Sukses

Menjelang Prosesi Pemakaman Sri Paus

Lautan manusia mengarah ke Basilika Santo Petrus untuk mengikuti pemakaman Paus Yohanes Paulus II. Ratusan pemimpin dunia dan empat juta lebih umat mengantarkan Bapa Suci ke persemayaman terakhir.

Liputan6.com, Kota Vatikan: Roma, Italia, dalam sekejap menjadi >city of walk atau kota yang penuh dengan pejalan kaki. Jumat (8/4) ini, pemerintah Kota Roma menutup semua jalur kendaraan pribadi sejak pukul 02.00 waktu Roma. Hanya angkutan metro dan kereta api yang diizinkan beroperasi mengangkut para pelayat yang akan menghadiri pemakaman Paus Yohanes Paulus II.

Lautan manusia mengarah ke Basilika Santo Petrus, tempat jenazah Sri Paus disemayamkan sekaligus dimakamkan di ruang bawah tanah gereja besar di Kota Vatikan, Vatikan ini. Kapasitas Gereja Santo Petrus hanya menampung 60 ribu jemaat. Meski begitu, jutaan peziarah tetap bersiaga kalau-kalau beruntung bisa masuk ke basilika dan menyaksikan upacara pemakaman yang disebut-sebut terakbar sepanjang sejarah ini.

Tiga jam sebelum pemakaman yang akan berlangsung pukul 10 pagi waktu setempat atau jam 15.00 WIB, Vatikan dikepung lautan manusia. Sejak Sri Paus berpulang Sabtu waktu setempat hingga hari ini, diperkirakan jumlah pelayat sudah lebih dari empat juta orang. Separuh pendatang berasal dari Polandia, negara tempat kelahiran Uskup Kota Roma bernama asli Karol (Charles) Jozef Woytjla ini.

Persiapan pemakaman dilakukan sejak Basilika Santo Petrus ditutup untuk umum kemarin [baca: Jalan Masuk ke Basilika Santo Petrus Ditutup]. Pengamanan juga diperketat. Maklum, hari ini, empat raja, lima ratu, dan kurang lebih 70 presiden dan perdana menteri ikut mengantarkan Sri Paus ke tempat persemayaman terakhir.

Sekitar 200 pemimpin dunia mendapat kehormatan duduk dalam basilika yang dijaga ketat oleh Polisi Swiss--pemuda Swiss yang mengawal Kompleks Basilika Santo Petrus sejak berabad-abad silam--ribuan polisi, dan 15 ribu tentara Italia. Pemimpin yang hadir antara lain Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, Presiden Prancis Jacques Chirac, Raja Spanyol Juan Carlos, PM Palestina Ahmed Qurei, dan Presiden Suriah Bashar al Assad.

Indonesia mengirimkan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab serta pimpinan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Para pemimpin dunia entah yang berseteru karena ideologi, agama, perebutan wilayah, ras, dan berbagai kepentingan duduk mengeliling jasad Paus yang sudah melawat ke 120 lebih negara untuk menyerukan perdamaian dan persaudaraan.

Kepergian pria yang terkenal dengan senyum lembutnya ini membuat dunia kehilangan salah satu tokoh paling berpengaruh. Sebagai pemimpin Tahta Suci Vatikan, Sri Paus yang lahir di Wadowice, kota kecil di selatan Polandia, 18 Mei 1920, membawa perubahan besar dalam gereja dan dunia. Bapa Suci tidak cuma aktif dalam memimpin umat Katolik Roma, tapi juga berperan dalam masalah politik, sosial, dan kemanusiaan.

Lolek--begitu Karol biasa disapa--mendalami agama Katolik Roma secara sembunyi-sembunyi di tengah pendudukan Nazi di Polandia. Dia ditahbiskan menjadi pastor ketika berusia 26 tahun, meraih gelar doktor teologi dua tahun kemudian. Sembilan belas tahun selanjutnya, tokoh yang fasih berbicara delapan bahasa ini diangkat oleh Paus Paulus VI sebagai Kardinal Krakow, tempat tinggalnya sebagai uskup di Polandia.

Kardinal Karol terpilih sebagai Paus pada 16 Oktober 1978. Seperti pemilihan-pemilihan paus sebelumnya, kemunculan imam yang lahir dari keluarga sederhana ini cukup mengejutkan. Dia tercatat sebagai Paus termuda yang diangkat pada usia 58 tahun sekaligus Paus pertama dalam 455 tahun yang bukan berkewarganegaraan Italia. Dia menggantikan Paus Yohanes Paulus I yang bertahta cuma 33 hari.

Selama 26 tahun karya kepausannya, Sri Paus disebut tokoh sentral di balik keruntuhan Blok Timur pada 1989. Kondisi ini mempererat tali diplomatik Soviet dengan Vatikan. Paus Yohanes Paulus II juga dekat dengan umat non-Katolik. Berkali-kali dia mengatakan, semua agama mewartakan kebenaran dan tak lelah menyerukan perdamaian antarumat beragama.

Paus secara mengejutkan menyampaikan permintaan maaf Gereja Katolik pada kaum Yahudi dan Muslim. Tanpa ragu dia mencatat sejarah sebagai Paus pertama yang mengunjungi sinagoga--tempat ibadat kaum Yahudi--di Roma dan masjid di Suriah.

Paus juga berkiprah di bidang kemanusiaan, martabat, dan hak asasi manusia. Dia menentang cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah. "Terlalu banyak darah masih membasahi dunia," kata Paus saat memimpin misa Malam Natal 2004. Dia juga menentang perang di Irak dan menyatakan kekecawaan yang mendalam pada tahun-tahun silam soal kekerasan tanpa akhir di Tanah Suci Palestina. Paus juga mengecam kediktatoran sekaligus bersikap keras terhadap aborsi dan hak perempuan sehingga menuai protes kaum liberalis.

Sri Paus juga membuka dirinya untuk menyapa publik sekali seminggu di pelataran Santo Petrus. Kesempatan inilah yang dipakai Mehmet Ali Agca, warga Turki, untuk menembak pemimpin sekitar satu miliar lebih umat Katolik ini pada Mei 1981. Sejak itulah kondisi kesehatan Man of The Year versi Majalah Time pada 1994 itu menurun. Meski begitu langkahnya untuk menyampaikan kabar gembira tentang perdamaian tak surut. Dia bahkan menjenguk Mehmet di penjara dan memberikan pengampunan pribadi kepada Mehmet yang menyebut Paus saudara.

Misa Paskah, Ahad, 27 Maret 2005, menjadi penampilan publik terakhir Paus Yohanes Paulus II. Saat itu, Sri Paus yang baru menjalani operasi tenggorokan tidak mampu mengucapkan sepatah kata [baca: Sri Paus Muncul pada Misa Paskah]. Terakhir, Paus memberkati peziarah di Lapangan Santo Petrus pada 30 Maret silam.

Berbagai penyakit menggerogoti tubuh pastor yang suka bermain sepak bola dan olah raga memanjat tebing ini. Di antaranya penyakit parkinson, gagal fungsi ginjal, dan infeksi saluran kemih. Penderitaannya berakhir saat mengembuskan napas terakhir di antara litani doa umatnya dari berbagai penjuru dunia pada 2 April, pukul 21.37 waktu setempat.

Ucapan dukacita mengalir seperti air ke Vatikan. Gelombang besar pelayat juga memadati Gereja Santo Petrus. Para peziarah yang tidak dapat memasuki basilika dapat menyaksikan prosesi pemakaman yang diperkirakan berlangsung selama tiga jam ini melalui layar monitor yang sudah dipasang di berbagai penjuru kota. Kini, lambaian tangan disertai senyum khas Baca Suci tinggal kenangan. Miliaran orang menunggu prosesi pemakaman yang disiarkan langsung oleh sejumlah stasiun televisi. Sementara para pelayat di Italia mengacungkan poster "Arrivederci Papa", Selamat Jalan Bapa!(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini