Sukses

Kisah Desa Kecil Leluhur Donald Trump

Leluhur Donald Trump lari dari AS ke desa kecil itu menghindari kemiskinan 1 abad lalu.

Liputan6.com, Kaalstadt - Kaalstadt, sebuah desa kecil di pedesaan Jerman yang kaya dengan anggur, punya banyak hal yang dapat dibanggakan. Demikian menurut warganya yang ramah, namun Donald Trump bukan salah satu di antaranya.

Kakek dari kandidat kuat calon presiden dari partai Republik AS itu besar di desa mungil yang terletak di bagian barat daya Jerman. Mereka berimigrasi ke Amerika Serikat lebih dari satu abad yang lalu untuk lari dari kemiskinan dan kemudian untuk menghindari masalah hukum.

Kini, tidak ada plakat apa pun yang tergantung di rumah-rumah berwarna putih yang saling berseberangan, tempat nenek moyang Trump pernah bertempat tinggal di Freisheimer Strasse, yang dulu disebut Engelsgasse (Angel's Lane). Dan tidak ada jalan yang bernama Trump.

Tapi pada tahun ini--yang bisa jadi berakhir dengan kemenangan miliader yang kontroversial ini sebagai presiden--Trump telah menjadi buah bibir di Kallstadt, yang memiliki populasi sebanyak 1.200 orang.

"Keluarga Trump menjadi kaya karena real-estate. Itu memang prestasi besar, tapi tak ada seorang pun keluarganya yang tinggal di kota ini. Lalu kenapa kita harus bangga?" tanya Wali Kota Thomas Jaworek, 48, seperti dilansir dari The Local, Rabu (15/6/2016).

"Jika ia menjadi presiden, mari kita lihat dulu apa yang dilakukannya untuk Amerika dan dunia. Mungkin setelah itu kami akan menggantung plakat."

Keluarga Drumpf mengubah nama mereka menjadi Trump pada tahun 1700-an, lama sebelum kakek dari Donald, Friedich, pindah ke Amerika Serikat pada usia 16 tahun, di tahun 1885, menurut penulis biografi Gwenda Blair.

Dengan hanya meninggalkan surat pendek perpisahan di meja makan, ia mengikuti kakak-kakak perempuannya ke New York, lalu menuju pesisir barat selama masa Demam Emas. Di sana kakek Trump,  membuka bar yang menawarkan makanan, minuman, serta pelacur pada para pencari keberuntungan yang kesepian, menurut Blair.

Friedrich, yang menginggriskan namanya menjadi Frederick, mengirim potongan emas kepada saudara perempuannya di pesisir timur yang menggunakannya untuk membeli properti, meletakkan cikal-bakal dinasti bisnis keluarganya.

Frederick Trump  kembali ke Kallstadt sebagai pria makmur, menikahi anak tetangga Elisabeth Christ dan memboyongnya ke New York.

Rasa rindu akan kampung halaman yang dirasakan Elisabeth kemudian segera membawa mereka kembali ke Kallstadt. Namun, karena Frederick meninggalkan Jerman sebelum menyelesaikan wajib militer, ia dan istrinya yang tengah hamil tua terpaksa kembali ke AS pada tahun 1905, menurut ahli sejarah Roland Paul.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

'Sesumbar Trump'

Hal unik dalam sejarah mentakdirkan bahwa dua orang Amerika yang terkenal karena mendirikan bisnis mereka sendiri berasal dari satu kota kecil yang sama,  karena nenek moyang pendiri dinasti saus tomat Heinz juga berasal dari Kallstadt.

Pensiunan pembuat anggur, Hans-Joachim Bender (74), merupakan keturunan seorang nenek yang termasuk klan Trump dan kakek seorang keturunan Heinz. Namun tak ada kemiripannya dengan Donald.

Kisah Desa Kecil Leluhur Donald Trump, Terkenal Anggur dan Sosis

"Apa pendapat saya tentang kebijakan Trump? Lebih baik tidak saya katakan," katanya, sambil duduk di ruang makan saat matahari mulai terbenam di kebun anggur.

"Tidak semua orang suka bualan. Saya pikir, Hillary (Clinton) tidak seradikal itu," katanya, mengacu pada kandidat dari partai Demokrat yang menjadi pesaing Trump.

Keluarga Trump sejak lama mengaku sebagai keturunan Swedia karena adanya sentimen anti-Jerman di AS selama dua perang dunia dan setelah terjadinya Holocaust.

Namun, sineas Simone Wendel, yang membuat film dokumenter ringan di tahun 2014 tentang putra-putra kampung halamannya yang kemudian menjadi terkenal berjudul "Kings of Kallstadt", berhasil membujuk Donald untuk tampil di depan kamera di kantornya di Trump Tower Manhattan dan berbicara tentang akar Jermannya.

"Warga Kallstadt adalah orang-orang yang sangat tepercaya dan kuat. Saya merasakan hal yang sama tentang diri saya sendiri. Saya kuat dan saya sangat tepercaya. Saya tepat waktu, saya mampu menyelesaikan pekerjaan," ucap Trump dalam film tersebut.

Trump juga berjanji akan mengunjungi Kallstadt untuk pertama kali jika ia berkunjung ke Jerman.

"Saya bangga karena berdarah Jerman. Itu tak perlu dipertanyakan. Tempat yang hebat."

3 dari 3 halaman

Surga Sosis

Kallstadt terkenal karena anggur putih, jalur pendakian yang indah pemandangannya, serta makanan khasnya berupa perut babi (Saumagen).

Para turis, termasuk tentara Amerika yang sedang cuti dari pangkalan udara AS di Ramstein, dapat memilih dari beberapa restoran lokal seperti toko daging dan roti isi Pig Stomach Cellar, Pig Stomach Lounge, dan Pig Stomach Paradise.

Kisah Desa Kecil Leluhur Donald Trump, Terkenal Anggur dan Sosis (DW)

Di belakang gerai daging, Edelgard Kellermann (62), yang sedang bekerja mengatakan bahwa fenomena Trump telah menarik minat pengunjung hingga dari Vietnam.

"Hal ini membuat suasana di sini menjadi tidak membosankan," katanya sambil tersenyum.

Raut wajahnya berubah menjadi suram saat ditanya tentang usulan Trump untuk membangun tembok di perbatasan AS dan Meksiko untuk menghentikan imigran gelap dan serangannya terhadap kanselir Jerman Angela Merkel karena keputusan untuk membuka pintu bagi satu juta pencari suaka pada tahun lalu.

"Trump adalah keturunan pengungsi. Nenek moyangnya pergi dari sini karena alasan ekonomi, untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Ia beruntung dan kini ekonominya jauh lebih baik. Ia seharusnya memberikan kesempatan yang sama bagi orang lain," kata Edegard, sambil menyebut Trump sebagai "demagog".

Sebulan lalu, kota kecil Kallstadt menerima pengungsinya yang pertama, keluarga Suriah yang terdiri dari empat orang.

"Ini tentang menunjukkan rasa kemanusiaan," tutur Wali Kota Jaworek, yang merupakan anggota partai konservatif Kristen-Demokrat, sama seperti Angela Merkel. Wali kota ini menunjukkan ketidaksukaannya akan retorika Trump yang kasar.

"Kenyataan bahwa kami memiliki sebuah keluarga yang tadinya hidup di penampungan pengungsi dan kini menemukan rumah mereka di Kallstadt adalah hal yang indah, dan kami merasa senang karenanya."

Namun sebagian warga Kallstadt, yang dijuluki sebagai "Brulljesmacher" atau si Omong Besar yang sering membanggakan kekayaan dan kesuksesan keluarga mereka, kini terkena imbas kehebohan yang disebabkan Trump.

Dalam acara karnaval pada bulan Februari, koran lokal menuliskan artikel satire yang menyatakan bahwa Trump akan membangun sebuah menara emas raksasa yang akan mengerdilkan gereja di desa itu, lengkap dengan teras di lantai 55 yang akan menjadi tuan rumah dari festival anggur tahunan mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini