Sukses

2 Kisah Nyata Ini Jadi Inspirasi 'Jack dan Rose' di Film Titanic?

Orang banyak mengenal tragedi Titanic dari film yang dibintangi Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet. Kisah cinta itu nyata atau fiksi belaka?

Liputan6.com, Jakarta - Pada 1997 lalu, sutradara James Cameron merangkum tragedi Titanic 1912 dalam sebuah kisah cinta dua manusia -- Jack Dawson dan Rose DeWitt Bukater -- yang terpisah oleh 'kasta'.

Jack adalah pelukis miskin, yang bisa naik kapal mewah itu -- meski di kelas geladak -- lantaran menang judi poker. Sementara, Rose adalah penumpang kelas satu yang dirundung muram karena dijodohkan dengan pengusaha sukses, Caledon Nathan Hockley.

Ayahnya yang telah mendiang hanya mewariskan nama baik. Atas nama kehormatan dan kemapanan ia terpaksa menerima pertunangan tanpa rasa cinta.

 



Dalam pelayaran perdana Titanic, dari  Southampton menuju New York, sejoli itu bertemu, memulai petualangan cinta terlarang, hingga maut memisahkan mereka.

Film Titanic yang dibintangi  Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet sukses besar, memenangkan 11 Piala Oscar 1998, menyandang status 'film terlaris sepanjang masa' selama 12 tahun.

Tak hanya terpukau dengan alur dan kisah dalam film, orang-orang pun tertarik dan menelusuri sejarah Titanic -- yang kini terbaring di kedalaman 4 kilometer di Laut Atlantik. Mencari tahu apakah sosok Jack dan Rose nyata adanya. Bagaimana hasilnya?

Film `Titanic` akan diadaptasi ke dalam sebuah taman bermain [foto: titanicsound]


Memang ada makam korban Titanic dengan nisan bertuliskan nama 'J Dawson'. Namun, belakangan terbukti tak ada kaitan sosok itu dengan film tersebut.

Penelusuran Liputan6.com, tak ada bukti sahih soal Jack dan Rose seperti yang ditampilkan dalam film. Namun, setidaknya, ada 2 kisah yang diduga kuat dijadikan inspirasi:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inspirasi Rose

Inspirasi Rose

Rose dikisahkan sebagai korban Titanic yang selamat setelah tercebur ke lautan penuh es. Ia diselamatkan sekoci yang berbalik dan mencari di antara jasad-jasad beku yang mengenaskan.

Kisah Rose mungkin terinspirasi dari sosok nyata: Rhoda Mary 'Rosa' Abbott -- yang menjadi penumpang Titanic bersama dua anaknya Rossmore Edward (16) dan Eugene Joseph (13).

Malam itu, Minggu 14 April 1912, Titanic melaju anggun membelah Atlantik Utara. Sebuah hentakan keras membangun Rodha dan dua putranya itu. Lalu terdengar bunyi mengerikan.

Edward dan Joseph sudah ribut hendak ke dek kapal raksasa itu. Tapi Rodha menahan. Ia memilih menghampiri kelasi. Lalu bertanya apa gerangan bunyi mengerikan itu. Sang kelasi menjawab dengan muka tenang: "Semua baik-baik saja." 

Foto gunung es yang tenggelamkan kapal Titanic (U.S. Coast Guard)

 

Rodha dan dua putranya itu lalu kembali ke kamar. Belum lagi memejamkan mata, riuh suara di luar. Pintu digedor keras. "Semua penumpang naik ke dek, pakai jaket pelampung!, demikian perintah para kelasi kapal dengan suara keras, seperti dikisahkan dalam Encyclopedia-titanica.org.

Dirubung ketakutan, Rodha, Edward dan Joseph bergegas keluar. Bergabung dengan orang-orang yang berduyun panik. Mereka tiba di dek kapal,  ketika dua sekoci penyelamat terakhir siap diturunkan. Salah satunya Collapsible C.

Namun, hanya perempuan yang boleh naik. Para perwira memaksanya masuk barisan. Ia lalu berdiri. Emily, Frankie Goldsmith, May Howard, Sarah Roth, Emily Badman, Amy Stanley sudah berpindah ke sekoci. Ketika tiba gilirannya, Rodha mendadak balik badan.

