Sukses

100 Hari Diet Ubi Jalar, Berat Badan Pria Ini Turun 32 Kg

Siapa pun yang berpikir untuk meniru diet sangat dianjurkan untuk meminta saran dari dokter.

Liputan6.com, Melbourne - Dengan tekad yang kuat, seorang pria berusia 36 tahun warga Melbourne, Australia, berhasil menurunkan berat badan hingga 32 kilogram hanya dalam waktu 100 hari. Bagaimana caranya?

Andrew Flinders Taylor mengaku waktu 100 hari bukanlah sasaran akhir, tapi merupakan bagian dari perjuangannya selama 1 tahun yang dimulai dari Januari lalu. Sejauh ini, menurut dia, kesehatannya tidak bermasalah.

Dikutip dari 9News pada Rabu (13/4/2016), selama ini ia hanya mengkonsumsi ubi jalar dan melakukan olahraga selama 6 hari setiap pekan. Sejak melakukan diet, jumlah depresi klinisnya pun menurun.

Taylor telah mengunggah video dokter yang mengawasinya, Dr Malcom Mackay, yang mengungkapkan hasil tes darah pasiennya pada 8 April lalu.

Kolesterol darah Taylor telah berkurang dari 4,3 mmol/l pada 6 Januari menjadi 2,9 mmol/l pada tanggal 8 April.

Menurut pihak berwenang bidang kesehatan, angka kolesterol yang lebih rendah dari 5,5 mmol/l termasuk sehat, kecuali ada faktor risiko lain semisal tekanan darah tinggi atau merokok.

Dr Mackay mengatakan bahwa pasiennya ini “lebih baik” daripada para pasien lainnya yang minum obat-obatan penurun kolesterol.

“Kandungan asam uratnya agak naik, tapi saya tidak mengkhawatirkannya karena hal itu memang terjadi pada orang yang kehilangan berat badan secara cepat,” kata sang dokter.

“Secara umum, tidak ada yang harus dikhawatirkan.”

Dalam waktu 100 hari saja, berat badan Andrew Flinders Taylor turun sebanyak 32 kg. (Sumber laman Spud Fit via Facebook)

Dr. Mackay tidak meresepkan atau menganjurkan diet ini, tapi ia setuju untuk mengawasi dan memantau kesehatan Taylor selama proses tersebut.

Namun demikian, sejumlah pakar kesehatan memberi peringatan tentang risiko kerusakan tubuh dalam jangka panjang yang mungkin diderita oleh guru sekaligus ayah satu anak itu.

Dr Joanna McMillan mengutarakan kekhawatirannya tentang kurang lengkapnya tes darah untuk mengukur keseluruhan dampak diet terhadap kesehatan Taylor.

“Para dokter biasanya memeriksa kolesterol, tekanan darah, dan glukosa darah,” katanya kepada 9news.com.au.

“Pemeriksaan biasa oleh dokter umum tidak memberikan penjelasan tentang apa yang sedang terjadi di dalam tubuhnya. Taylor memerlukan uji yang lebih mendalam dan komprehensif untuk itu,” ujarnya.

“Sang dokter belum melihat setiap gizi yang ada dalam tubuhnya…mengukur omega-3, seng, atau apakah kalsium meluruh dari tulang-tulangnya.”

“Semua itu belum kelihatan dalam 100 hari, perlu waktu yang lama bagi untuk melacak kekurangan zat besi tapi pasti akan terjadi.”

Dr McMillan mengatakan bahwa walaupun dalam penurunan berat badan telah menunjukkan perbaikan kesehatan pasien dalam jangka pendek, kentang dan ubi jalar tidak bisa memenuhi persyaratan gizi bagi tubuhnya.

“Ia kehilangan beberapa zat, misalnya gizi-gizi yang larut dalam lemak,” ujarnya. “Ubi jalar memang mengandung beta-karoten, tapi ia tidak akan menyerap atau menggunakannya sama sekali karena sedikit sekali memasok lemak yang diperlukan untuk menyerap beta-karoten itu.”

“Jika ia memiliki diet beragam dan luas, maka lebih besar kemungkinannya memasik gizi yang diperlukan.”

Taylor berpendapat bahwa asupan harian 2,5 kg kentang putih dan 1,5 kg ubi jalar memenuhi syarat gizinya.

Pria itu mengaku mendapat ilham untuk mencoba diet itu setelah berjuang mengendalikan pasokan makanannya.

“Kalau seseorang kecanduan, misalnya kecanduan narkoba atau alkohol, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah menghentikan asupan narkoba atau alkohol,” katanya melalui video hari pertama diet.

“Sayangnya, kita tidak bisa melakukan itu dengan makanan karena kita harus makan. Apa lagi yang bisa saya perbuat? Saya bisa memilih suatu jenis makanan dan terus dengan itu. Jadi saya memilih kentang.”

Sedang-sedang Saja

Taylor mengatakan bahwa banyak pakar kesehatan bicara soal asupan yang sedang-sedang saja, tapi Taylor merasa “yang sedang-sedang saja tidak berlaku buat saya, setidaknya untuk saat ini.”

Dr McMillan mengatakan mengerti alasan Taylor, dan ia menduga situasinya seperti kasus “gangguan makan”. Katanya, “Bagi saya, hubungan yang baik dengan makanan dan tubuh adalah kunci keberhasilan jangka panjang.”

“Makanan selayaknya menjadi bagian yang menyenangkan dalam kehidupan. Saya khawatir dengan pria ini, bukan hanya tentang dampak nutrisinya tapi juga dampak psikologis karena tidak bisa mempercayakan dirinya pada makanan.”

Taylor menjadi bahan pemberitaan setelah menceritakan tentang dietnya pada Februari lalu. Ia mengaku melakukan dietnya untuk diri sendiri dan tidak mencoba memaksakan diet bohongan atau agar semua orang menirunya.

“Ini sekedar eksperimen yang saya lakukan untuk diri sendiri dan berbagi kepada dunia. Diet ini sebenarnya terasa agak membosankan. Saya kira, apapun tentang penurunan berat badan mendapatkan banyak perhatian, tapi saya melakukannya bukan untuk itu.”

Taylor menekankan bahwa siapapun yang berpikir untuk meniru diet ini agar pertama-tama melakukan penyelidikan dan meminta pengawasan dokter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.