Sukses

Stephen Hawking Pun 'Bingung' Menjelaskan Soal Donald Trump...

Stephen Hawking adalah sosok jenius. Namun, ilmuwan itu bahkan tak sanggup menjelaskan soal fenomena Donald Trump.

Liputan6.com, London - Stephen Hawking adalah sosok jenius, salah satu ilmuwan paling terkemuka di dunia itu kerap dimintai pendapat soal hal-hal yang misterius tentang alam semesta.

Di tengah keterbatasan fisiknya, Hawking mencetuskan teori-teori rumit termasuk mengenai kosmologi, gravitasi kuantum dan lubang hitam (black hole).

Namun, bahkan seorang Hawking tak bisa menjelaskan fenomena Donald Trump -- khususnya terkait bagaimana miliarder nyentrik itu bisa merajai pemilihan pendahuluan (primary) Partai Republik dan jadi calon kuat pemenang Pemilu 2016.

Fisikawan teoritis Inggris itu bingung saat disodori pertanyaan soal Trump.

"Saya tak bisa," kata Hawking dalam program Good Morning Britain di ITV, seperti dikutip dari CNN, Selasa (31/5/2016). "Ia adalah demagogue."

Demagogue merujuk pada istilah politikus yang menarik dukungan dengan memanfaatkan hal populer yang menarik juga prasangka dari banyak orang.

Belum ada tanggapan dari tim kampanye Trump terkait komentar Hawking.

Namun, Hawking bukan tokoh Inggris pertama yang mengeluarkan komentar bernada kritik terhadap Donald Trump.

Pernyataan Trump soal Islam dan klaim bahwa Inggris menghadapi 'problematika terkait muslim yang massif', ditentang PM David Cameron dan Walikota London Sadiq Khan -- yang beragama Islam.

Anggota parlemen Inggris bahkan menyuarakan wacana untuk melarang Trump menginjakkan kaki di Britania Raya. Sejumlah anggota masyarakat juga mengajukan petisi, menentang pernyataan bernada kebencian yang dikeluarkan pebisnis yang mendadak jadi politikus itu.

Hawking Bicara Soal Brexit

Hawking, yang sebelumnya mengaku cemas dengan perkembangan Pemilu AS -- dengan nada bercanda -- juga angkat bicara soal isu lepasnya Inggris dan Uni Eropa atau yang dikenal sebagai Brexit.

Ia berharap warga Inggris memilih tetap bersama dengan Uni Eropa dalam referendum yang bakal digelar 23 Juni mendatang.

"Sudah berakhir hari-hari ketika kita bisa berdiri di atas kaki sendiri menghadapi dunia. Kita butuh untuk menjadi bagian dari kelompok negara yang lebih besar, dalam hal keamanan maupun perdagangan," kata ilmuwan berusia 74 tahun itu.

"Ada dua alasan jelas mengapa kita harus tetap bergabung. Pertama, hal itu mendukung mobilitas manusia. Para siswa bisa datang ke sini dari negara-negara Eropa, anak-anak kita juga bisa belajar di negara Eropa lain," kata dia.

"Lebih penting lagi di bidang riset, pertukaran kemampuan memungkinkan proses transfer yang lebih cepat, dan membawa orang-orang baru dengan ide-ide yang berbeda. Tanpa pertukaran tersebut, kita akan terisolasi secara kultural dan picik, lebih jauh dari mana kemajuan dibuat."

Hawking juga ditanya soal keuntungan yang ia dapat setelah aktor  Eddie Redmayne yang memenangkan Oscar 2014 karena memerankan dirinya dalam Film The Theory of Everything.

"Aku sudah punya banyak penggemar sebelum Eddie Redmayne memerankanku," imbuh Stephen Hawking.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.