Menatap sejenak kepada anak-anaknya, ia lalu berlari memeluk mereka. Tubuhnya membelakangi tatapan nanar para wanita yang sudah bersiap di sekoci.

Kapal penyelamat itu diturunkan, meninggalkan Rodha yang memeluk dua buah hatinya. Jarum jam kala itu menunjuk ke pukul 02.00 pagi.

Situasi kian mengerikan. Direndam banyak air, Titanic mulai miring. Para wanita dan anak-anak  berebutan masuk sekoci terakhir yang bernama Collapsible A.  Rodha tetap tak beranjak. Memeluk erat dua putranya.

Tiba-tiba buritan naik. Kapal itu nyaris tegak lurus. Lalu, sebuah gelombang besar menyapu dek.  Rodha hanya punya kesempatan menggenggam tangan kedua putranya, sebelum ketiganya sama-sama jatuh ke laut.

Beberapa saat setelah terbenam, Rodha terseret pusaran air yang timbul saat Titanic tenggelam.

Bangkai kapal Titanic di dasar Laut Atlantik terancam bakteri (Copyright 2012 RMS Titanic Inc. / Produced by AIVL, Woods Hole Oceanographic Institution)


Saat muncul ke permukaan, perempuan itu tersedak air yang masuk ke tenggorokan.  Sesaat ia bisa mengatasi diri. Lalu, sibuk mencari dua putranya di tengah ratusan penumpang yang panik, berjuang antara hidup dan mati, di dalam lautan yang dinginnya mencapai -2 derajat Celcius.

Namun, ia tak bisa menemukan buah hatinya itu. Nyaris menyerah pada ajal, tiba-tiba sepasang tangan kuat menarik lengan Rodha dan mengangkatnya ke atas sekoci Collapsible A yang penuh manusia yang bergantung nyawa.

Sesaat kemudian, sapuan ombak besar menggulung sekoci dan menumpahkan segala isinya. Orang-orang berusaha naik, ada yang berhasil, lainnya gagal dan tamat di lautan.

"Entah bagaimana caranya, saya bisa naik ke atas," kata Rhoda dalam sebuah wawancara dengan Providence Daily Journal, seperti dimuat situs Titanic-Titanic.com.

Dua puluh orang berupaya bertahan di kapal yang tak seberapa besar itu. Berusaha agar sekoci tak oleng dan kembali tumpah.

Detik, menit, jam berlalu... suara riuh manusia redam. Mereka yang berada di dalam air tak kuasa menangani hipotermia. Beku.

Rodha dan sejumlah penumpang hanya bisa berdiri tegak di atas sekoci, tak kuasa memberi pertolongan.

Dari 18 sekoci Titanic yang diturunkan, cuma dua yang balik. Menyusuri kawasan penuh manusia beku itu, mereka menghampiri setiap suara. Satu dari dua sekoci itu dikemudi perwira Harold Lowe, yang memimpin pencarian.

Setelah mencari ke sana ke mari -- dari sekian banyak orang yang jatuh ke air --hanya 13 orang yang berhasil diselamatkan. Salah satunya Rhoda. Ia satu-satunya perempuan.

Para korban lalu dibawa ke Kapal Carpathia -- yang membawa mereka ke daratan New York. Rhoda dalam kondisi kepayahan.

Pada 5 Mei 1912, ia yang sebelumnya kritis lambat laun pulih dan selamat. Hingga tutup usia pada 18 Februari 1946, Rhoda terus dirundung duka lantaran kehilangan dua putranya. Selamat dari kengerian itu, ia kemudian dijuluki “Lady of Sorrows Titanic.”

(Foto: realwebsite.com)


Kengerian yang dituturkan Rodha dikenang dalam rupa-rupa bentuk. Dari pameran foto hingga mengangkat kisah itu ke layar lebar.

Kisah dramatis yang mengerikan itu, yang dikisahkannya kepada sejumlah media, mengilhami adegan penyelamatan Rose Dewitt Bukater dalam Film 'Titanic'.

Bedanya, Rose adalah seorang lady di kelas utama, sementara Rhoda adalah penumpang kelas geladak. Kelas tiga.

3 dari 3 halaman

Kisah Cinta 'Jack Dawson'

Kisah Cinta 'Jack Dawson'

Emilio Portaluppi menjadi salah satu penumpang Titanic. Ia adalah seniman asal Italia yang mengubah rencana perjalanannya pada menit-menit terakhir.

