Sukses

Setelah 23 Tahun, Korban Penculikan Akhirnya Bertemu Ibu Kandung

Lou diculik saat berusia 5 tahun pada tahun 1990. Perjuangan untuk menemukan akarnya akhirnya berakhir.

Ada semangkuk mie di hadapan Luo Gang. Makanan biasa, tapi ia harus menunggu lama untuk mendapatkan masakan buatan ibu kandungnya itu: 23 tahun.

"Makan mie pada hari pertama pulang ke rumah akan membawa keselamatan dan kesehatan," kata Lao, seperti dikutip dari BBC, Senin (2/11/2013). "Aku harap semua baik-baik saja."

Semangkuk mie dan anak hilang yang akhirnya pulang. Itu adalah akhir membahagiakan dari kisah sedih yang dimulai pada 1990. Kala itu, Luo adalah anak kecil dengan nama Huang Jan, tinggal di Desa Yaojia, Provinsi Sichuan. Ayahnya adalah tukang bangunan  dan ibunya punya toko. Ia punya seorang adik laki-laki. Meski sederhana, kehidupannya bahagia.

Hingga suatu hari, semua itu berubah.

Ia diculik dan dijual ke sebuah keluarga lain di bagian lain di China. Semuda itu ia tak bisa mengingat nama orangtua kandungnya, juga dari desa mana mereka berasal.

 "Aku sedang dalam perjalanan ke TK, bertemu dengan seorang perempuan dan laki-laki," kata dia. "Kupikir mereka teman ayahku, jadi aku ikut dengan mereka."

Luo masih ingat benar, ia dipindah dari satu mobil ke mobil lain. "Kemudian aku diberi tahu sedang berada di Provinsi Fujian."

Kemudian, Luo yang masih polos dibawa ke Sanming, 1.500 kilometer dari rumahnya. Di sana ada keluarga lain yang menunggunya. Anak bernama Huang Jan itu diberi nama baru, Luo Gang.

Luo hanya satu dari ribuan anak yang diculik di China setiap tahunnya -- dan hanya sedikit yang akhirnya bisa kembali pulang. Kebijakan satu keluarga satu anak dan kurangnya aturan adopsi menciptakan pasar gelap anak-anak hasil penculikan.

Awal tahun ini, kepala kepolisian Fujjian mengklaim, lebih dari 10 ribu anak dijual pada tahun 2012 -- hanya di provinsinya.

"Aku sangat takut, namun saat itu aku diculik dan tak punya pilihan," kata Luo, yang awalnya mengira hanya akan tinggal sementara dengan keluarga barunya. Namun, ia akhirnya menyadari, tak ada peluang bertemu dengan orangtua kandungnya.

Tapi, harapan itu tak lantas pupus. Luo terus mengingat-ingat kenangannya yang makin memudar, dengan harapan bakal menggunakannya suatu hari untuk menemukan akarnya.

Salah satu kenangan yang ada dalam ingatannya adalah, saat kanak-kanak ia bermain di jembatan batu tua di seberang rumah mereka yang kecil dan berlantai ubin. Ia pernah jatuh di jembatan itu. Juga tentang dua anak sungai di sekitar rumahnya, dan tiap pagi berjalan di pematang sawah untuk pergi ke sekolah.

"Aku seperti komputer," kata Luo. "Aku mencoba mengingat kenangan tentang keluarga dan kondisi geografis di sekitar tempat tinggalku -- tapi aku tidak mengerti benar soal namaku."

Orangtua baru Luo belum pernah menjelaskan mengapa mereka mengambilnya, sebelum mereka meninggal dua tahun setelah kedatangannya  Begitu pula "kakek" yang membesarkannya setelah itu.

"Saya marah tapi mereka memperlakukanku cukup baik," kata Luo.

Berkat Intenet

Kembali ke Sichuan, keluarga asli Luo panik bukan kepalang. Polisi yang menangani kasusnya tak berhasil mendapat kemajuan berarti. Ibu dan ayahnya, Dai Jianfang dan Huang Qingyong berupaya dengan membagi-bagikan selebaran di kota-kota tetangga dan beriklan surat kabar.

Tahun demi tahun berlalu, karena putus asa, pasangan itu akhirnya mengadopsi seorang anak perempuan sebagai pelipur lara. Sembari tetap mencari si anak kandung meski tak segencar sebelumnya.

Luo yang selesai sekolah dan menjalani pelatihan sebagai pemadam kebakaran tetap ingin bertemu keluarga aslinya.

"Daun yang jatuh akan selalu menemukan jalan mereka kembali ke akar," kata Luo, mengutip salah satu pepatah China.

Ia akhirnya mendaftar ke situs internet buatan pemerintah yang dibuat untuk untuk menyatukan kembali anak-anak yang diculik dan keluarga mereka. Meski seringkali buntu, ia tetap tak menyerah.

Pada bulan Oktober 2012, ketika Luo berusia 27 tahun, ia berpaling ke sebuah situs web yang disebut Baby Come Home, sebuah forum yang menyatukan orangtua dan anak yang diculik, saling menceritakan detil informasi yang mereka miliki.

Di situs itu, Luo mengungkap hal-hal yang ia ingat di masa kecilnya. "Tinggiku 110 cm," tulisnya. "Bermata besar. Pada tangan kiriku ada bekas luka."

Ia tak ingat di mana desa asalnya. Ia hanya ingat seorang tetangga pernah bicara dengannya dengan dialek Sichuan. Luo juga memposting foto dirinya yang diambil orangtua angkatnya, tidak lama setelah penculikannya. Dia menambahkan deskripsi sweater merah dengan motif angsa putih, yang digunakan pada hari ia diculik.

Dengan bantuan relawan, ia akhirnya bisa pulang. "Saya terbang ke Chongqing dan pada 9 Mei pukul 09.20 aku akhirnya bertemu orangtua kandung. Aku cukup tenang saat itu, tapi ibuku terguncang dan menangis."

Pertemuan itu dirayakan seluruh desa. Petasan dibunyikan, makanan mewah ditempatkan di meja-meja yang diletakkan di jalan. "Kompornya masih di sini!" kata Luo, masih ingat pengaturan rumahnya di masa lalu.

Kini, meski sudah bertemu orangtua kandungnya, Luo tak lantas melupakan orangtua yang telah membesarkannya selama 23 tahun. "Saya akan menganggap mereka sebagai orangtua, dan saya akan mengunjungi dua keluarga."

Pertemuannya dengan orangtua kandung memungkinkan Luo untuk memenuhi janjinya -- dia baru akan menikahi pacarnya ketika ia telah menemukan orangtua kandungnya. Pernikahan akan dilakukan tahun depan. Di kolom mempelai pria, ada 2 keluarga yang mengundang. (Ein/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini