Sukses

'Kutukan' dan Wajah di Balik Topeng Emas Firaun Tutankhamun

Melalui otopsi visual, para ilmuwan menguak penampilan asli salah satu firaun paling terkenal di Mesir: Tutankhamun.

Liputan6.com, Kairo - Firaun Tutankhamun mati muda, dalam usia sekitar 19 tahun. Jasadnya kemudian dimumikan, ditempatkan dalam peti berlapis emas lengkap dengan topeng yang menggambarkan wajahnya yang terlihat kokoh dalam segala kemegahan.

Namun, penelitian DNA menguak, sosok di balik itu nyatanya diduga  bergigi kelinci, memiliki posisi kaki yang bengkok ke bawah dan memutar ke dalam (clubfoot), dengan pinggul besar mirip perempuan.

Dan alih-alih gambaran raja muda yang suka balap kereta, Firaun Tut -- begitu julukannya -- mengandalkan tongkat untuk berkeliling selama masa pemerintahannya pada Abad ke-14 Sebelum Masehi.

Hal tersebut berdasarkan hasil 'otopsi virtual', yang terdiri atas lebih dari 2.000 pemindaian komputer, yang dilakukan secara tandem dengan analisis genetik keluarga Tutankhamun -- yang mendukung bukti bahwa orangtuanya adalah kakak beradik.

Para ilmuwan yakin, pernikahan sedarah itu mengakibatkan Tut mengalami gangguan fisik yang dipicu ketidakseimbangan hormon. Sejarah keluarganya itu juga bisa saja membuatnya mati muda.

Sejumlah mitos menyebut, sang firaun meninggal karena dibunuh atau jadi korban kecelakaan kereta -- karena ditemukan retak pada kepalanya dan bagian lain dari kerangka tubuhnya.



Namun kini, para ilmuwan yakin, ia mungkin tewas akibat penyakit turunan sebab hanya satu patah tulang yang terjadi sebelum ia meninggal. Kondisi retak-retak lain di sekujur jasadnya diduga sebagai akibat penanganan setelah kematian. Saat jenazah diubah jadi mumi. Sementara kakinya yang bengkok tak memungkinkan ia ikut balap kereta.

Albert Zink dari Institute for Mummies and the Iceman di Italia mencoba mengungkap kebenaran asal usul Tutankhamun dari DNA.

Ia menemukan, Tut lahir setelah ayahnya  Akhenaten -- yang dijuluki 'firaun sesat' -- berhubungan dengan adik kandungnya sendiri. Kala itu, incest bukan hal yang tabu di zaman Mesir Kuno, masyarakat kala itu tak tahu implikasi kesehatan pada keturunan yang diakibatkan perkawinan sedarah itu.

Hutan Ashrafian, dosen pembedahan di  Imperial College London menjelaskan, sejumlah anggota keluarga dekat Tut menderita kelainan yang bisa dijelaskan sebagai akibat ketidakseimbangan hormonal. "Banyak pendahulunya yang meninggal dalam usia renta. Namun, belakangan banyak yang mati muda," kata dia seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (20/10/2014).

Ahli radiologi Mesir,  Ashraf Selim menambahkan,  otopsi visual menunjukkan jari-jari kaki Tut mengalami kelainan. "Atau dengan kata lain ia berjalan pincang," kata dia. "Dan hanya pada satu titik di mana retak tulang terjadi sebelum kematiannya. Di lutut."

Bukti keterbatasan fisik Raja Tut didukung bukti 130 tongkat jalan yang ditemukan di makamnya.

Selanjurnya: Kutukan dan Kelamin yang Berdiri...

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kutukan dan Kelamin yang Berdiri

Kutukan dan Kelamin yang Berdiri


Pada tahun 1907,  Earl Carnarvon, Lord George Edward Stanhope Molyneux Herbert meminta arkeolog Inggris sekaligus ahli Mesir,  Howard Carter untuk mengawasi ekskavasi di  Valley of the Kings -- Lembah Para Firaun.

Kemudian, pada 4 November 1922, Carter dan timnya menemukan tangga yang ternyata mengarah pada makam Tutankhamun.  Butuh beberapa bulan bagi mereka untuk memetakan ruang depan.

Februari tahun berikutnya, tim membuka kamar makam dan menemukan  sarkofagus berlapis emas dan timbunan harta karun. Tentu saja, itu temuan berharga, namun, konon kutukan menimpa mereka yang berani mengganggu makam Tut.

Memang sejumlah orang terkait pembukaan makam tersebut satu per satu meninggal dunia. Dengan penyebab yang misterius. Dari penjaga keamanan hingga arkeolog.

Salah satu yang tewas adalah Lord George Herbert yang mendanai proyek arkeologi itu. Ia meninggal pada 25 Maret 1923, setahun setelah makam Tut dibuka. "Banyak orang menyebut, kematiannya misterius, namun nyatanya, ia menderita sakit sebelum tiba di Kairo. Tewas akibat penyakit yang berkaitan dengan nyamuk," demikian dimuat LiveScience.

Namun, Howard Carter, arkeolog yang membuka langsung kamar makam itu hidup hingga 1939, 16 tahun setelah ia menemukan kuburan Tut. Ia meninggal di usia 64 tahun akibat kanker.

Ide bahwa ia korban kutukan dicetuskan tokoh terkenal, penulis novel  Sherlock Holmes, Sir Arthur Conan Doyle. Juga dari Carter sendiri, untuk menjauhkan orang-orang dari temuan berharganya kala itu.

Tak hanya itu yang menarik. Awal tahun ini, ahli Mesir dari American University di Kairo menguak ritual aneh yang ditemukan dalam makam Tut. Termasuk fakta bahwa sang kemaluan firaun dibalsem dengan posisi tegak, 90 derajat. Satu-satunya mumi yang ditemukan dalam kondisi seperti itu. 



Mereka mengklaim, itu dilakukan dengan tujuan agar sang firaun nampak seperti Osiris -- dewa maut dan dunia setelah kematian. Untuk membatalkan revolusi keyakinan yang digagas Akhenaten, firaun yang diyakini sebagai ayah Tutankhamun

Di tahun kematiannya, 1323 SM, ayahnya adalah pemimpin revolusi keyakinan di Mesir. Akhenaten ingin menghancurkan keyakinan pada para dewa Mesir, dan mengarahkan penyembahan pada satu dewa, Aten, yang berbentuk lingkaran matahari.

Tut berniat menggagalkan revolusi, namun ia diduga mengalami patah kaki dan meninggal karena infeksi pada luka. Analisis DNA pada tahun 2010 juga menemukan jejak malaria dalam tubuhnya.

Selama mumifikasi, jasad Tutankhamun juga diredam cairan hitam untuk membuat kulitnya dengan Osiris.

Juga tak ada jantung pada muminya. Disingkirkan. Sebagai pengingat kisah Dewa Osiris yang dipotong-potong oleh saudaranya, Seth dan jantungnya lalu dikubur.

Meski berusia pendek, Tutankhamun konon dipuja sebagai dewa yang hidup, penguasa yang paling terkenal dan paling muda dari sebuah dinasti paling jaya, yang memimpin salah satu peradaban terbesar di dunia, Mesir.

Ia juga menjadi firaun paling terkenal, karena makamnya yang relatif terpelihara selama ribuan tahun. Imejnya di peti mati dan artefak yang berkaitan dengannya paling sering dipamerkan di dunia. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini