Sukses

Ani Yudhoyono Disadap karena Siapkan Putra Sulung Jadi Presiden?

Intelijen dan agen mata-mata di Canberra penasaran dibuat Bu Ani.

17 Oktober 2007 silam, kabel berstempel 'rahasia' dikirim dari Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Jakarta kepada diplomat Amerika di Canberra, Australia dan Badan Intelijen AS (CIA). Di dalamnya, berisi informasi kontroversial sepanjang skandal mata-mata Australia terhadap Indonesia.

Bukan Wakil Presiden, bukan pula menteri dalam jajaran kabinet Presiden SBY. Justru Ibu Negara Ani Yudhoyono lah yang menjadi target utama penyadapan kala itu. Dalam dokumen yang dibocorkan oleh WikiLeaks, seperti dilansir laman The Australian dan dikutip Liputan6.com, Minggu (15/12/2013), Ani digambarkan sebagai penasihat paling berpengaruh terhadap SBY.

Intelijen dan agen mata-mata di Canberra penasaran dibuat Bu Ani. Mereka mencurigai, perempuan bernama lengkap Kristiani Herawati itu tengah merencanakan pembangunan dinasti keluarga yang berpuncak pada dijadikannya sang putra sulung, Agus Harimurti Yudhoyono sebagai presiden.

Laman itu juga membeber sejumlah informasi tentang Ani. Dia disebutkan lahir dalam keluarga yang berlatar belakang militer, bukan politik. Dia merupakan putra dari Sarwo Edhie Wibowo -- seorang Letnan Jenderal yang pernah memimpin pasukan khusus Indonesia selama perang berdarah melawan komunis pada pertengahan 1960 silam.

Sejak awal karier politik SBY, Ani disebutkan memainkan peranan aktif di balik kampanye SBY. Sulit bagi intelijen mengungkap isi pikiran SBY karena sosoknya yang penyendiri yang jarang berbicara dari hati ke hati dengan orang lain.

"Ibu Ani adalah satu-satunya orang yang dapat dipercaya SBY," demikian isi kabel rahasia Amerika pada 2007 lalu yang kemudian WikiLeaks bocorkan.

Maka, selama 2009, badan-badan intelijen Australia berusaha mengungkap peranan Ani, khususnya untuk memastikan posisi keluarganya setelah batas maksimal 2 periode kepresidenan yang disandang SBY berakhir pada 2014 mendatang.

"Ibu Ani selalu memegang ambisinya terhadap anak sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, yang merupakan lulusan Harvard berusia 35 tahun," tulis The Australian.

"Sebuah sumber mengatakan, pada 2009 Presiden dan istrinya bermain-main dengan rencana untuk menjadikan Ibu Ani sebagai presiden pada 2014 hingga anak mereka cukup matang untuk duduk di kursi presiden pada 2019 mendatang," beber media dari Negeri Kanguru itu.

Namun kantor Perdana Menteri Australia menolak untuk memberikan konfirmasinya mengenai kebenaran bocoran dari WikiLeaks ini. Sementara pihak Istana pun belum bisa dikonfirmasi oleh Liputan6.com. 

Tugas Ibu Negara

Ani Yudhoyono menyatakan tugas sebagai Ibu Negara adalah mendampingi Presiden SBY. Hal itu ia sampaikan saat melakukan dialog dengan 14 mahasiswa Indonesia bersama mahasiswa ASEAN peserta Jenesys 2.0 di TKP Asakasa Tower, Tokyo, Jepang, baru-baru ini.

Pada kesempatan itu, Ibu Ani menyatakan dirinya kerap mendampingi Presiden SBY bukan untuk jalan-jalan. [Baca: Ibu Ani: Dampingi Presiden Bukan Jalan-jalan]

"Ibu Negara tugasnya adalah mendampingi Presiden ke manapun juga. Jadi kalau dikatakan hanya jalan-jalan saja, itu tidak benar," ujar Ibu Negara, seperti dikutip Liputan6.com dari presidenri.go.id, 14 Desember 2013.

Dalam dialog informal itu, Ibu Ani bertukar berbagai pengalaman. Salah satunya adalah pengalamannya sebagai Ibu Negara. Di tengah kegiatannya sebagai Ibu Negara tersebut, sering kali muncul pernyataan, mengapa Ibu Ani jalan-jalan terus?

"Ibu sebagai Ibu Negara tugasnya adalah mendampingi Bapak Presiden ke manapun juga. Jadi kalau dikatakan jalan-jalan melulu, ya salah mereka itu. Karena ada kegiatan seperti ini, spouse program. Kalau ada waktu yang kosong baru Ibu jalan. Tapi bukan berarti Ibu belum apa-apa sudah jalan dulu," jelas Ibu Ani.

Tugas memikirkan rakyat, tegasnya, adalah tugas Presiden dan para menteri, karena Ibu Negara tidak memiliki kebijakan. "Kita memikirkan kegiatan sosial, ada empati kepada rakyat, kira-kira apa yang bisa saya lakukan." (Ndy)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.