisa membawa malapetaka pernah disampaikan astrofisikawan Stephen Hawking.

Proyek ini diluncurkan untuk menyelidiki apakah memang benar makhluk ekstra terestrial tersebut hidup di luar angkasa


Menurut ilmuwan asal Inggris itu, alien bisa saja memusnahkan umat manusia, semudah kita menghancurkan koloni semut.

Pada 2015, Hawking ikut meluncurkan inisiatif yang disebut Breakthrough Listen untuk mencari sinyal komunikasi alien, dan kemudian memancarkan sinyal dari manusia -- dengan tujuan akhir menjalin komunikasi antar-semua makhluk di alam semesta.

"Kita tak tahu banyak soal alien, namun kita sangat mengerti tentang manusia," kata Hawking dalam pengumuman Breakthrough. "Jika kita menilik sejarah, kontak antara manusia dan organisme yang kurang cerdas (semisal binatang) bisa jadi bencara di sisi mereka," kata dia.

"Pertemuan antara peradaban yang canggih dengan yang masih primitif akan berdampak buruk bagi yang terlemah. Peradaban di luar sana, yang menerima pesan dari manusia bisa jadi miliaran tahun lebih maju dari kita. Jika benar demikian, mereka tentunya sangat digdaya, yang akan memandang kita tak lebih berharga seperti orang melihat bakteri."

Lalu, apakah alien jinak atau kejam?

Dunia sains dan teknologi masih belum memberikan jawaban kebenaran terkait keberadaan alien.


Invasi alien bukan pokok bahasan baru dalam fiksi sains. Salah satu yang paling tenar adalah War of the Worlds, karya H.G. Wells pada Abad ke-19 yang diadopsi menjadi film yang dibintangi Tom Cruise pada 2005.

Dalam film itu, alien misterius keluar dari bawah trotoar kota untuk membakar manusia.

Namun, sejumlah film menggambarkan makhluk ekstraterresterial sebagai sosok ramah. Misalnya, film Contact yang dirilis pada 1997, yang berdasarkan buku yang ditulis Carl Sagan pada 1980-an.

Buku itu menceritakan tentang sinyal yang didapatkan tim SETI (search for extraterrestrial intelligence), yang mencoba memecah kode alien.

Contact juga yang mendasari ilmuwan komunikasi Ann Druyan, sekaligus janda Sagan, untuk mendukung Breakthrough Listen pada 2015.

"Semoga akan ada periode dalam masa depan di mana kita melampaui batasan kita, menjadi lebih ramah dan tak picik," kata Druyan.

"Harapan saya, peradaban alien tak hanya lebih maju dari kita namun juga lebih menghargai kelangkaan dan nilai yang berharga dari kehidupan di semesta."

Kini, ada tiga pesawat yang sedang menuju ke luar Tata Surta -- Pioneer dan dua Voyager. Ketiganya memuat peta yang menunjukkan jalan kembali ke Bumi.

Sementara itu, terus ada inisiatif untuk menyertakan pesan untuk alien di pesawat antariksa.

Ketika perjalanan probe atau pesawat tanpa awak New Horizons melampaui Pluto dan Sabuk Kuiper, sejumlah orang berharap bisa menarik perhatian para alien.

Meski demikian, sejumlah ahli tak yakin apakah mengganti upaya SETI -- dari sekedar mendengarkan ke mengirim sinyal secara aktif -- adalah gagasan yang baik untuk mencari kehidupan lain di luar Bumi.

Ilustrasi (sumber : SETI.com)


"Pendukung SETI aktif pecah, satu sisi mendukung cara konvensional yang dicetuskan pelopornya, yang mendengarkan tapi tidak mengirimkan. Perubahan tersebut mungkin telah didorong oleh ketidaksabaran anggota muda SETI setelah 40 tahun pencarian tanpa hasil," kata Michael Michaud, penulis buku Contact with Alien Civilizations: Our Hopes and Fears About Encountering Extraterrestrials.

Namun, Michaud mengatakan, mengirim sinyal bukanlah kegiatan ilmiah. "Itu adalah upaya memprovokasi respons dari peradaban alien yang kemampuan juga intensinya sama sekali tidak kita ketahui," kata mantan pejabat U.S. Foreign Service Office, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Namun, jarak Bumi yang jauh dari peradaban lain mungkin menjadi perisai bagi kita -- dari alien yang tak ingin manusia ada di sekitar mereka.

Douglas Vakoch, direktur komposisi pesan antarbintang di SETI Institute mengatakan, "Meski mereka cenderung bersikap bermusuhan, punya niat tak baik, alien tak bisa membahayakan kita dengan jarak sejauh itu."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.