Sukses

Tersangka Utama Teror Paris Menolak Diekstradisi

Pengacara Abdeslam, Sven Mary mengatakan kliennya telah didakwa secara resmi, tapi pihaknya akan menentang langkah ekstradisi.

Liputan6.com, Brussels - Salah Abdeslam, tersangka utama dalam serangan Teror Paris, akan melawan rencana ekstradisi dirinya ke Prancis. Pengacara Abdeslam, Sven Mary mengatakan kliennya telah didakwa secara resmi sehubungan dengan serangan Paris, tapi pihaknya akan menentang langkah ekstradisi.

"Prancis telah menuntut ekstradisinya. Saya dapat memberitahu Anda bahwa kami akan menolak ekstradisi ke Prancis. Kami akan melihat dulu apakah surat perintah penangkapan legal atau tidak," ujar Mary seperti dikutip The Guardian, Minggu (20/3/2016).

Namun, ahli hukum mengatakan bahwa penolakan Abdeslam ini tidak berarti ekstradisi akan gagal. Sebab, surat penangkapan yang dikeluarkan di Eropa bisa menjerat pelaku yang melakukan pelanggaran serius di Uni Eropa untuk dapat dikirim kembali untuk diadili di negara di mana kejahatan itu terjadi.

"Ini bukan karena ia menolak bahwa ia tidak dapat diserahkan, tetapi bisa menyebabkan penundaan persidangan," ujar Florence Rouas-Elbazis, seorang pengacara Prancis.

Jaringan Abdeslam

Usai penangkapan Abdeslam pada Jumat kemarin, Perdana Menteri Belgia Charles Michel mengadakan konferensi pers bersama Presiden Perancis François Hollande. Kedua pemimpin itu langsung meninggalkan pertemuan puncak Uni Eropa di sisi lain kota, di mana krisis migrasi Eropa sedang dibahas.

"Ini hasil yang sangat penting dalam pertempuran untuk demokrasi," ujar Hollande.

Dia juga mengatakan bahwa Abdeslam akan cepat diekstradisi ke Prancis, selesai penyelidikan kepolisian Belgia tentang jaringan yang dimiliki Abdeslam di negara itu.

"(Jaringannya) sangat besar di Belgia, Prancis dan negara-negara Eropa lainnya. Kami juga tahu ada link yang selalu membawa kita ke Suriah, di mana ISIS merencanakan serangan tersebut," jelas Hollande.

Abdeslam ditangkap otoritas Belgia di pinggiran Kota Brussels, Molenbeek, di mana Abdeslam dibesarkan. Dia menjadi orang yang paling dicari di Eropa setelah bersembunyi tak lama setelah pemboman dan penembakan di Paris pada 13 November 2015 yang menewaskan 130 orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini