Sukses

Sindiran Jenaka Budaya Pencitraan Instagram

Instagram telah melahirkan budaya membuat pencitraan hidup. Melalui seri foto yang jenaka, seniman ini sampaikan kritik.

Liputan6.com, Bangkok - Media sosial, yang berkembang secara pesat dan besar-besaran sejak akhir dekade 2000-an telah membawa dampak yang cukup signifikan.

Dampak baiknya-- informasi bisa menyebar dengan cepat. Dalam menolong korban bencana dan ketidakadilan, pengguna bisa menggalang bantuan dari masyarakat melalusi situs Twitter, Facebook, Kickstarter dan lain sebagainya.

Sementara itu, salah satunya dampak buruknya adalah 'pencitraan'. Budaya pencitraan, atau menampilkan sesuatu yang melenceng dari kenyataan demi kesan baik, sesungguhnya sudah terlihat sejak awal dibentuknya Facebook. Orang-orang kerap memasang status yang kurang sesuai.

Namun, Instagram lah media yang paling signifikan dalam melahirkan budaya pencitraan. Media sosial satu ini memberikan aplikasi khusus unggah foto yang dilengkapi dengan perangkat filter. pada awalnya, pengguna cenderung hanya mengunggah foto-foto yang mereka anggap indah secara estetika. Namun lama-kelamaan, hal ini mengantarkan pada mereka yang hanya mengunggah foto momen-momen terbaik dalam hidup mereka.

Hal ini telah membuat sebagian besar pengguna pada timeline akun instagram tidak lagi menggambarkan hidup mereka pada kenyataannya. Aplikasi edit foto semakin canggih, sehingga, hidup senantiasa terlihat penuh kesenangan, aktif, dan bahagia, jika menilai dari akun Instagram.

Dalam beberapa kasus, ini melahirkan kecemburuan sosial dan perasaan rendah diri.

Bersepeda sendirian di jalan setapak... Penuh orang-orang yang menonton. (foto: Choompa Baritone)

Namun, pengguna yang sudah menyadari ini, bisa berbalik mengkritisi.

Wow! Suanana kerja seorang yang kreatif! Sayang kurang rapi. (foto: Choompa Baritone)

Baru-baru ini, sebuah seri foto dari seniman sekaligus fotografer asal Thailand, Chompoo Baritone, menarik perhatian dengan kritik yang 'menggelitik' terhadap Instagram. Foto-foto itu menunjukkan betapa mudahnya memalsukan kenyataan hidup di Instagram.

Hikmahnya, pemandangan indah tidak harus selalu dicapai dari lokasi yang jauh. (foto: Choompa Baritone)

Pertama-tama ia menampilkan unggahan foto penuh kesenangan di Instagram. Kemudian, potongan foto tersebut ditempel di lokasi foto asli yang belum di-edit. Hasilnya? Foto yang menampilkan seorang gadis di atap rumah tampak sedang berlibur, namun pada kenyataannya foto itu diambil di atap rumah sederhana.

Sementara tempat kerja yang terkesan kreatif, ternyata hanya potongan kecil dari sebuah kamar yang berantakan. Pengendara sepeda di tengah jalan panjang, sesungguhnya mengambil foto sepeda di tengah jalan yang biasa dilewati penduduk sekitar.

Ayo buruan foto makanan 'gourmet'-nya sebelum diambil kucing! (foto: Choompa Baritone)

Dikutip dari deMilked, Chompoo Baritone merupakan fotografer asal Bangkok, Thailand, yang belajar di Institut Teknologo King Mangkut, Ladkrabang. Ia bukanlah satu-satunya yang mengkritik budaya 'pencitraan' dalam Instagram.

Sebelumnya, Celeste Barber pernah membuat sindiran terhadap unggahan foto Instagram kaum selebriti-- sementara model Tilda Lindtsam tidak malu mengunggah foto instagram tanpa filter yang apa adanya.

Namun karya Baritone memiliki daya tarik tersendiri dengan gambar-gambar yang jenaka, namun juga mengandung unsur kesedihan dan membuat kita berpikir. (Ikr/Rcy)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini