Sukses

Koin, Tapal Kuda...Gedung Aneh Dilarang di China

Gedung Sheraton Huzhou Hot Spring Resort yang mirip tapal kuda, kabarnya tak diizinkan di bawah peraturan baru Pemerintah China.

Liputan6.com, Beijing - Gedung-gedung dengan bentuk yang unik sedang menyedot perhatian pemerintah China. Namun bukan karena segi keindahannya, melainkan karena dinilai tak sesuai dengan peraturan di sana.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah bangunan seperti National Theatre di Beijing dan gedung ikonik The Coin Guangzhou. Otoritas China tertarik untuk mengubahnya arsitekturnya.

Presiden China, Xi Jinping, mendeklarasikan bahwa ia melarang tren bangunan dengan bentuk aneh yang marak dibangun di seluruh negeri setelah era konstruksi bangkit selama sepuluh tahun terakhir.

Seperti dilaporkan The Guardian yang dilansir dari News.com.au, Rabu (24/2/2016), dalam pidatonya pada 2014, Xi Jinping lebih mengharapkan kehadiran gedung dengan arsitektur yang inspiratif.

"Sudah saatnya menghentikan pembangunan gedung dengan bentuk aneh," ucap Xi Jinping.

Isu tersebut muncul beberapa hari yang lalu, setelah Dewan Negara China mengeluarkan pedoman baru mengenai perencanaan kota di mana bangunan berbentuk aneh yang tidak memiliki karakter atau warisan budaya masuk dalam daftar larangan.

Sebaliknya, dewan menyatakan bahwa bangunan harus mempunyai sisi ekonomis, ramah lingkungan dan indah.

Dalam pernyataannya, dewan tersebut mengatakan pedoman baru dikeluarkan dalam upaya mengatasi masalah terkait meningkatnya urbanisasi dan ledakan penduduk kota. Hal ini yang membuat kota itu tak dapat tumbuh, melampaui daya dukung sumber daya alam dan bangunan berbentuk aneh akan dimasukkan dalam daftar yang dilarang.

Grand National Theatre of China (Foto: China Daily/Reuters)

"Arsitektur aneh yang tak ekonomis, fungsional, artisitik, atau ramah lingkungan akan dilarang. Sementara teknik konstruksi yang menghasilkan lebih sedikit limbah dan sumber daya, seperti yang digunakan dalam gedung prefabrikasi, akan digencarkan," demikian bunyi salah satu dokumen tertulis tersebut.

Dokumen tersebut dirils 2 bulan setelah diadakannya Central Urban Work Conference. Dalam pertemuan itu dibahas tentang cara mengatasi masalah kependudukan yang ada sejak 1978, di mana 18 persen penduduk China tinggal di kota.

Angka itu kini telah melonjak menjadi sekitar 50 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.