Berbeda dengan Jack Dawson yang berada di kelas terendah, berdasarkan penelitian arsip, ia adalah penumpang kelas dua.

Selama berlayar di Titanic, ia naksir seorang perempuan, penumpang kelas satu, sudah menikah, yang bepergian mendampingi suaminya di kapal nahas itu.

Perempuan itu adalah Madeleine Astor, yang masih muda dan cantik, istri miliuner John Jacob Astor IV. Nahasnya, ia kembali dengan selamat ke New York dalam kondisi menjanda.

Lady Astor, penumpang selamat Titanic  (Wikipedia)


Kisah Portaluppi yang kini kembali dibangkitkan dalam film dokumenter "Orang-orang Italia di Kapal Titanic", direkonstruksi melalui wawancara terdahulunya dengan sejumlah koran lokal Italia.

"Adalah masuk akal menganggap kisah Portaluppi menjadi titik awal skrenario James Cameron," ungkap penulis dokumenter, Ezio Savino dan Stefano Giussani, seperti dimuat Discovery.com.

Dalam dokumenter itu, diungkap kisah 37 penumpang Titanic asal Italia, kebanyakan adalah penumpang kelas tiga, pelayan, dan pekerja yang dipekerjakan oleh  Luigi Gatti, manajer restoran ekslusif Titanic, A La Carte.

Hampir semuanya tewas dalam tragedi Titanic, hanya tiga yang selamat, termasuk Portaluppi yang kala itu berusia 30 tahun.

Bagaimana ia selamat dari musibah yang merenggut ribuan nyawa itu masih jadi misteri. Apalagi, tercatat dalam sejarah, hanya empat penumpang yang selamat ketika diangkat dari lautan beku. Selama beberapa dekade, Portaluppi mengunci mulutnya rapat-rapat.

"Hanya di tahun-tahun terakhir hidupnya, saat ia kembali ke Italia, ia menceritakan perjalanannya di Titanic pada jurnalis lokal," kata Claudio Boss, penulis "Titanic" versi Italia.

Portaluppi awalnya memesan tiket kapal White Star lainnya, Oceanic II, namun ia berubah pikiran setelah menerima telegram dari Kolonel John Jacob Astor IV, salah satu orang terkaya di negara itu. Keberuntungan yang mirip cerita Jack Dawson yang mendapat tiket geladak Titanic gara-gara menang main kartu.

Bagi Portaluppi, ini adalah kesempatan unik, bergabung dalam pelayaran perdana Titanic. Dan meski ia membeli tiket kelas dua, sebagai tamu Astor, ia sempat menikmati pelayaran di kabin kelas satu.

Heboh pemberitaan tragedi Titanic (Wikipedia)



Di sanalah ia jatuh hati pada istri Astor. "Portaluppi berusia 80-an saat ia mengakui bahwa ia jatuh hati pada Madeleine Astor. Namun, ia tak menceritakan sejauh apa hubungan mereka. Ia pria sejati yang pantang mengumbar aib," kata Bossi.

Seperti halnya Jack, ia diundang makan malam di kelas satu pada 14 April 1912. Pada malam nahas itu.

Saat Titanic menabrak gunung es, ia berada di kabinnya. Mengira kapal telah sampai ke New York dan sedang berlabuh, ia meninggalkan kabinnya hanya dengan jubah tidur, lalu pergi ke dek.

Portaluppi awalnya mencoba melompat ke sekoci yang diisi perempuan. Namun, ia kehilangan pijakan dan tercebur ke air. Ia berenang selama dua jam di air sedingin es, sebelum akhirnya ditarik sekoci 14 -- sekoci terakhir yang meninggalkan Titanic.

Bahwa ia berenang selama dua jam terkonfirmasi pada 16 Januari 1913, kala itu New York Times memberitakan gugatannya senilai US$25 ribu ke Ocean Steam Navigation Company atas kerugian fisik dan materi. "Aku berada di air sedingin es Samudera Atlantik selama dua jam, menderita rasa sakit luar biasa baik fisik maupun mental," kata dia dalam gugatannya.

Namun, rumor beredar, ia masuk ke sekoci Titanic dengan menyamar sebagai perempuan. Entah versi mana yang benar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.