Sukses

Makhluk Ini Tahan 'Berpuasa' Seks selama 10.000 Tahun

Kebanyakan makhluk hidup memiliki dua salinan kromosom, namun beberapa di antaranya sepertinya tidak memiliki seks sama sekali.

Liputan6.com, Glasgow - Mahluk ini melakukan kloning dirinya sendiri dan menambah populasinya tanpa melibatkan hubungan seksual selama lebih dari 10 ribu tahun.

Bukan hanya itu, mahluk tersebut menjadi salah satu parasit yang membawa penyakit pada manusia.

Dikutip dari News.com.au pada Rabu (27/1/2016), para peneliti dari Wellcome Trust Centre for Molecular Pathology di Glasgow University mendapati bahwa suatu spesies Trypanosoma brucei gambiense sebetulnya merupakan klon aseksual yang berasal dari leluhur tunggal.

Kata Dr. Willie Weir, penulis utama dalam penelitian itu mengatakan, “Kami telah menemukan bahwa parasit yang menyebabkan penyakit tidur di Afrika ada selama ribuan tahun tanpa hubungan seks dan sekarang menanggung akibat dari strategi tersebut.”

Ia melanjutkan penjelasannya, “Cetak biru genetik suatu organisme tertera dalam DNA yang terbungkus struktur-struktur yang dikenal sebagai kromosom. Kebanyakan mahluk hidup memiliki dua salinan kromosom dan, melalui reproduksi seksual, DNA dalam kromosom-kromosom dapat berkombinasi ulang secara acak, seakan seperti mengocok ulang “kartu” DNA.”

“Proses ini menghasilkan keberagaman genetik, dan, melalui seleksi alam, kombinasi-kombinasi yang tidak diinginkan dan mutasi terhapus dari populasi, sehingga memungkinkan keberlangsungan jangka panjang suatu spesies.”

Parasit penyebab penyaki tidur Afrika. (Sumber Dr. Myron G. Schultz/CDC via news.com.au)

“Namun demikian, sejumlah mahluk hidup sepertinya tidak memiliki seks sama sekali.” Artinya, parasit ini diduga akan punah dalam beberapa tahun mendatang.

“Teori evolusi meramalkan bahwa mereka menuju kepunahan dalam jangka panjang dan ketiadaan kombinasi ulang secara seksual telah menjejaskan ‘tanda’ khas genetik dalam DNA mereka. Walaupun sudah diramalkan secara teori selama 20 tahun, bukti penanda ini masih buram.”

Parasit penyakit tidur Afrika menewaskan setidaknya 6.000 orang setiap tahun di kawasan sub-Sahara melalui penularan orang ke orang yang digigit oleh lalat tsetse.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation, WHO) menyatakan bahwa mereka yang paling terdampak lalat tsetse tinggal di kawasan pedesaan dan menggantungkan hidup pada pertanian, perikanan, peternakan, atau berburu.

Pada tahap awal --tahap haemo-lymphatic--parasit ini menggandakan diri di dalam darah dan limfa dengan gejala-gejala demam, pusing, ngilu persendian, dan gatal-gatal.

Di tahap kedua, parasit itu menyeberangi pembatas darah-otak dan menginfeksi sistem syaraf pusat. Tahap ini disebut dengan tahap neurologis atau meningo-encephalic.

Tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit menjadi semakin jelas, antara lain perubahan perilaku, linglung, gangguan sensor, dan koordinasi yang buruk. Ditambah dengan gangguan siklus tidur--yang menjadi nama penyakit ini--adalah ciri khasnya.

Tanpa perawatan, penyakit tidur ini dipandang fatal walaupun ada sejumlah kasus pembawa (carrier) penyakit yang sehat-sehat saja. Penyakit ini bisa disembuhkan dengan obat.

Di masa lalu, parasit ini diduga hidup di dalam hewan-hewan liar, tapi kemudian menyebar kepada manusia ketika manusia pertama kalinya mulai berternak sekitar 10.000 tahun lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.