Sukses

Teori Konspirasi: Ada Bukti 'Kiamat' dari Kaldera Yellowstone AS

Para pegiat teori konspirasi mengatakan bahwa peningkatan aktivitas Yellowstone dan rentetan gempa dapat mengakibatkan kiamat.

Liputan6.com, Washington DC - Sebuah rekaman bertanggal 14 April 2016 diklaim menunjukkan situasi terkini supervulkano atau gunung berapi super Yellowstone, yang terletak di negara bagian Wyoming, Montana, dan Idaho, Amerika Serikat. 

Abu muncrat dan asap membumbung dari kaldera Yellowstone. Situasi tersebut dianggap mengerikan bagi para penulis blogosphere -- kumpulan blog yang tergabung dalam sebuah domain, yang dianggap sebagai 'media alternatif'.

Mereka yang jadi peminat teori konspirasi ramai memperbincangkan spekulasi bahwa fenomena tersebut adalah pertanda 'kiamat', atau setidaknya, malapetaka besar yang akan menimpa dunia.

Seperti yang dikutip dari Inquisitr, Rabu (20/4/2016), juga muncul tudingan, kaum elite dunia sengaja menyimpan rahasia yang tak diketahui orang awan tentang datangnya bencana global. 

Selain untuk mencegah kepanikan massal, kaum berduit dituduh telah mempersiapkan diri, dengan menyimpan harta benda mereka dan menimbun perbekalan di bunker-bunker mewah.

Pendapat sejumlah ilmuwan juga dijadikan penguat teori konspirasi. Misalnya, Roger Bilham, ahli geofisika di University of Colorado. Ia pernah mengeluarkan pernyataan bahwa aktivitas seismik global sedang mengalami peningkatan, yang berpotensi ke tingkatan katastropik -- karena bisa membangunkan sejumlah gunung berapi yang selama 'tidur panjang'.

Sejumlah orang pun mengkhawatirkan Yellowstone. Mereka yang percaya teori konspirasi menganggap, aktivitas yang diunggah di situs berbagi video pada 15 April 2016 oleh akun bernama Kat Martin2016 bisa jadi menandakan, letusan akan terjadi sebentar lagi.

Versi lain menyebut, aktivitas Yellowstone juga dianggap bukti nyata kebangkitan dramatis aktivitas seismik di wilayah Cincin Api Pasifik atau yang dikenal sebagai 'Ring of Fire', yang mencakup batas terluar Samudra Pasifik.

Dalam dua minggu terakhir telah terjadi serangkaian gempa bumi besar, di Jepang dan Ekuador -- yang terjadi pada Sabtu 16 April 2016. Juga terjadi serangkaian letusan gunung yang menunjukkan tingkat naiknya aktivitas seismik global.

Namun, anggapan bahwa Yellowstone akan meletus dahsyat dibantah para ilmuwan. Para ahli mengatakan, potensi gunung meletus dalam waktu dekat sangat kecil.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

2/3 Wilayah AS Tak Bisa Dihuni

2/3 Wilayah AS Tak Bisa Dihuni

Erupsi besar Yellowstone diperkirakan pernah terjadi  pada 640 ribu tahun lalu. Penelitian juga menunjukkan, kaldera tersebut telah meletus tiga kali dalam kurun waktu 2,1 juta tahun.

Jika Yellowstone kembali meletus, kekuatan erupsinya diperkirakan ribuan kali lebih kuat dari letusan gunung St Helena pada tahun 1980.

Taman Nasional Yellowstone (Reuters)

Yellowstone akan memuntahkan lava ke langit, sementara abunya yang panas akan mematikan tanaman dan mengubur wilayah sekitarnya hingga radius lebih dari 1.600 kilometer.

Tak hanya itu, dua per tiga wilayah Amerika Serikat bisa jadi tak dapat dihuni lagi karena udara beracun yang berhembus dari kaldera.

Menikmati keindahan matahari terbit di Taman Nasional Yellowstone, Amerika Serikat.| via: travel.nationalgeographic.com

Bahkan ada yang mengatakan bahwa abu hasil letusan dapat menghalangi sinar matahari dan menyebabkan penurunan suhu Bumi secara drastis. Hal tersebut dapat mengakibatkan kelangkaan pangan dan kematian massal akibat.

Para blogosphere yang mengeluarkan teori konspirasi bahkan mengaitkan penarikan tentara Rusia dari Negara Timur Tengah dengan bencana yang akan terjadi.

Mereka mengklaim bahwa hal tersebut dilakukan karena negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut sedang bersiap- siap menghadapi bencana di Semenanjung Kamchatka, Rusia.

Pasukan Rusia (Businessinsider)

Pegiat isu-isu tentang kiamat juga mengklaim bahwa penarikan tentara Rusia merupakan respons atas peringatan yang dikeluarkan oleh Mehran Keshe -- seorang tokoh kontroversial yang dihormati oleh beberapa kalangan dunia maya sebagai insinyur yang menciptakan teknologi Magrav.

Keshe menyebutkan bahwa gempa yang baru-baru ini melanda Tonga merupakan pertanda awal atas rentetan bencana yang terjadi di Lempeng Pasifik.

Bangunan yang runtuh akibat gempa di kota Pedernales, Ekuador (AFP).

Seorang profesor ilmu geologi di University of Colorado, Roger Bilham, juga mengingatkan bahwa gempa baru-baru ini merupakan pertanda akan munculnya gempa berkekuatan 8 SR atau lebih. Tak hanya sekali, tapi 4 kali.

Jika itu terjadi, akibatnya sungguh tak terbayangkan. Satu gempa 8 SR saja bisa menewaskan ribuan orang di daerah padat di Amerika Utara.

Para blogosphere bahkan mengatakan bahwa kaum elite dunia telah mengantisipasi dalam menghadapi bencana global, salah satunya dengan membuat bunker.

Bunker Europa One di Jerman (terravivos.com).

Bunker yang diduga menjadi tempat perlindungan terbesar di dunia adalah Europa One, Jerman. Menurut deskripsi, tempat itu diklaim menjadi benteng besar tempat penampungan bawah tanah, jauh di bawah gunung kapur.

Namun, klaim soal 'kiamat' dibantah sejumlah ilmuwan ternama. Alasannya, tak ada bukti meyakinkan soal itu.

Bagaimana menurut Anda?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.