Sukses

Sensasi 'Mesin Waktu' di Kota Tua Tainan

Arsitektur dan kebudayaan kuno yang masih kental di Tainan, membuat para pengunjung 'terhisap' ke mesin waktu dan kembali ke zaman dahulu.

Liputan6.com, Tainan - Kota tertua di Taiwan, yakni Tainan, sempat diduduki Jepang selama 50 tahun, yaitu sejak 1895 hingga 1945.

Tainan atau dijuluki Fucheng yang telah berdiri selama lebih dari 4 abad, menjadi satu-satunya kota dengan latar belakang budaya yang kental di Taiwan.

"Tempat ideal bagi yang memiliki impian, ingin berkarya, menjalin cinta kasih, hingga menjelang masa hidup yang nyaman," ujar sastrawan kontemporer, Yeh Shih-tao, saat mendeskripsikan Tainan dalam karya 'Nama Jalan Tua di Tainan'.

Membaca karya Yeh Shih-tao, dapat membuat pembaca merasakan kehidupan kota tersebut. Karyanya yang membekas, membuat nama pengarang itu diabadikan dalam sebuah monumen sastrawan pertama yang diprakarsai pemerintah pada 2012.

Dilansir dari Taiwan Panorama, untuk mengenal Taiwan mulailah dari Tainan, dan untuk mengenal Tainan, dapat memulainya dari karya sastra Yeh Lau.

Dalam karya Yeh Lau diceritakan beberapa tempat bersejarah yang ada di Tainan. Beberapa di antaranya adalah Gereja Memorial Thai Peng-keng Maxwell, toko bridal France Taipe yang dulunya menjadi tempat hiburan lengkap dengan pertunjukan Geisha, serta toko-toko tua berkelas.

Tainan tak hanya bisa dikunjungi lewat karya sastra saja, namun ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan para pengunjung bak memakai mesin waktu untuk menyelami kehidupan kota tua Tainan, berikut 3 di antaranya:

Pusat Perbelanjaan Hayashi

 

Pusat Perbelanjaan Hayashi (tripadvisor/bryan0511).

Salah satu bangunan tua sekaligus ikon terpopuler di Tainan adalah Pusat Perbelanjaan Hayashi atau biasa disebut Go Chan Lau A (bangunan lima lantai).

Bangunan yang telah direstorasi dan dibuka kembali pada 2014, membangkitkan kenagnan generasi tua dan memberikan perspektif baru bagi generasi muda. Saat malam tiba berhias cahaya lampu, pengunjung seakan terbawa mesin waktu ke dalam nuansa gemerlapnya masa keemasan.

Berjalanan Kaki Menyusuri Tainan

Salah satu sudut kota tua Tainan (stevebarret.wordpress.com).

Para wisatawan banyak yang memilih untuk berjalan kaki ketika bertamasya ke Tainan. Mereka dapat keluar masuk gang yang kental akan kehidupan penduduk lokal, termasuk aneka ragam kuliner yang terselip di dalamnya.

Seorang wanita asal Jepang bernama Mariko Takahashi, sering berbusana kimono dan melenggang di sela jalan dan gang di Tainan. Saat hari libur, ia sering bertandang di sebuah kedai kecil di jalan tua Fuzhong untuk menikmati kopi beraroma whisky sambil berbagi cerita dengan pemilik kedai.

Takahashi telah tinggal di Taiwan selama 14 tahun. Gaya hidup yang tak terburu-buru dengan arsitektur khas Jepang di sudut-sudut kota mengingatkannya dengan daerah asalnya.

Menelusuri Kehidupan Penduduk Lokal

Setiap tanggal 7 bulan 7 kalender Imlek, yang merupakan kelahiran dewi Qi Niang Ma, terdapat tradisi ritual upacara 'Anak beranjak dewasa' bagi anak berusia 16 tahun di Kuil Kailon dan Kaitai Tienhou.

Dalam tradisi tersebut pengunjung dapat mencicipi hidangan wajib, yakni satu mangkok mie saus bersup pekat lengkap, Da Lu Mien.

Mi Danzai khas Tainan (Clarissa Wei/CNN).

Tak hanya tradisi yang dapat dilihat pengunjung, makanan ringan ala Tainan yang berlokasi di sekitar Chickan Tower juga patut dicoba. Kenikmatan kudapan tersebut pun tak luput diceritakan oleh sastrawan.

Beberapa menu di antaranya adalah kue beras, sup ikan, mi Danzai, tumis belut, daging sapi rebus, lauk pelengkap O-bai-che, hingga kue kering yang disebut Tanggao.

Selain kuliner, Tainan juga menyuguhkan pemandangan artistik kotanya. Sejak 2005, banyak dekorasi jalanan artisitik di sepanjang jalan Hian hingga persimpangan jalan Minzu, Minchuan, Misheng, Youai, dan Shennong.

Fahua Temple di Tainan (Alexander Synaptic/synapticism.com).

Bahkan ada seniman yang menyulap rumah tua menjadi studio kerja dan penginapan yang ramai dikunjungi saat hari libur.

Dari kuli Shuixian di jalan Guohua section I hingga ke pasar sayur di jalan Chengxing, rumah rua direnovasi menjadi kafetaria, toko es krim, dan hostel dengan paduan desain seni kreatif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini