Sukses

Kuak Misteri Kematian, Jasad Eks Presiden Brasil Digali

Joao Goulart meninggal tahun 1976, dinyatakan karena sakit jantung. Namun, pengakuan muncul dari eks mata-mata Uruguay.

Setelah 37 tahun kematiannya, mantan Presiden Brasil, Joao Goulart baru menerima penghormatan dari negaranya. Saat jasadnya tiba di ibukota Brasilia. Upacara penghormatan dipimpin langsung Presiden Brasil Dilma Rousseff.

Goulart yang juga dikenal sebagai Jango meninggal dunia di Argentina. Resminya penyebab kematiannya disebut karena serangan jantung. Namun, eks mata-mata Uruguay mengaku, Goulart diracun oleh agen yang bekerja untuk pemerintah militer Brasil.

Goulart memerintah Brasil dari tahun 1961 sampai 1964. Saat meninggal di pengasingan pada tahun 1976, pemerintah militer Brasil menolak memberikan penghormatan kenegaraan untuknya. Bahkan sama sekali tak mengumumkan hari berkabung.

Karenanya, Goulart menjadi satu-satunya presiden Brasil yang dimakamkan tanpa penghormatan selaiknya mantan kepala negara.

"Hari ini adalah momentum Brasil dengan sejarahnya," kata Presiden Dilma Rousseff dalam akun Twitternya, seperti dikutip dari BBC, Jumat (15/11/2013).

Keluarga Goulart, sejumlah pejabat dan mantan presiden -- seperti Luiz Inacio Lula da Silva dan Fernando Collor de Mello menghadiri upacara kenegaraan itu.

Para ilmuwan forensik mengangkat jasadnya Rabu lalu dari pemakaman keluarga di Sao Borja, kota kecil dekat perbatasaan Argentina. Untuk menguak sebab musabab kematiannya.

Sisa-sisa tubuhnya dibawa menggunakan mobil ke kota terdekat, Santa Maria, sebelum diterbangkan ke Brasilia.

Uji toksikologi dilakukan, dan sampel jenazah juga dibawa ke luar negeri untuk dianalisis. Butuh waktu sebulan sampai hasilnya keluar.

Dari Presiden Jadi Petani

Joao Goulart, adalah pemimpin progresif yang didukung sayap kiri di tengah era Perang Dingin. Ia digulingkan pada 1964 lewat kudeta militer tak berdarah.

Setelah lengser, Goulart lari ke Uruguay, di mana ia hidup sebagai petani. Pada 1973, ia menuju Argentina atas undangan Presiden Juan Peron.

Goulart ditemukan pada 6 Desember 1976 di kota Mercedes, Argentina, 9 bulan setelah junta militer menggulingkan pemerintahan janda Peron, Isabel Peron.

Secara resmi ia dinyatakan meninggal dunia akibat serangan jantung. Namun tak ada pemeriksaan post-mortem untuk memperkuat keterangan itu, baik oleh pihak Argentina maupun Brasil.

5 Tahun lalu, seorang mantan agen intelijen Uruguay, yang menjalani hukuman untuk penyelundupan narkoba di Brasil, mengungkap Goulart diracun oleh agen-agen Uruguay atas permintaan penguasa militer Brasil.

Mario Neira --nama agen itu-- mengatakan, dugaan pembunuhan adalah bagian dari Operation Condor. Kolaborasi pemerintah militer Argentina, Bolivia, Brasil, Chile, Paraguay, dan Uruguay untuk melenyapkan lawan-lawan politiknya pada 1970-an dan 1980-an.

Menurut Neira, Goulart meninggal gara-gara obat jantungnya ditukar -- sehingga memicu serangan jantung.
Komisi Kebenaran Brasil yang mulai bertugas tahun lalu setuju untuk menginvestigasi klaim tersebut.

Lebih dari 500 orang terbunuh di bawah kekuasaan militer Brasil -- memang jauh lebih sedikit di banding negeri tetangga Argentina dan Chile. Namun ribuan warga Brasil disiksa, diasingkan, dan dirampas hak-hak politik mereka. [Lihat: Ahli Swiss Temukan Bukti Arafat Diracun, Israel: Itu Opera Sabun!] (Ein/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.