Sukses

Pemanasan Global akan Menurun di Tahun 2017?

Panas bumi akan stagnan sampai tahun 2017. Setelah itu, suhu akan menurun mengakibatkan 'zaman es kecil-kecilan."

Liputan6.com, Perth - Bumi semakin panas-- pernyataan ini bukan berita baru. Menipisnya atmosfer, dan fenomena memakan korban jiwa seperti gelombang panas, merupakan isu yang serius.

Tak hanya itu, namun, manusia juga perlu berubah, jika tidak ingin bumi semakin panas. Bukan begitu?

Sementara itu, argumen lain yang disampaikan oleh Dr David Evans, mantan climate modeller --ahli perubahan iklim--untuk Australia Greenhouse Office, mengungkapkan prediksi pemanasan global selama ini telah dilebih-lebihkan.

Dr Evans asal Perth telah mendapat enam gelar dalam bidang matematika, menganalisis asumsi hitungan matematika yang digunakan untuk memprediksi perubahan iklim. Hasilnya, temperatur dunia akan stagnan pada tahun 2017. Setelahnya, bumi akan mendingin. Bahkan, di tahun 2030 diperkirakan akan terjadi 'zaman es mini'.

Dr David Evans. (foto: Express)

Menurutnya, kesalahan dasar dalam penghitungan peningkatan suhu di masa depan sudah menjadi 'model standar'. Sehingga mengakibatkan prediksi peningkatan yang tidak tepat.

"Ada perdebatan intelektual dalam perubahan iklim. Kaum skeptis terus menunjukkan bukti empiris, yang tidak disetujui oleh climate model." ungkap Dr Evans dikutip Express.

Walaupun begitu, menurut Evans, ilmuwan iklim benar dalam hal perhitungan karbon dioksida. Karena, penghitungan menggunakan ilmu fisika yang sudah dibangun dengan baik. Seperti spektroskopi, fisika radiasi, dan tingkat panas yang menetap.

Ia menyatakan sudah 'memetakan' pembangunan data yang akan digunakan dan ditemukan oleh climate model. Walaupun perhitungan fisika-nya benar, pengaplikasiannya dianggap kurang tepat. 

Ada dua alasan mengapa itu terjadi. Pertama, karena efek karbon dioksida pada suhu dilebihkan.

"Tidak ada bukti empiris bahwa bertambahnya jumlah karbon dioksida akan meningkatkan suhu bumi. Tidak seperti yang diprediksi oleh IPCC UN. Ya, karbon dioksida memiliki dampak, namun hanya seperlima sampai sepersepuluh dari perkiraan."

Karbon dioksida bukan penyebab utama pemanasan global, menurut Dr Evans. (foto: Express)

Kenyataannya, karbon dioksika mengakibatkan pemanasan global 20 persen lebih kecil selama beberapa abad terakhir.

Sedangkan, masalah kedua adalah prediksi tidak memiliki pengaruh pada perubahan yang sudah tercatat. Tidak ada yang menyebutkan mengenai stagnansi suhu selama 18 tahun yang selama ini sedang kita alami.

Menurut Evans, iklim sebagian besar dipengaruhi oleh hal-hal diluar kendali kita.

"Pertanian angin dan panel matahari tidak hanya buruk dalam mengurangi karbon dioksida. Jika berhasil, hal ini juga tidak berpengaruh dalam 'mendinginkan' Bumi. Akhirnya, hanya menjadi empat triliun juta dolar dari seluruh dunia yang sia-sia."

Pun begitu, walau yakin dirinya benar, Evans ragu ucapannya mendapat persetujuan oleh pemerintahan dunia.

"Penemuan di sini kecil kemungkinan akan populer dalam pengembangan. Rintangan dalam politik sungguh besar."

Evans juga mengungkapkan bahwa pemanasan global merupakan akibat dari sebuah aktifitas matahari. Proses yang disebut "albedo modulation." Memudarnya dan jatuhnya radiasi yang direfleksikan dari matahari.

Antara tahun 2017 dan 2021, ia memperkirakan pendinginan sekitar 0,3 derajat celcius, sebelum 'zaman es mini' terjadi.

Teori ini kemungkinan besar akan dibantah oleh Julia Slingo, ketua ilmuwan UK Met Office, yang percaya meningkatnya karbon dioksida merupakan "bukti besar" dari perubahan iklim yang diakibatkan oleh manusia.

Slingo mengungkapkan: "Panas meningkat secara sistematis sejak Revolusi Industri. Faktanya, peningkatan cepat dalam lima puluh tahun terakhir. Sehingga, pengukuran atmosfer setidaknya sepertiga lebih tinggi dari 800.000 tahun sebelumnya. Ini belum cukup untuk membuktikan, bahwa aktifitas manusia lah yang dibalik terjadinya kenaikan ini."

Menurut Slingo, kelebihan karbon dioksida di planet datang dari zat karbon di era lampau. Bukan karena biosfer berubah aktifitasnya. Melainkan karena bahan bakar fosil.

Mengenai bahan bakar fosil, ia juga berargumen mengenai anggapan tingkat atmosfer yang menurun selama lebih dari 50 tahun.

"Ada cerita yang lebih lengkap di sini, yang tidak memerlukan penjelasan lain. Bahwa aktifitas manusia dan cara menghasilkan energi lah yang mengakibatkan perubahan iklim." (Ikr/Rcy)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.