Sukses

5 Orang dengan Kehidupan 'Gila' Irit

Terkekang biaya hidup yang semakin menyulitkan, orang-orang ini memiliki cara yang lain dari yang lainnya untuk memilih tempat tinggal.

Liputan6.com, Jakarta - Pada zaman globalisasi biaya hidup semakin mahal, mempersulit orang-orang dalam memenuhi kebutuhan seperti tempat tinggal.

Sehingga, bagi sejumlah orang, impian memiliki rumah yang layak --rumah dua atau satu lantai, dengan dua kamar tidur, dapur dan kamar mandi-- mau tidak mau harus dilupakan. Bahkan ada yang berbalik, mereka menemukan cara tidak diduga-duga dalam menjalani gaya hidup irit.

Namun, usaha mereka perlu diacungi jempol. Mereka membuktikan, bahwa sebagai individu yang kreatif, mampu mencari jalan di tempat yang tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang.

Dikutip sebagian dari Oddee dan diulas oleh tim Liputan6.com, inilah orang-orang yang memiliki cara unik untuk hidup irit!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Wanita muda yang tinggal di kereta

Wanita muda yang tinggal di kereta

Leoni Muller, seorang mahasiswa asal Jerman berusia 23 tahun, merasa muak dengan harga sewa kamar dan pemilik bangunan tempat tinggal sebelumnya.

Ia merasa uang sewa kamar sebesar 285 poundsterling (Rp 6,3 juta) terlalu besar. Solusinya? Muller membeli tiket kereta terusan, sehingga ia ada di kereta dari pagi sampai malam. Secara teknis ia tinggal di dalam kereta.

Ia membeli tiket terusan BahnCard 100. Biaya per bulan menghabiskan hanya 241 poundsterling (5,3 juta). Selain itu, menurutnya tinggal di kereta punya kesenangan tersendiri.

"Saya membaca, menulis, bisa melihat ke luar jendela menikmati pemandangan, dan saya selalu bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan. Selalu ada hal yang bisa dilakukan di kereta api," ungkap Muller pada News.com.au.

Sampai April tahun 2016, waktunya lulus kuliah, Muller memutuskan terus menjadi 'tunawisma'. Ia pun merangkum pengalaman tinggal di kereta dalam blog pribadinya.

3 dari 6 halaman

Tinggal di Polandia, kuliah di Inggris

Tinggal di Polandia, kuliah di Inggris

Harga sewa tempat tinggal di Polandia dan Inggris terpaut jauh, hingga Rp 18,8 juta.

Hal inilah yang membuat Jonathan Davey, mahasiswa Inggris memilih tinggal di Polandia, walau ia merupakan murid di Universitas Luton di Inggris.

Dibandingkan dengan tinggal di kamar sewaan di Inggris, yang mencapai 880 poundsterling (Rp 19,5 juta) per bulan, biaya transportasi ke kampus sekaligus tempat tinggal di Polandia hanya 175 poundsterling (Rp 3,9 juta).

Dikutip dari Independent, setiap hari Rabu, Davey berangkat ke kampusnya dari Gdansk, Polandia, dan pulang setiap Jumat. Selama dua malam, ia akan menginap di rumah teman atau di hostel murah.

4 dari 6 halaman

Karyawan Google yang tinggal di truk

Karyawan Google yang tinggal di truk

Untuk menyisihkan uang tabungan, seorang insinyur perangkat lunak yang bekerja di Google memilih hidup di dalam truk.

Harga sewa rumah di Silicon Valley dianggap terlalu mahal, sehingga, pria yang mengaku bernama Brandon ini membeli sebuah truk Frod 2006 seluas 128 kaki persegi seharga $10.000 (Rp 135,6 juta), menurut Business Insider.

Ia pun memanfaatkan fasilitas yang disediakan Google. Makanan gratis, gym 24 jam dengan kamar mandi, dan permainan. Ia hanya di truk untuk tidur.

Brandon bukanlah satu-satunya karyawan Google yang melakukan hal ini. Walaupun perusahaan belum memberi izin bagi truk diparkir di parkiran kantor, ia juga belum diusir.

5 dari 6 halaman

Pasangan yang tinggal di peti kemas

Pasangan yang tinggal di kontainer

Dalam upaya menghindari harga sewa San Fransisco yang tinggi, pekerja di kota beramai-ramai memilih tingggal di Oakland, di mana ada desa peti kemas.

Bagi pasangan Luke Iseman dan Heather Stewart, biaya tinggal selalu terlalu tinggi. Muak dengan harga sewa tempat tinggal, mereka beli peti kemas seharga $2300 (Rp. 31,2 juta) dari pelabuhan Oakland, dan menyewa tanah seluas 2000 meter persegi, dan tinggal di sana.

Walau dari luar terlihat seperti rongsokan, rumah mereka yang diberi sebutan Containercopia memiliki kamar mandi dengan air pancuran, tempat tidur queen size, dan jendela kaca. Sementara, panel matahari mereka gunakan sebagai sumber daya listrik untuk lemari es-- sementara untuk internet, mereka gunakan parabola.

Dikutip Daily Mail, mereka juga membeli lebih banyak kontainer untuk disewakan dengan harga murah. Juga tanah kosong seharga $425.000 (Rp 5,765 milyar) bagi orang-orang yang mencari tempat tinggal murah.

Sayangnya, mereka harus memindahkan Containercopia karena mendapat keluhan dari penduduk sekitar.

6 dari 6 halaman

Tinggal di kantor selama 500 jam

Tinggal di kantor selama 500 jam

Merasa keberatan dengan harga sewa, seorang pria asal LA bernama "Terry K" meninggalkan apartemennya di Venice Beach dan pindah ke kantornya.

Harga sewa rata-rata di Los Angeles adalah $1600 (Rp. 21,7 juta) per bulan untuk apartemen satu kamar.

Terry menuturkan kepada Salon: "Saya bekerja dua pekerjaan, 60 jam per minggu, untuk biaya sewa apartemen. Lalu, gaji minimal dinaikkan dan bonus dibekukan. KTP saya hilang, dan saya harus membayar cicilan rumah sakit. Ditambah dengan adanya hutang mahasiswa, bayaran cicilan mobil, dan harga sewa tinggi, saya berpikir: apa yang terjadi dengan 'American Dream' saya?"

Lalu, Terry mengingat, kantornya sepi setiap malam. Ia pun memutuskan pindah tinggal ke kantor, dan berhasil menabung uang sebanyak $20.0000 (Rp 271,3 juta). Selama ia tinggal di sana, Terry memiliki lebih banyak waktu luang. Bahkan, performa kerjanya meningkat, dan bos-nya mengatakan ia terlihat lebih bahagia.

Namun, Terry kehilangan pekerjaannya. Pun begitu, ia mampu membangun rumah kecil dari uang tabungannya. Ia kini bekerja paruh waktu dan menulis. (Ikr/Rcy)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini