Sukses

Secara Tidak Sadar, Mungkin Anda Genius dalam Dunia Musik?

Ingin jadi musisi? Berlatihlah dengan tekun! Namun ternyata, ada juga faktor lain yang menentukan.

Liputan6.com, Cambridge - Ungkapan lama berbunyi "practice makes perfect" --latihan mencapai kesempurnaan. Namun, studi terbaru membuktikan, kepribadian juga menjadi faktor dalam keterampilan seseorang di suatu bidang, seperti musik.

Dalam psikologi, ada lima aspek utama yang menjadi penentu kepribadian. Lima aspek yang lebih dikenal dengan sebutan 'Lima Besar'

Yakni, Openness (keterbukaan terhadap hal-hal baru), Conscientiousness (kehati-hatian, organisasi dan keteraturan), Extraversion (Ekstraversi, sifat terbuka), Agreeableness (Kesetujuan, kesopanan dan kesukaan terhadap orang lain), dan Neuroticism (Neurotisesme, kondisi emosional).

Setiap individu memiliki kecenderungan berbeda dalam setiap aspek. Sebagai contoh, seseorang dengan nilai tinggi dalam Kehati-hatian pada umumnya suka dengan kerapihan dan selalu menata kembali barang-barangnya. Sementara, nilai lebih rendah menggambarkan seseorang yang teledor terhadap barang-barangnya.

Orang-orang yang memiliki nilai tinggi pada Keterbukaan merupakan pribadi imajinatif, memiliki banyak kesukaan, dan terbuka pada hal-hal baru. Dalam studi yang diterbitkan minggu ini oleh Journal of Research in Personality, tim psikologi menemukan bahwa sifat Keterbukaan juga memberikan indikasi bahwa seseorang memiliki bakat alami dalam dunia musik.

Memang betul, konsistensi dalam berlatih juga menjadi penentu keberhasilan. Menurut penulis Malcolm Gladwell, seseorang memerlukan waktu hingga 10.000 jam untuk menjadi ahli dalam suatu bidang. Baik olahraga, musik, ataupun seni. Namun, ilmuwan menemukan ada banyak faktor lain yang melibatkan penemuan ini.

Penelitian tim psikologi Universitas Cambridge dan Universitas Goldsmiths yang bekerjasama dengan BBC telah merekrut 7.000 sukarelawan peserta tes-- jumlah ini merupakan terbanyak dalam studi kepribadian dan kemampuan bermusik.

Tim dipimpin oleh doktor David Greenberg, yang menguji kemampuan bermusik setiap individu. Tes ini termasuk hafalan nada dan persepsi ritme. Hasil dari ujian ini kemudian akan dikaitkan dengan hasil tes Lima Besar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kepribadian menentukan bakat?

Hasilnya memperlihatkan selain keterampilan, kerpibadian menjadi penentu dalam kemampuan bermusik. Lebih tepatnya, aspek Keterbukaan-- orang-orang dengan tingkat Keterbukaan tinggi cenderung dapat menerima hal-hal baru. Sementara, peserta dengan nilai rendah cenderung mengikuti aturan, rutinitas, dan berpegang pada nilai-nilai konservatif. Contohnya, orang-orang dengan skor tinggi lebih senang berlibur ke tempat baru setiap tahunnya. Sedangkan, skor lebih rendah suka mengunjungi lokasi yang sama.

Selain Keterbukaan, Ekstraversi juga berpengaruh. Individu yang memiliki sifat terbuka cenderung memiliki kemampuan bernyanyi lebih baik.

Lebih penting lagi, peneliti menemukan bahwa kaitan antara kepribadian dan peforma dalam bermusik tampak, bahkan pada individu yang tidak bisa memainkan alat musik. Hal ini mengartikan, ada orang-orang yang memiliki bakat musik, namun tidak menyadarinya.

"Hasil ini penting diketahui guru dan pengajar  yang bisa memanfaatkan informasi mengenai kepribadian terhadap murid-muridnya, untuk melihat siapa yang akan bersinar dalam setiap aktifitas musikal," ungkap Greenberg dikutip Science Daily.

Ia menambahkan: "Suatu hari, ilmuwan akan bisa mengenai sifat-sifat, kognitif, dan ilmu neuro seperti apa yang menentukan seorang akan jadi jenius musik."

Dr Jason Rentfrow, pengarang senior dalam studi ini mengungkapkan: "Psikolog pada awalnya fokus pada kepribadian dan preferensi musik. Namun, rupanya kepribadian memiliki peran yang lebih penting dalam dunia musik pada umumnya, termasuk kemampuan bermusik."

Dr Daniel Müllensiefen, anggota tim dari Universitas Goldsmiths London merupakan orang yang mengembangkan tes musik-performa tersebut.

"Ilmuwan mulai fokus kepada bakat musik individu yang non-musisi. Ide bahwa ada orang-orang yang memiliki bakat musik, namun tidak pernah bermain instrumen, merupakan topik yang mendidik. Dunia politik juga perlu menjadi pertimbangan."

Sedangkan, Profesor Michael Lamb, salah satu penulis, menambahkan: "Ada faktor lain selain kepribadian yang berpengaruh kepada perkembangan kemampuan bermusik. Contohnya, dalam peran atau cara orangtua mengasuh bermain pada kemampuan musik anak-anak mereka? Apakah ada cara tertentu dalam mengasuh anak untuk mendorong musikalitas anak? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu diinvestigasi di masa depan."

Dalam pembelajaran ini, Greenberg didanai oleh Cambridge Commonwealth, dan European and International Trust. (Ikr/Rcy)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini