Sukses

Al Shabaab: Tak Ada Wanita Penyerang Mal Kenya

Al Shabaab memang mengakui mereka yang melakukan serangan di mal Westgate, Nairobi, Kenya. Tapi membantah melibatkan wanita.

Al Shabaab memang mengakui mereka yang melakukan serangan di mal Westgate, Nairobi, Kenya. Tapi kelompok militan asal Somalia itu menegaskan, tidak ada wanita yang ikut melakukan penyerbuan di salah satu pusat perbelanjaan terbesar itu.

Hal ini membantah adanya Samantha Lewthwaite atau 'Janda Putih', perempuan Inggris yang disebut-sebut berperan besar dalam penyerangan.

"Sekali lagi kami tegaskan, tak ada wanita yang terlibat dalam serangan di Westgate," tulis Al-Shabaab melalui akun Twitter, seperti dimuat News.com.au, Selasa (1/10/2013), "Sebab dalam kebijakan kami, tidak boleh memekerjakan wanita untuk misi-misi semacam itu".

Dalam pernyatan tersebut disebutkan juga, "Sudah sepekan berlalu, pemerintah Kenya dan aparat intelijen Barat gagal menemukan fakta dan rincian penyerangan Westgate." katanya.

"Pemerintah Kenya memburu sesuatu dengan anggapan gagasan tanpa harapan bahwa seorang wanita memimpin serangan itu."

Bantahan dari Al Shabaab ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya komandan Al Shabaab Abu Omar membantah adanya wanita dan warga asing di antara para pelaku penyanderaan maut itu.

"Sejumlah kabar beredar bahwa ada warga Amerika, Inggris dan para pelaku dari negara berbeda yang terlibat. Saya pastikan kepada Anda bahwa itu tidak ada yang benar. Saya tahu bahwa rumor tidak berdasar ini sama sekali tidak benar," tegas Omar.

Hingga saat ini, perburuan pelaku penyerangan masih dilakukan Kenya. Termasuk memburu Samantha yang juga dilakukan kepolisian internasional (interpol).

Perkembangan terbaru, 9 tersangka telah ditahan. Mereka diduga terlibat dalam penyerangan 21 September 2013 siang yang menewaskan 67 orang dan melukai ratusan orang itu.

Menteri Dalam Negeri Kenya Joseph Ole Lenku mengatakan, 156 saksi telah memberikan keterangan. Sementara tim penyelidik Kenya dan asing masih berusaha mengumpulkan informasi dan data terkait pengepungan 80 jam itu.



Samantha Gadis Biasa

Lahir sebagai anak perempuan dari seorang tentara Inggris, Samantha Louise Lewthwaite pernah mengaku ngeri membayangkan suaminya, Jermaine Lindsay yang kelahiran Jamaika meledakkan ransel penuh bahan peledak dan dirinya sendiri di sebuah kereta api bawah tanah London di Stasion Russell Square pada 2005 yang menewaskan 26 orang.

Saat kejadian itu, Samantha tengah hamil mengandung anak kedua mereka. "Saya mengutuk keras dan ngeri atas kejahatan yang terjadi di London," kata dia saat itu, seraya menggambarkan Jermaine sebagai seorang suami yang baik, penyayang dan cemerlang yang sama sekali tak menunjukkan mampu melakukan kejahatan semengerikan itu.

Samantha berkenalan dengan Jermaine lewat sebuah forum chat di internet saat dirinya masih berusia 17 tahun. 2 Tahun kemudian pindah keyakinan dengan memeluk agama Islam.

Sewaktu remaja, dia disebut teman-temannya sebagai anak berpipi tembem nan ceria dan seperti siswa pada umumnya, pertama di Irlandia Utara, lalu di Aylesbury, barat daya kota London.

Namun wanita cantik itu kini diburu interpol, dan diselidiki FBI. Penyelidikan dimulai untuk menyingkap tabir di balik gerakan tersembunyi Lewthwaite sejak pemboman London.

Pemerintah Afrika Selatan mengatakan, Samantha pernah mendapat paspor dari negara tersebut dengan menggunakan nama Natalie Faye Webb dan dokumen itu telah dibatalkan pada 2011.

Dia masuk pertama kali ke Afrika Selatan pada 2008, ditemani 3 anaknya --2 laki-laki dan 1 perempuan dan-- yang kini berusia antara 7-12 tahun.

Dalam catatan transaksi kartu kreditnya, nama 'Natalie Faye Webb' disebutkan memiliki 3 alamat di Johannesburg, Afsel dan berutang sekitar US$ 8.600 atau sekitar Rp 99 juta,

2 Tetangganya di kawasan, Johannesburg mengaku mengenali foto Lewthwaite. Si tetangga Herbie Ullbricht (69) mengatakan Samantha tinggal di dekat rumahnya antara 2010 atau 2011 bersama ketiga anaknya.

Lembaga keamanan Inggris, AS, dan Kenya mengenalnya sebagai 'janda putih' -- salah satu teroris perempuan paling menakutkan dalam sejarah, setelah Ulrike Meinhof , pendiri faksi Tentara Merah yang melakukan pemboman di Jerman Barat pada 1970-an. Dia dicari, hidup atau mati.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Semi mistis

Belum lama ini pihak berwajib Kenya menuduh Samantha bersekongkol dengan tersangka militan asal Inggris lainnya, Jermaine Grant, yang tengah disidangkan atas sangkaan terlibat dalam jaringan Al-Shabaab dan merencanakan serangan.

Grant ditangkap Desember 2011 di kota pelabuhan Mombasa, bersama sejumlah bahan kimia, baterai dan pemantik yang menurut jaksa, dia sedang berencana membuat bahan peledak.

Kenya meyakini Samantha terlibat dalam rencana pemboman sejumlah resort pariwisata di pantai Kenya dan menjadi buruan berbulan-bulan serta terakhir terlihat di Somalia.

Raffaello Pantucci, pakar teror dari Royal United Services Institute, Inggris, menyebut Samantha memiliki status semi mistis. "Saya memang tak bilang punya bukti keterlibatannya dalam insiden ini. Namun fakta ada perannya dalam kasus (Westgate) ini tak mengejutkan bagi saya," katanya. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini