Sukses

Ayah yang 'Buang' Anak di Hutan: Saya Mohon Maaf ...

Takayuki Tanooka, orangtua yang telah menghukum anaknya secara keterlaluan, telah meminta maaf kepada para pihak.

Liputan6.com, Nanae - Seorang ayah yang kehilangan putranya selama sepakan di hutan 'sarang beruang' Jepang, menyampaikan permintaan maaf secara emosional kepada para pihak yang terlibat dalam pencarian buah hatinya itu. Ia mengaku sangat menyesal.

"Tindakan berlebihan yang saya lakukan telah membawa kepedihan bagi putra saya," kata Takayuki Tanooka sambil menahan isak tangisnya. 

"Saya memohon maaf sedalam-dalamnya kepada pihak di sekolah, tim operasi penyelamatan, dan semuanya, karena saya telah merepotkan," kata sang ayah ketika menyampaikan rasa terima kasih.

"Hal pertama yang saya katakan kepada putra saya adalah, 'Saya sangat menyesal telah membuatmu mengalami penderitaan itu gara-gara ayah,' ujar Takayuki seraya mengatakan bahwa sang anak mengerti dan menganggukkan kepalanya. 

"Kami membesarkannya selama ini… saya tidak menyangka bisa begitu. Kami telah berlaku keterlaluan. Kami menyayanginya dan berharap lebih memperhatikannya sejak sekarang."

Dikutip dari News.com.au pada Sabtu (4/6/2016), sebelumnya terungkap bahwa bocah laki-laki bernama Yamato Tanooka itu ditemukan di markas militer sekitar 5 km dari tempatnya pertama kali menghilang. Saat itu ia ditemukan dalam kondisi terhalangi kasur, dan diduga mendapat minum dari kran air di dekatnya.

Ia ditemukan di markas militer di Shikabo, Hokkaido, pada Jumat 3 Juni pagi. Seorang prajurit menemukannya, "Kamu Yamoto, bukan?" tanya salah seorang petugas yang disambut dengan anggukan kepala dan "Ya, saya Yamamoto."

Pihak militer menggunakan istilah "genki" untuk menyebut kondisi Yamamoto yang dalam kondisi sehat. Anak berusia 7 tahun itu sangat kelaparan ketika ditemukan dan diberi buntalan nasi serta roti. 

"Tidak terlihat ada luka serius dan ia memperkenalkan diri sebagai Yamato Tanooka," demikian disebutkan seorang jurubicara kepolisian di Pulau Hokkaido.

Siaran NHK melaporkan bahwa anak itu dalam keadaan relatif sehat dan memperkenalkan diri sebagai Yamato Tanooka. Orangtuanya juga membenarkan bahwa anak yang ditemukan adalah putra mereka.

Menurut siaran televisi Asahi, anak tersebut ditemukan dalam bangunan tanpa penghangat yang biasa dipakai sebagai daerah latihan militer.

Menurut harian Hokkaido Shimbun, Yamamoto lantas bercerita kepada polisi bahwa ia berjalan ke markas militer setelah ditinggalkan orangtuanya pada Sabtu 28 Mei malam. Ia lalu menemukan tempat berteduh di pendopo kompleks tersebut.

Kembalinya anak itu melegakan warga Jepang, setelah seantero negeri menyimak pencariannya dengan cemas. Banyak pihak yang memuji semangatnya bertahan hidup, setelah ia ditemukan dekat sebuah markas tentara.

Manabu Takehara, jurubicara Pasukan Bela Diri Jepang mengatakan anak itu "tampak dalam keadaan sehat" dan kemudian dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan helikopter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Menanti Dalam Cemas dan Berpacu Melawan Waktu

Orangtua anak itu awalnya melapor bahwa Yamato hilang pada Sabtu 28 Mei,  ketika menyusuri hutan untuk mengumpulkan sayuran gunung. Tapi ...

Media Jepang menyebut penemuan itu sebagai mukjizat. Banyak yang tercengang mengetahui bocah sekecil itu bisa bertahan lama tanpa makanan dan minuman. Tadinya ia dikhawatirkan tidak bisa bertahan karena hujan deras terus mengguyur.

Ken Noguchi, pendaki yang pernah mendaki Everest, mengunggah cuitan terkait Yamamoto. "Jika ia bertahan seorang diri, itu adalah mukjizat yang sukar dipercaya."

Sementara beberapa pihak mengkhawatirkan dampak kejadian ini pada si anak, dan mempertanyakan kelayakan pola asuh orangtuanya.

Seorang warga mencuit, "Kira-kira apakah hancur hatinya setelah dibuang begitu saja di pegunungan?"

Polisi mengatakan lebih dari 180 penyelamat, termasuk Pasukan Bela Diri Jepang. Para anggota penyelamat sempat merasa frustrasi karena tidak menemukan bukti keberadaan sang anak.

Pencarian ini mencekam pemirsa di Jepang melalui pemberitaan  Ribuan warga menggunakan internet guna menyampaikan doa bagi keselamatan sang anak dan ada juga yang mencela orangtuanya.

Kasus ini juga memulai perdebatan di Jepang tentang disiplin dalam pengasuhan orangtua. Sebelumnya polisi mengatakan mereka mempertimbangkan mendakwa orangtua itu dengan pengabaian anak.

"Membuat anak menjadi taat dengan menakuti atau menyakiti merupakan pengasuhan yang buruk," kata Naoki Ogi, profesor pendidikan di Universitas Hosei, melalui blognya. "Itu merupakan bentuk penyesahan."

Respon Netizen

Beberapa orang melalui media sosial mengatakan bahwa orangtua sang anak layak dihukum atas perbuatan mereka menelantarkan buah hatinya.

Netizen lainnya mengutarakan rasa lega karena anak itu ditemukan dalam keadaan selamat dan sehat. Penemuan itu bahkan menjadi tren teratas Twitter di Jepang.

Salah satu cuitan berbunyi, "Wow, dia telah ditemukan!"

Yang lainnya bertanya, "Bagaimana dia bisa bertahan hanya dengan air?"

Lalu seorang lagi mencuit, "anak hilang itu ditemukan dan rasanya lega, tapi orangtuanya harus mendapat ganjaran dibuang di pulau tak berpenghuni."

Naoki Ogi, seorang pakar pendidikan yang sangat kritis tentang orangtua sang anak, mengatakan bahwa keluarga itu secara keseluruhan memerlukan perawatan psikologis untuk memulai proses pemulihan.

Ogi bertanya melalui blog yang berpengaruh, "Seberapa dalam rasa tak percaya Yamato terhadap orangtuanya? Saya harap para pakar memberikan perawatan yang cukup dan konseling yang cermat bagi semua anggota keluarga tersebut."

Orangtua anak itu awalnya melapor Yamato hilang pada Sabtu 28 Mei. Saat itu mereka mengaku telah kehilangan anaknya ketika menyusuri hutan untuk mengumpulkan sayuran gunung.

Akhirnya sang ayah, Takayuki Tanooka, mengaku telah membohongi polisi.

Takayuki berkata, anaknya melempari mobil dengan batu. Sebagai hukuman, ia dan istrinya masuk ke mobil dan meninggalkan anaknya.

Mereka menghentikan lajunya setelah berkendara kurang dari 800 meter. Keduanya lalu kembali ke tempat di mana mereka meninggalkan anaknya, tapi Yamato tak berada di sana.

Takayuki mengaku kepada polisi hanya pergi sekitar 5 menit.

Saat itu ia tak berpikir untuk meninggalkannya makanan atau air untuk sang anak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini