Sukses

Penembakan Orlando, Donald Trump Tuntut Obama Lengser

Donald Trump meminta Obama turun karena penembakan massal di Orlando. Sementara Hillary prihatin.

Liputan6.com, Orlando - Tragedi penembakan Orlando yang terjadi pada Minggu, 12 Juni 2016, dinilai menjadi penembakan terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Peristiwa tersebut menyebabkan 50 orang meninggal dan 53 lainnya mengalami luka-luka.

Serangan itu dilakukan oleh seorang pria bernama Omar Mateen, yang turut tewas dalam baku tembak. Menurut keterangan penyidik, Mateen sempat mengucapkan baiat kepada ISIS saat menghubungi pihak berwenang.

Penembakan di Orlando itu pun menuai berbagai tanggapan dari beberapa pihak, termasuk Presiden AS Barack Obama.

"Kita tahu bahwa ini merupakan aksi teror dan tindakan kebencian," ujar Obama menanggapi peristiwa penembakan tersebut yang disampaikannya di Gedung Putih.

"Dan sebagai orang Amerika, kita bersatu dalam kesedihan, kemarahan, dan tekad untuk membela rakyat kami," tambahnya.

Tak hanya Obama, politikus lain termasuk calon presiden AS  Donald Trump juga memberi tanggapan atas penembakan Orlando yang disampaikan dalam akun media sosial mereka.

Donald Trump, nominasi capres AS dari Partai Republik turut menanggapi penembakan di Orlando yang disampaikan melalui Twitter.

"Penembakan yang sangat buruk di Orlando. Polisi menginvestigasi adanya kemungkinan terorisme. Banyak orang meninggal dan terluka," tulis Trump.

Sekitar 4 jam setelah tweet pertamanya, ia pun menyampaikan simpatinya kepada para korban dan keluarganya.

"Insiden mengerikan di FL (Florida). Aku berdoa untuk para korban dan keluarganya. Kapan ini akan berakhir? Kapan kita akan menjadi kuat, cerdas, dan waspada?"

Dalam kicauannya, Trump juga menyindir tanggapan Obama mengenai tragedi penembakan di Orlando dan meminta Presiden AS untuk mundur.

"Apakah Presiden Obama akhirnya akan menyebut terorisme Islam radikal? Jika tidak ia harus segera mundur dalam malu!"

"Apa yang terjadi di Orlando hanyalah permulaan. Kepemimpinan kita lemah dan tak efektif..." tulis Trump.

Ia juga memanfaatkan kesempatan tersebut unutk menyerang rivalnya dalam pemlilihan Presiden AS, Hillary Clinton, dengan me-retweet akun Twitter @WandaWalls20 yang mengatakan, "Tolong buat kami aman. Kami tak bisa membiarkan Hillary menjadi presiden. Kami akan berada dalam banyak masalah."

Hillary Clinton Prihatin

Berbeda dengan Donald Trump, Twitter capres AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, mengekspresikan keprihatinannya terhadap serangan tersebut sesaat setelah peristiwa itu terjadi.

"Terbangun mendengar berita mengejutkan dari FL (Florida). Sembari menunggu informasi lebih lanjut, aku selalu bersama mereka yang menjadi korban aksi mengerikan tersebut."

Beberapa jam kemudian Hillary kembali men-tweet dan memberikan pernyataannya dalam Facebook. 

"Aku berdoa bersama warga Amerika untuk korban penembakan di Orlando, keluarga mereka dan pihak yang telah melakukan segala cara untuk dapat menyelamatkan nyawa," ujar Hillary dalam kalimat pembuka pernyataan.

Sosok Hillary Clinton

Dikutip dari CNN, Senin (13/6/2016), ungkapan Hillary juga senada dengan tanggapan Obama yang berkata bahwa serangan tersebut merupakan aksi teror.

Hillary juga mengatakan bahwa saat ini AS perlu melipatgandakan usaha untuk mempertahankan negara dari ancaman baik di dalam maupun luar negeri.

"Itu berarti (kita) harus mengalahkan kelompok teror internasional, bekerja sama dengan sekutu dan mitra untuk melacak keberadaan mereka di mana pun, melawan upaya mereka merekrut anggota baik di sini maupun di mana saja dan menguatkan pertahanan di rumah. Hal ini juga berarti menolak untuk diintimidasi dan tetap setiap pada nilai-nilai kita," tulis Hillary.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini