Sukses

Bukti Kekejaman Penjara Suriah Lewat Lukisan

Sang seniman melukis kekejaman itu sebagai terapi dari rasa trauma...

Liputan6.com, Berlin - Seorang seniman Suriah dituduh sebagai aktivis oposisi mengalami siksaan di penjara oleh rezim Presiden Bashar al- Assad. Ia berkisah, di dalam penjara itu, petugas memukulinya dan nyaris mati.

Ruangan itu gelap dan dingin. Bau kematian menyeruak. Lebih dari 70 orang berdesak-desakan dalam sel yang berukuran 3x4 meter. Salah satu ruangan dari ratusan sel di penjara paling mengerikan di Suriah.

Para pria hanya berbalut tulang dan kulit. Mereka setengah telanjang dan hidupnya dihantui kematian. Tak ada lagi kebanggaan dalam diri mereka. Tiap hari, jeritan nyawa terlepas dari raga terdengar. Suara sehari-hari dan menjadikan mereka kebal.

"Petugas biasanya bawa jasad tahanan dari ruang bawah tanah dan diletakkan di depan kami," kata seorang bekas tahanan yang bernama Sami, seperti dilansir dari BBC Magazine, Senin (21/12/2015).

"Tiap hari, 8 jasad. Setelah seminggu ditahan, aku beranikan diri mendekat dan memperhatikan angka yang tertera di dahi mereka. Pertama ku lihat angka 5.530, dan setelah satu setengah bulan, angka di jenazah yang aku lihat adalah 5.870," kenangnya.

Bukti Kekejaman Penjara Suriah Lewat Lukisan (BBC)

"Lalu aku jadi terbiasa. Di hari pertama aku mencium bau jenazah, aku mual, sedih dan tak bisa tidur. Kemudian keesokan harinya, kami makan di samping mereka, lalu di pikiranku, 'kapan mereka akan menyingkirkan jasad itu sehingga aku punya tempat,' saat itulah aku merasa, aku mati rasa," tambah Sami lagi.

Sami ditangkap dua kali setelah perang saudara pecah di Suriah pada 2011. Kesalahannya hanya karena ia dan keluarganya serta sekelompok umat beragama tak setuju dengan Assad.

"Aku berambut gondrong dan keriting saat pertama kali dipenjara. Penampilan itu jadi alasan mereka menangkapku, dianggapnya aku pemimpin gerakan. Hanya karena aku terlihat 'modern'," beber Sami lagi.

Bukti Kekejaman Penjara Suriah Lewat Lukisan (BBC)

Saat ditangkap ia tengah bekerja. Menurut pengakuannya, kepalanya ditutupi selembar kain dan dibawa oleh mobil. Mereka mulai memukulinya saat ia berada di penjara.

Penangkapan kedua lebih buruk lagi. Sami menghabiskan waktu 3 bulan di penjara sebelum disidang karena tindakan teroris. Ia menunggu 9 bulan untuk persidangan itu.

Untungnya, ia berhasil keluar dengan cara menyogok uang sebesar US$ 15.000 untuk keluar dari penjara dan negaranya. Istri dan keluarganya yang menebusnya.

Namun, usaha menyuap itu pun tak semudah membalikkan telapak tangan. Sang istri, Fida harus mengeluarkan uang sebesar US$ 3.000 hanya untuk mengetahui keberadaannya.

Bukti Kekejaman Penjara Suriah Lewat Lukisan (BBC)

Lalu, Fida harus membayar segepok uang lagi memastikan Sami tidak disiksa. Salah satu 'sumber' dipenjara yang biasanya menjadi sumber sogokkan menghilang. Membuat keluarganya mencari kontak baru. Itu berarti: uang lagi.

Namun, akhirnya, Fida bisa menemukan suaminya dan keluar dari penjara setelah 9 bulan, nyaris menjadi jasad. Namun, mereka kehilangan 40 anggota keluarga akibat kekejaman rezim. Ia, Fida dan 2 anak perempuannya harus meninggalkan rumah mereka di Damaskus karena dibakar oleh aparat.

Hampir dua tahun setelah ia dipenjara, Sami tak pernah memakai mobil karena enggan ditanya-tanya oleh pihak keamanan.

Rezim Assad mengatakan bahwa mereka memerangi teroris. Namun, Sami mengatakan, tak seorang pun yang ia temui di penjara adalah teroris.

"Aku tak melihat satupun anggota teroris dalam penjara. Aku hanya melihat mereka orang Suriah biasa," ujar Sami. Beberapa tahanan diperlakukan beda-beda.

Bukti Kekejaman Penjara Suriah Lewat Lukisan (BBC)

"Para penjaga akan melihat kalian dari kota dan banyak uang jelas akan diperlakukan berbeda dengan mereka yang datang dari desa dan tampak miskin."

Banyak yang memprediksi perlakuan itu membuat orang miskin dari Sunni berpaling ke ISIS kendati Sami secara pribadi tak pernah melihat anggota kelompok itu di Suriah.

Ancaman kepadanya secara langsung datang dari pemerintah Assad. Dan kerena merekalah, ia meninggalkan negara itu.

Ia bersama keluarganya kini berada di Eropa di mana kesehatan mental Sami mulai pulih.

"Aku mencoba mengatasi segala traumaku dengan menggambar dan mendengarkan musik. Ini adalah satu-satunya cara aku bisa selamat," kata Sami menutup pembicaraan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.